365 Hari | 24

2.2K 192 8
                                    

"Aku bantu cuci piring?"

Kallana tidak tahu apa yang terjadi pada pria di sampingnya, tapi-demi tuhan, lebih baik pria itu pergi atau keluar ke mana pun asal ia berhenti mengganggunya.

Menahan pergelangan tangan Elemen yang berniat meraih gelas di depannya, Kallana menggeleng. Mati-matian menahan ekspresi wajahnya agar tidak berlebihan.

"Nggak perlu." Dia yakin jika pria di sampingnya ini bahkan tidak tahu bagaimana caranya mencuci piring.

"Mending mas duduk, diam, atau pergi lakukan apapun sesuka mas. Tapi tolong, menjauh dari dapur!"

Bukannya tersinggung atau marah karna omelan wanita di sampingnya, Elemen malah terkekeh geli.

Tak urung tanganya meletakkan gelas di tanganya pada bak pencuci piring.

"Kenapa, sih?" Ia melipat kedua tanganya di depan dada, berdiri miring guna menghadap ke arah wanita yang sejak tadi tampak menatapnya tak bersahabat. Membiarkan tubuh sampingnya bersandar di kitchen set. "Masih marah?"

Kallana menutup rapat mulutnya, masih sibuk dengan kegiatannya mencuci piring. Semua itu membuat Elemen mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Biasanya kalau istri mencuci piring suami ngapain?"

Kallana menghentikan sejenak kegiatannya guna menatap pria di sampingnya yang menatapnya polos. Seperti tak memiliki salah apa pun atas apa yang telah ia kataka.

"Kenapa, aku benarkan?"

Kallana mengembuskan nafas berat, kembali melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda.

Melihat itu Elemen pun mengulum senyum. Kembali mengangsurkan tanganya untuk hendak meraih gelas di depan Kallana, namun secepat kilat mendapatkan pukulan di punggung tangannya, tidak keras namun cukup mampu membuat Elemen terkejut.

"Aku sudah bilang jangan menyantuh apa pun, kan?!" Saat wanita itu melotot galak, Elemen meringis, kembali menarik tangannya dan melipatnya di depan dada.

"Baiklah, kalau begitu aku akan menemanimu di sini."

Kallana menggeleng putus asa. "Apa mas nggak punya kerjaan lain selain mengganggu ku?" Gerutunya yang masih bisa di dengar oleh Elemen.

"Oh, jadi kamu merasa terganggu?"

Kening Kallana sedikit terlipat mendengar nada suara Elemen yang terdengar berbeda. Menoleh, ia menemukan sebelah alis pria itu sedikit mengernyit, menatapnya dengan ekspresi yang-sulit diartikan. Sampai Kallana merasa perasaannya tak enak.

"Bukan git-Mas!" Pekik Kallana saat tiba ada percikan air yang mengenai wajahnya.

"Gimana, masih terganggu?"

Kallana melotot, kedua matanya semakin melebar saat Elemen kembali mengulangi apa kegiatan usilnya itu. Hingga membuat wajah dan baju Kallana sedikit basah.

"Mas, aku basah." Merasa kesal lantaran hanya dibalas gelak tawa oleh pria di sampingnya, Kallana pun meraih air yang mengalir dari kran di depannya, menampungnya dengan telapak tangan baru kemudian melemparnya ke arah pria di sampingnya.

"Mas yang mulai duluan." Ujarnya saat Elemen tampak terkejut dengan apa yang ia lakukan. Kakinya bahkan kini melangkah mundur saat Elemen mengusap wajahnya yang basah.

Mendengus, Elemen terkekeh samar. "Ngapain mundur-mundur?"

"Mas, nggak usah aneh-aneh, ya, ini udah malam. Aku-" Belum sempat kallana meneruskan ucapannya, kedua matanya langsung terpejam saat wajahnya terkena percikan air karna ulah Elemen. Dan dengan santainya pria itu malah tertawa renyah.

Kallana; Pernikahan 365 Hari (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang