Bab 5

230 193 281
                                    

"Hewan saja punya hati nurani, masa kalian sebagai manusia tidak punya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Hewan saja punya hati nurani, masa kalian sebagai manusia tidak punya?"

****

Melody duduk termenung di kamarnya seraya memeluk lutut, posisi ternyaman yang ia sukai ketika menangis. Ia terus mengulang ucapan ayahnya ketika di Rumah Sakit, membuat air matanya tidak mau berhenti mengalir.

Jadi, ayahnya memang dari awal sudah membencinya. Bukan. Mungkin dari sejak ia dilahirkan, dirinya sudah dibenci. Tidak bisakah dirinya mendapatkan kasih sayang seorang ayah dan ibu?

"Melody?" suara Jun terdengar beserta ketukan di pintunya. Melody memang menginap di rumah sahabatnya tersebut, ia tak ingin pulang dan tak ingin membuat keributan di rumahnya.

Tak lama kemudian, laki-laki tersebut memasuki kamar yang di tempati oleh Melody, dengan sebuah nampan di tangannya.

Jun memandang Melody lurus, "Kenapa gak keluar? Lo nggak laper?"

Melody tak menjawab. Ia lebih memilih menenggelamkan kepalanya pada lipatan lutut. Dia tidak mau, Jun melihat wajah sembabnya.

Lelaki itu berjalan mendekat, dan menaruh nampan berisi makanan serta segelas susu di atas nakas.

"Sarapan dulu, makan!" titah Jun, lalu menarik lengan Melody.

"Gak mau."

Jun memutar matanya, "Dikit aja, Ody."

Melody menatap Jun sebentar, kemudian ia terkekeh pelan ketika melihat bagaimana lucunya wajah Jun. Hal itu sontak membuat Jun melotot sempurna.

"Lo-lo ketawa?" Jun menatap Melody horor, lelaki tersebut bahkan sudah menutup mulutnya. Karena jujur, sudah lama mereka bersahabat. Ia hanya melihat senyum tipis dari Melody saja, tak pernah tertawa. "Gila! Bahkan gue aja jarang banget liat lo ketawa kaya gitu, lo cuma senyum doang, itupun senyumnya tipis banget. Pelit!"

Melody menoyor kepala Jun, "Nggak usah norak. Ketawa itu normal."

"Y-ya tapi lo beda. Lo wajahnya datar, kalo datarnya ke yang lain sih nggak apa-apa. Lah, ini ke gue juga!" omel Jun.

"Muka gue datar?" tanya Melody.

"Iya, baru tau lo?"

"Lupain!" ucap Melody.

"Makan dulu, gue ke kamar." Jun memasukkan tangannya ke dalam saku celana, dan hendak untuk pergi.

Melody dengan segera menarik tangan, Jun hingga terduduk di sebelahnya, "Temenin gue makan, biar nggak berasa jomblo."

Jun memutar matanya dan segera berdiri. Dia tak mau berlama-lama dengan Melody, demi menghindari sesuatu yang belakangan ini sedang ia rasakan.

Melody menatap punggung Jun yang mulai menjauh, tanpa bisa ia cegah. Dia kemudian melihat makanan yang dibawa oleh lelaki itu tadi, bibirnya mengukir senyum tipis.

Jika dipikir lagi. Dia selalu menyusahkan Jun, lelaki itu selalu melindunginya. Jun juga tidak pernah lepas dari sampingnya, ia terlalu egois, Jun berhak untuk bahagia. Tidak melulu harus melindunginya.

Tapi anehnya, Jun dengan senang hati akan berada di samping Melody. Meskipun gadis tersebut tidak meminta.

Setelah selesai menyantap sarapannya. Melody keluar dari kamarnya, kemudian melirik Jun yang tengah membaca buku di sofa.

"Jun," rengek Melody.

"Hm?" sahut Jun.

Jun menepuk sofa di sebelahnya yang kosong, meng-isyaratkan Melody untuk duduk di sebelahnya.

"Mau kemana?" tanya Jun.

"Sumpek," rengeknya.

"Ya udah, tunggu."

Setelah mengucapkan itu, Jun segera bergegas menuju kamarnya. Beberapa menit kemudian, ia kembali dengan setelan rapi.

Ia memakai jaket oversize berwarna coklat, celana jeans panjang, lalu ia memakai topi untuk menutupi rambutnya.

"Ayo!" ajak Jun.

Melody mengernyit, bingung.

"Ayo, kita keluar. Jalan-jalan," lanjut Jun.

"Masa gue gini?" tanya Melody. Ia melihat penampilannya sendiri. Hanya mengenakan baju santai.

"Nggak apa-apa, tetep cantik!" puji Jun.

"Ah, nggak mau," tolak Melody.

"Nanti kita beli baju," ucap Jun.

Melody hanya diam, ketika Jun menarik lengannya dan mengajaknya keluar dari apartemen. Bahkan di dalam mobil pun, Melody masih tak bergeming.

Perlakuan Jun tadi, sungguh membuat hatinya berdebar-debar.

Jun menghentikan mobilnya di sebuah Mall terbesar di kotanya tersebut.

Pergelangan tangannya, lagi dan lagi di genggam dengan sangat erat. Membuat jantungnya lagi dan lagi berpacu cepat. Mereka melewati beberapa toko pakaian, lalu kedua matanya berhenti pada salah satu toko pakaian bermerk.

"Sana pilih baju!"

Jun mendorong punggung Melody untuk segera memilih pakaian.

"Yang ini, bagus nggak?" tanya Melody.

Jun melihat pakaian yang di bawa oleh gadis tersebut. Berupa setelan berwarna hitam, dengan atasan crop serta bawahan rok sebatas paha.

"Coba aja, nih sekalian bawa ini." Jun memberikan tanktop crop berwarna hitam, cardigan berwarna hitam juga serta celana high waist berwarna biru terang.

Melody mulai mencoba pakaian tersebut, jujur ia menyukai keduanya. Pilihan Jun memang tidak salah, selalu bagus dan sesuai dengan seleranya.

"Jun ..." panggil Melody.

Jun mengalihkan pandangannya, ia menatap Melody dengan lekat. Di sana, seorang gadis sangat cantik, keluar dari bilik pas. Membuatnya terpesona.

"Cantik!" puji Jun.

"Gue mau dua-duanya," bisik Melody dengan suara sepelan mungkin.

"Ambil aja," ucapnya dengan enteng.

"Serius?" tanya Melody.

"Iya, Ody. Sebelum gue berubah pikiran," jawabnya.

"Nanti gue ganti ya, kalo gue udah dapet uang jajan dari Ayah. Meskipun gue nggak yakin kalo dia bakal kasih," ucapnya dengan raut wajah murung.

Jun berjalan mendekat, "Khusus hari ini, lo gak boleh sedih. Pokoknya kalo sama gue, lo dilarang sedih, inget itu! Harus bahagia dan selamanya bahagia."

Gimana perasaan kalian hari ini?Apakah sedang baik-baik saja?Kalo aku, sedang tidak baik nih:(

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gimana perasaan kalian hari ini?
Apakah sedang baik-baik saja?
Kalo aku, sedang tidak baik nih:(

Bandung,
29.April.2023
GittaMentari~

Touch Your Heart [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang