365 Hari | 32

1.2K 121 6
                                    

Elemen tiba di kantornya, tentu saja dengan senyum cerah yang tidak luntur menghiasi wajahnya. Entah sejak kapan, namun dia merasa moodnya terasa begitu baik dan segala hal di hidupnya terasa menyenangkan akhir-akhir ini.

Mungkin berkat Kallana? Juga hubungan mereka yang kini terasa lebih menyenangkan? Bisa jadi seperti itu. Elemen seakan memiliki harapan baru juga keinginan baru-yang sulit ia jelaskan lewat kata. Namun setiap kali ia mengingat Kallana, senyum Elemen entah mengapa sangat sulit ia cegah untuk terbit.

Bahkan semalam, saat ia hampir terlelap, lalu menemukan wanita itu berbaring di sampingnya. Terlelap dengan tubuh miring menghadapnya, Elemen tidak tahan untuk tidak menyentuh wajah itu. Tangannya bergerak dengan sendirinya, tanpa komando mengusap pipi yang terasa begitu lembut saat bersentuhan dengan punggung tangannya. Lalu, bibirnya kembali tertarik ke atas begitu mengingat apa saja yang telah mereka lakukan. Di villa, yang entah mengapa Elemen senang saat mengingat jika tubuhnya sangat menyukai setiap jengkal tubuh itu.

Senang saat akhir-akhir ini wanita itu tak pernah keberatan dengan setiap sentuhannya. Menyenangkan sekali ternyata.

Awalnya, Elemen kira, hidupnya pasti akan berubah membosankan saat ia harus menikah dengan wanita yang tidak ia sukai, cintai dan begitu asing untuknya. Tapi ternyata pemikiran itu salah. Terutama ketika dia mengenal wanita itu lebih dalam. Lebih banyak dan segalanya semakin menyenangkan ketika wanita itu tak berusaha menutupi apa pun darinya.

Sampai, Elemen mulai berpikir, mungkin tidak apa-apa jika menghabiskan sisa hidupnya bersama wanita yang kini terlelap di sampingnya. Mungkin akan terasa menyenangkan saat mereka bisa berbagi segala hal dan saling mengandalkan satu sama lain.

Seyum Elemen kian melebar, tanpa ragu ia bahkan merekuh tubuh itu. Memeluknya erat seakan tak akan ada lagi hari esok. Terlelap dengan tubuh saling menempel dan memeluk. Dan setelahnya, Elemen rasakan jika tidurnya terasa damai sekali. Begitu pulas sampai rasanya waktu begitu cepat berlalu.

Elemen terkekeh, merasa konyol saat lagi-lagi dia hanya mengingat Kallana. Ah, sedang apa wanita itu? Apa dia juga tengah mengingat Elemen sama seperti dirinya yang mendadak ingin melihat wajahnya juga ingin mendengar suaranya? Kembali mengingat-ingat apa saja yang mereka lakukan akhir-akhir ini?

Elemen melirik ponselnya, hari masih sangat pagi. Yang artinya, waktu masih sangat panjang untuk bisa kembali bertemu dengan wanita itu. Juga mendapatkan kabar untuknya bisa menjemput wanita itu dan kembali bertemu tatap dan kembali bercerita.

Konyol. Elemen menggeleng. Berusaha mengusir segala pikiran-pikiran yang sejak tadi terus membuatnya tak konsentrasi dalam bekerja. Berusaha fokus meski sesekali ia masih sempat melirik ponselnya dan berharap akan ada satu pesan? Atau apa pun dari seseorang yang-perhatian Elemen dari ponselnya teralihkan begitu ketukan pintu menarik perhatiannya.

Dia bergumam, mempersilahkan siapa pun di balik pintu untuk masuk.

Sekretarisnya, Nadya masuk.

"Permisi, Pak,"

Elemen hanya bergumam, membalik layar ponselnya agar perhatiannya tidak terus tertuju ke sana.

"Ada tamu yang sedang ingin bertemu."

Kening Elemen mengernyit sesaat. "Siapa?"

"Bu Viona,"

Decakannya seketika keluar, tidak lupa gelengan enggan keluar begitu mendengar nama wanita yang-ada apa dengan wanita itu? Padahal dulu saat mereka masih bersama, wanita itu tidak akan mau repot-repot datang mengunjunginya jika tidak Elemen yang memintanya juga memohon padanya.

"Katakan saya sedang sibuk." Elemen sedang enggan berbasa-basi. Juga bertemu dengan seseorang yang akhir-akhir ini membuatnya jijik dan muak.

"Tapi beliau memaksa ingin bertemu, Pak."

Kallana; Pernikahan 365 Hari (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang