365 Hari | 22

1.7K 177 6
                                    

"Lana, pulanglah. Kamu terlihat lelah." Tegur Okta begitu Kallana selesai menyuapinya makan malam.

Keponakannya itu, terlihat lelah dan lesu. Yang dia yakini pasti karna harus mengurusnya seorang diri.

"Lana baik-baik saja, Bi."

Okta menggeleng. "Kamu terlihat lelah, pulanglah. Setidaknya kamu harus berganti baju dan membersihkan diri."

Kallana menunduk untuk melihat pakaian yang ia gunakan. Yang belum ia ganti sedari kemarin, bukannya tidak sempat. Hanya saja, Kallana takut jika meninggalkan bibinya seorang diri di rumah sakit, dia akan kesulitan jika membutuhkan sesuatu. Lagipula kondisinya belum begitu pulih.

"Pulanglah. Istirahat. Bibi akan baik-baik saja di sini."

"Tapi-"

"Ada banyak orang di sini. Lagipula perawat juga akan sering datang mengecek kondisi bibi, kan?"

Benar, beberapa jam sekali suster akan datang mengecek kondisi bibinya. Juga mengganti infus dan menyuntikkan sesuatu di sana. Tapi jika harus meninggalkan bibinya begitu saja, tanpa ada yang menggantikannya untuk berjaga, Kallana tidak setega itu. Mana mungkin dia bisa tenang di perjalanan.

"Pulanglah, Lana. Kamu juga harus mengecek Elemen, kan? Dia pasti-"

"Mas El bisa mengurus dirinya sendiri, Bi. Bibi nggak perlu khawatir. Lagipula dia pasti belum pulang kerja, dia pasti-" Ucapan Kallana terhenti begitu pintu ruangan terbuka dari luar. Begitu ia menoleh. Kedua matanya melotot saat menemukan siapa yang membuka pintu  itu.

Elemen. Pria yang kini tersenyum ke arah bibinya dengan wajah lebih segar. Begitu pun ndandanannya yang lebih santai dari biasanya.

"Hai, Bi, Gimana kondisi tubuhnya sekarang. Sudah lebih baik, kan?" Kallana masih mengikuti pergerakan tubuh pria jangkung itu. Yang melangkah mendekat hingga berhenti di sampingnya. Membuat kallana harus sedikit mendongak melihat pria itu.

"Hmm, bibi sudah baik-baik saja."

"Syukurlah."

Kallana perhatikan interaksi dua orang di depannya itu lebih seksama.

"Kamu baru pulang kerja, El?"

Diam-diam Kallana melirik pria di sampingnya yang kini mengangguk.

Benarkah? 

Tiba-tiba Kallana ingin bertanya begitu, namun mati-matian dia tahan. Seakan bersikap acuh dan tak peduli.

"Aku bawakan sesuatu untuk bibi." Saat wajah itu menoleh dan menatap Kallana. "Aku juga bawa makan malam untuk kamu, Lana. Kamu belum makan malam, kan?"

Kallana sudah membuka mulut untuk menjawab, tapi jawaban bibinya yang lebih cepat membuat ucapannya kembali tertelan.

"Belum. Dia belum memakan apa pun sedari siang tadi."

Dan Kallana masih bisa merasakan jika kedua mata itu masih menatapnya lurus. Membuat Kallana bertanya-tanya apa ada sesuatu di wajahnya.

Berdiri kikkuk, Kallana menoleh ke arah samping. "Aku bisa titip bibi sebentar, kan?" Mungkin benar jika ia butuh mandi dan bersih-bersih. "Aku akan pulang sebentar untuk membersihkan diri dan mengambil pakaian ganti bibi."

Elemen mengangguk tanpa ragu. "Tentu." Ujarnya. "Mau aku antar?" Tawarnya kemudian.

Kallana menggeleng. "Nggak perlu. Tolong temani bibi saja di sini."

"Biarkan El mengantarmu pulang, Lana. Ini sudah malam."

"Lana bisa naik taksi, Bi. Dan Lana akan merasa tenang jika meninggalkan bibi di sini dengan mas El. Setidaknya harus ada yang menjaga bibi di sini."

Kallana; Pernikahan 365 Hari (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang