365 Hari | 38

977 104 8
                                    

Mereka tiba di rumah sakit tidak lama, setelah Kallana menyebutkan rumah sakit yang harus mereka kunjungi dengan segera. Lalu setelah mereka tiba di sana, dengan Elemen yang masih terlihat khawatir juga kalut. Elemen temukan ibunya yang berdiri di sebuah ruangan. Tampak bugar dan baik-baik saja. Membuat Elemen menoleh ke arah istrinya yang kini menatapnya.

Sejak tadi, saat mereka di jalan. Dia tak memberikan Waktu Wanita itu untuk menjelaskan juga mengatakan apa pun yang dia kira. Mungkin dia harus fokus dan serius. Tidak ingin mendengar apa pun yang bisa membuatnya kian panik dan khawatir.

Lalu, setelah menemukan ibunya tampak baik-baik saja. Terlihat sehat juga tidak ada yang terluka sedikit pun. Membuatnya heran dan tak percaya. Bukankah tadi dia dengar jika ibunya kini berada di rumah sakit? Lalu apa ini? Bagaimana bisa..

"Bukan mama yang sakit?"

"Satria."

"Satria?" Ulang Elemen, terdengar tak percaya juga syok. Namun setelahnya, seakan tersadar sesuatu. Dia terkekeh, merasa konyol karna berpikir sejauh itu.

"Jadi kita ke sini karna Satria? Dan kamu terlihat terkejut juga khawatir karna yang sakit Satria?" Dia semakin terlihat kesal dan tak percaya. Menatap Kallana yang kini juga tengah menatapnya lurus.

"Apa ini semacam lelucon, Lana?" Suaranya terdengar berat, penuh geram. Jadi melihat Wanita di depannya hanya diam dan membisu. Elemen menggeleng. Terlihat tak percaya juga muak.

Dia berbalik, pergi. "Mas nggak pengen tahu kenapa Satria bisa masuk rumah sakit?"

"Aku sama sekali nggak peduli." Ujar Elemen diantara langkahnya. Mengepalkan tangannya erat. Sama sekali tidak menghentikan langkahnya yang lebar dan tegas.

Kallana menggeleng, tak percaya melihat tingkah suaminya. Jadi dengan Langkah yang sedikit berlari. Dia berusaha menyamai Langkah suaminya. Menahan lengannya dan menariknya, berharap pria itu akan berhenti agar mereka bisa bicara.

"Kalau gitu jawab pertanyaanku." Ujar kallana saat Elemen menoleh dan menatapnya. "Apa yang membuat Mas dan Satria bertengkar hingga dia harus dilarikan ke rumah sakit seperti sekarang ini?"

Kening Elemen sedikit berkerut samar. Tidak mengerti ke mana arah pembicaraan istrinya itu.

"Mas semalam bertengkar dengan Satria, kan?"

"Jadi dia masuk rumah sakit hanya karna-"

"Satria mengidap kanker," Ucapan itu berhasil membuat Elemen membeku di tempatnya. "Dan semalam karna pertengkaran kalian. Kondisinya memburuk. Jadi-"

"Jangan bercanda, Kallana!" Tegur Elemen berbalik. Menatap tajam istrinya hingga membuat Wanita itu beringsut takut. Segala keberaniannya menguar, hilang karna mendengar nada suara Elemen yang meninggi.

Mereka saling tatap, dengan wajah Elemen yang mengerat juga terlihat marah.

"Aku sama sekali nggak bercanda, Mas."

Elemen mendengus. Menarik lengannya hingga pegangan Kallana di sana terlepas. Kakinya bergerak mundur dan menjauh. Membuat Kallana menelan ludah susah payah. Dia belum pernah menemukan wajah marah juga kesal Elemen. Yang ternyata, saat ia menemukannya saat ini. Wajah itu terlihat mengerikan juga menakutkan. Membuat semua keberanian yang ia miliki menguar. Hilang entah ke mana.

Elemen hanya menatap wajah itu. Sekilas sebelum ia melewatinya. Melangkah begitu saja tanpa mengatakan apa pun. Membuat Kallana hanya bisa menunduk dan menghela nafas Panjang. Lalu setelahnya ikut berbalik dan mengekori suaminya. Melangkah ke arah ibu mertuanya yang masih berdiri di tempatnya. Terlihat khawatir juga cemas.

"Apa yang terjadi, Ma?"

Sinta langsung menoleh begitu mendengar teguran putranya. Saat menggeser pandangannya sedikit, ke arah menantunya. Dia temukan wajah menantunya yang terlihat sedikit pucat.

Kallana; Pernikahan 365 Hari (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang