Prolog

5.8K 323 6
                                    

Kallana hanya bisa menatap pria di depannya dengan wajah kaku. Semua sarafnya seakan mati rasa tanpa bisa dia gerakkan.

"Maaf, Lana," dulu Kallana suka setiap kali pria itu mengatakan kata 'maaf' seakan pria itu benar-benar membutuhkan dirinya untuk memaafkan pria itu. Yang artinya, dia terlalu berharga untuk pria itu hingga pria itu ingin selalu dia maafkan.

Karna menurutnya, hubungan itu sederhana. Ketika pasanganmu mengakui kesalahanmu, meminta maaf. Maka kamu hanya perlu memaafkan dan semua masalah selesai. Sesederhana itu.

Tapi kali ini, pemikiran itu seketika dia tepis. Terpatahkan. Dia benci dan tidak akan pernah menyukai pemikiran itu.

Dia benci ketika pria itu menggumamkan kata 'maaf' padahal dia tahu kesalahannya bahkan tak termaafkan.

Tidak bukan tidak termaafkan. Tapi pria itu meminta 'maaf' karna ingin meninggalkannya. Dia meminta maaf bukan untuk mengakui kesalahannya, menyelesaikan masalah mereka, tapi lebih ke-menyelesaikan hubungan mereka-yang dia anggap masalah.

"Kenapa,..?" Dia diam, guna mereda nada suaranya agar tidak bergetar. "Kenapa, Sat? Apa aku punya salah?"

Pria itu menggeleng, beringsut mendekat dan meraih tangan Kallana untuk ia genggam. Erat. Sangat erat seakan pria itu benar-benar takut kehilangan Kallana.

"Kamu nggak salah apa pun, Lana. Nggak. Kamu sama sekali nggak memiliki salah apapun. Aku lah yang salah di sini."

Kallana menunduk, menatap tangannya yang digenggam oleh Satria. Bukannya merasa nyaman seperti biasanya, Kallana malah merasa jijik dan marah.

"Aku tahu aku memang brengsek. Aku tahu aku memang bajingan. Tapi aku nggak bisa mengabaikan perasaanku yang jatuh cinta pada wanita itu."

Secepat kilat Kallana menarik tangannya menjauh. Tidak ingin lebih lama bersentuhan dengan tangan pria di depannya.

"Dia membuatku merasa bisa menemukan perasaan nyaman dan bahagia-yang nggak bisa aku dapatkan dari kamu." Dia diam beberapa menit. "aku merasa selama ini hubungan kita terlalu monoton. Nggak ada apa pun yang bisa membuatku merasa harus bertahan lebih lama lagi."

Kallana tersenyum kecut, memalingkan wajahnya yang mulai terasa panas. Begitu pun kedua matanya yang mulai terasa perih.

Tak ingin terlihat begitu menyedihkan di depan pria yang mengaku tak lagi mencintainya. Dia segera bangkit, menimbulkan bunyi decitan kursi di belakangnya karna gerakannya yang tiba-tiba. Bahkan karna kecerobohannya itu, kini tasnya yang berisikan makeup jatuh ke atas lantai. Membuat isinya berserakan di mana-mana.

Sejenak wanita itu terdiam, beku karna saat ini semua orang menoleh ke arahnya penuh penasaran. Namun bukan itu saja yang membuat dia semakin tampak menyedihkan tapi karna kecerobohannya. Hingga pandangannya hanya tertuju pada barang-barangnya yang berhamburan.

Kallana, sampai kapan kamu akan selalu mempermalukan dirimu sendiri?

"La, kamu nggak papa?"

"Jangan menyentuhku!" Tepis Kallana saat Satria menyentuh lengannya. Hendak membantunya untuk memungut barang-barangnya-yang kini dia pungut asal dan memasukkannya ke dalam tas.

"Kenapa? Kenapa baru sekarang kamu mengatakan jika kamu nggak mencintaiku? Kenapa nggak sedari dulu? Kenapa, brengsek?" Makinya, menghapus kasar air matanya-yang sedari tadi memaksa keluar. Namun mati-matian dia tahan agar tak jatuh. Dan semakin membuatnya kian terlihat menyedihkan.

"La-"

Kallana menggeleng, menatap pria di depannya marah dan penuh benci. Lima tahun berpacaran, menjalin kasih, dia kira hubungan mereka akan berhasil. Namun nyatanya dia salah.

Pria di depannya ternyata memilih pergi dan meninggalkannya. Mengkhianatinya dengan alasan 'ada wanita lain yang lebih bisa membuat ia bahagia'

Menatap marah pada pria di depannya sekali lagi. Diantara isaknya yang dia tahan. Dia berseru marah. "Aku benar-benar membencimu, Satria!"

Dia pergi, berlari dan menjauh. Membawa rasa sakit, marah dan kecewanya untuk pergi meninggalkan pria yang selama ini selalu dia anggap baik.

Kallana; Pernikahan 365 Hari (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang