8. Askara dan kawan-kawan

22 5 5
                                    

Seorang cowok sedang tertidur pulas di kasur empuk nya. Jam sudah menunjukkan pukul 06.20 dan belum ada tanda-tanda dari cowok itu untuk bangun dari tidur nyenyaknya.

Seorang wanita paruh baya sejak tadi mengetuk-ngetuk pintu kamar nya, terhitung sudah 3 kali ia bolak-balik berdiri di depan pintu kamar cowok itu. Bukan apa, iya hanya takut tuan muda nya itu teelambat datang ke sekolah.

Tok...tok...tok...

"Den Aska? hayu atuh bangun, udah mau jam setengah tujuh ini".

Namun nihil. Tak ada respon apapun dari dalam kamar tersebut.

"Kumaha iyeu teh. Apa saya dobrak aja ya? Ah tapi da moal kuat" Gumam wanita paruh baya itu, Bi Asih.

"Den ini sarapan nya udah siap, udah bibi siapin juga buat den Aska" Teriak Bi Asih.

Entah memang sengaja menulikan telinga atau memang tidak terdengar cowok bernama Aska itu sedari tadi tak menyahuti teriakan bi Asih.

Akhirnya bi Asih menyerah. Ia kembali ke dapur untuk mengerjakan pekerjaan lainnya.

Bi Asih adalah ART di kelurga Aska. Ia sudah bekerja kurang lebih 20 tahun di rumah Aska. Sejak kecil Aska di rawat oleh bi Asih, karena itu bi Asih sudah Aska anggap sebagai Ibu kedua nya.

Jangan tanyakan dimana orang tua Aska sekarang. Pasti dua orang tua itu sudah berangkat kerja sedari pagi buta. Terkadang Aska muak. Mereka bekerja memang untuk Aska, namun itu semua tak berarti apa-apa karena yang Aska ingin kan hanyalah perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tua nya. Sedari kecil, ia tak pernah mendapatkan itu.

Sudah 15 menit berlalu sejak bi Asih menyerah membangunkan tuan muda nya itu. Kini cowok yang sedang tertidur pulas itu perlahan mengerjapkan mata. Terganggu oleh sinar matahari yang masuk melalui celah gorden yang sedikit terbuka.

Mata nya sudah sepenuh nya terbuka, namun belum ada keinginan untuk bangkit dari kasur empuk nya itu. Ia menyadari mungkin ini sudah lebih dari pukul setengah tujuh. Namun masa bodo dengan itu ia masih ingin mengumpulkan nyawa nya terlebih dahulu, sebelum kulitnya terguyur oleh air yang dingin nanti. Semalas-malas nya Aska, ia tak pernah melewatkan mandi pagi. Karena kalau sampai itu terjadi, bisa-bisa pesona nya hilang. Padahal mau mandi ataupun tidak ia masih akan tetap wangi.

Aska terduduk di pinggir ranjang nya. Masih mencoba melawan kemalasan nya yang ingin kembali merebahkan diri di kasur. Akhirnya dengan segenap niat yang terkumpul, Aska melangkahkan kaki nya ke kamar mandi.

Aska sudah siap dengan seragam sekolah dan ransel yang ia sampirkan di bahu kanan nya. Sebelum keluar dari kamar, Aska menyempatkan untuk becermin terlebih dahulu.

"Ck orang ganteng mau gimana juga tetep ganteng sih" Ujar nya pada bayangan diri nya di cermin. Aska mode narsis memang begitu.

Ia menuruni tangga dengan terburu-buru menuju meja makan. Sesampai nya di sana Ia tidak melihat keberadaan bi Asih.

"Bi? Bi asih?" Seru nya pada bi Asih.

Bi Asih yang sedang berada di halaman belakang berjalan tergopoh-gopoh ke arah ruang makan.

"Ada apa den Aska? Bibi salah siapin makanan ya?" Tanya bi Asih dengan wajah polos menatap Aska.

Aska yang mendengar itu terkekeh kecil.

"Engga kok bi. Aska panggil bibi kesini supaya bisa sarapan bareng. Ayok bi temenin Aska sarapan" Ajak Aska pada Bi Asih, lalu Aska menarik kursi untuk bi Asih duduk. "Sini bibi duduk di sini"

"Gausah atuh den Aska. Udah bibi mah makan nya nanti aja. Sekarang mah yang penting den Aska sarapan dulu. Sini bibi siapin" Tolak bi Asih merasa tak enak hati.

Ini Tentang Feya (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang