Kallana segera bersiap turun begitu mobil yang di kedarai Elemen berhenti di depan rumahnya.
Menoleh ke samping, keningnya mengernyit begitu menemukan Elemen juga bersiap turun. Sama seperti dirinya.
"A-aku kira kamu bisa langsung pulang." Mungkin ini terdengar tidak sopan, tapi Kallana juga tidak ingin jika Elemen bertemu dengan bibinya setelah obrolannya dengan bibinya malam itu yang belum menemukan titik terang.
"Kenapa? Aku kira tidak sopan kalau aku langsung pulang tanpa pamit dengan Bibi?"
"Bi Okta pasti sudah tidur."
Elemen melirik jam di pergelangan tanganya, yang masih menunjukkan pukul sembilan malam kurang beberapa menit.
"Terima kasih untuk hari ini, dan-" Kallana menunduk, meraih sesuatu dalam tasnya. Dan mengulurkannya pada pria di sampingnya.
"Karna pernikahan ini bukan pernikahan nyata seperti pernikahan pada umumnya, aku kira aku juga butuh ikut membayar semua biaya pernikahan kita, kan?" Elemen masih menatap apa yang wanita di sampingnya sodorkan. Cukup lama ia tatap benda itu.
"Kenapa?" Tanyanya begitu Elemen hanya diam menatap uluran tanganya.
"Walau ini kartu-"
"Kamu simpan saja." Elemen dorong tangan yang memegang sebuah kartu itu. "Karna aku yang sejak awal memintamumu menikah denganku, jadi biar aku yang membayar semuanya."
"Tapi-"
"Mungkin setelah perpisahan ini, kamu akan lebih butuh uang itu. Lagi pula kamu belum memiliki pekerjaan sekarang, kan? Kamu harus punya tabungan untuk berjaga-jaga."
"Aku masih punya-"
"Jangan keras kepala, Kallana!" Elemen meraih kartu dari tangan Kallana, kembali memasukkannya ke dalam tas wanita itu tanpa permisi, membuat Kallana terkejut beberapa saat.
"Masuklah dan istirahat. Aku akan pulang sekarang." Perintahnya kemudian.
Yang mau tidak mau membuat Kallana menghela nafas. Meski begitu ia tetap mengangguk setuju.
"Hati-hati." Pesanya sebelum ia beranjak turun.
"Kallana?"
Kallana menolah.
"Untuk bertemu kedua orang tuamu, aku punya banyak waktu luang. Kalau kamu mau-"
"Aku kira Bi Okta sudah cukup untuk satu-satunya keluarga yang aku miliki di pernikahan ini. Dan untuk waliku aku akan bicara dengan Bi Okta nanti."
"Kamu tidak mau meminta restu kedua orang tuamu?"
"Apa aku perlu restu untuk pernikahan yang sementara ini?"
Elemen tertegun mendengar suara Kallana yang berubah dingin dan datar. Begitu pun wajah wanita itu. Yang ternyata baru Elemen sadari jika sepertinya wanita itu tidak suka jika ia membahas kedua orang tuanya.
"Sesuai kesepakatan kita kan, Elemen. Kalau pernikahan ini hanya setahun, jadi aku harap kita tidak perlu melibatkan terlalu banyak orang di sini."
Elemen masih diam, menatap wajah itu lurus.
"Terima kasih untuk hari ini. Hati-hati. Selamat malam." Tak mengijinkan pria di sampingnya untuk membalas kata-katanya, Kallana segera beranjak turun. Pergi begitu saja setelah menutup pintu tanpa mau menatap atau bahkan menoleh ke arah Elemen yang masih diam di tempatnya.
*****
Elemen belum beranjak dari tempatnya, ia masih menatap punggung itu yang melangkah menjauh. Sampai getar ponselnya berhasil menarik perhatiannya, mengambil fokusnya dan semua perhatiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kallana; Pernikahan 365 Hari (SELESAI)
Romance#Elemen Bima Sanjaya. #Kallana. BUCIN AREA!!! Ketika dua orang yang saling ingin membalaskan dendam di pertemukan. Dipersatukan oleh takdir dan keadaan. Membuat mereka terikat pada sebuah pernikahan kontrak yang tidak mereka sadari membuat mereka sa...