365 Hari | 19

1.8K 204 16
                                    

Kallana segera mempercepat langkahnya begitu mendengar suara gelak tawa di luar kamar. Begitu ia membuka pintu, berhasil berada di sana, keadaan berubah hening. Semua orang terdiam dan menatapnya.

Ada perasaan kikkuk saat semua pasang mata menatap ke arahnya, dengan ekspresi yang berbeda-beda. Dan ia hanya mengerjab kikkuk, antara ingin meneruskan langkahnya atau memilih berbalik dan kembali masuk. Karna kini tamu yang datang di pagi hari ini bukanlah mertuanya atau bibinya. Melainkan seorang pria yang tampak asing di mata Kallana.

"Lana?"

Sampai teguran Elemen untuk pertama kalinya menarik kesadarannya. Sadar jika ia sedari tadi hanya berdiam diri di depan pintu.

"Kemarilah." Ia bergerak kikkuk, mendekat ke arah Elemen yang mengulurkan tangan ke arahnya.

Menerima uluran tangan Elemen, Kallana mengangkat sedikit pandanganya, dan menemukan tatapan seseorang yang kini sedang menatapnya lurus. Dan anehnya, Kallana merasa tatapan itu tidak asing.

"Ini Rio." Dia memperkenalkan pria di depannya. Yang kini mengulurkan tanganya tanpa ragu sedikit pun.

"Rio," Pria itu tersenyum manis dan Kallana melarikan lirikannya ke arah Elemen sekilas. Begitu mendapatkan anggukan kepala, barulah Kallana menerima uluran tangan itu.

"Kallana."

"Nama yang bagus. Cantik seperti orangnya."

Itu adalah pujian yang terdengar biasa, dulu Kallana sering mendengarnya. Namun entah mengapa Kallana merasa berbeda.

"Oh, kalian mengobrol lah. Aku akan buatkan minum."

"Lana," Gerak kakinya yang hendak berbalik terhenti begitu Elemen menahan pinggangnya, memintanya untuk bertahan di tempatnya.

"Kami akan keluar sebentar." Elemen menatapnya penuh, entah apa maksudnya dan Kallana hanya bisa tersenyum, mengangguk mengerti.

"Kamu nggak papa kan aku tinggal sebentar?"

Tentu saja.

Kallana menahan diri untuk tidak mengatakan itu. Jadi dia hanya kembali mengangguk.

"Aku janji hanya sebentar." Dan Kallana mengernyit, tampak bingung.

Bukankah selama ini jika ingin pergi Elemen tidak pernah ijin padanya? Pamit atau pun semacamnya? Kenapa-Kedua tangan Kallana terkepal begitu tiba-tiba Elemen mendekatkan wajahnya, mencium bibirnya kilat dan tersenyum.

"Terima kasih untuk sarapannya pagi ini," Ucapan itu terdengar ambigu. Setelahnya, bibir itu kembali mendekat, mencium pelipisnya lama dan lembut. Membuat Kallana tertegun dan merasa tubuhnya berubah kaku.

"Aku pergi." Elemen sama sekali tak memberikan kesempatan pada Kallana untuk menguasai diri, dengan santai pria itu malah berlalu, meninggalkannya yang kini menoleh ke arah depan. Dan menemukan pria yang tadi memperkenalkan diri bernama Rio tengah menatapnya lurus.

Saat Kallana balas menatapnya, pria itu tersenyum dan mengangguk. Lalu menyusul langkah Elemen yang pergi lebih dulu.

Ada sesuatu yang terasa menyengat dalam diri Kallana saat pintu terdengar tertutup, apalagi saat dia menyentuh dadanya yang detak jantungnya mulai berdetak tak berirama. Seperti, dia telah berlari maraton jauh.

****

"Jadi dia perempuan yang lo pilih menjadi pengganti Viona?"

Diantara langkah kakinya yang panjang Elemen menolah, menatap Rio yang kini melangkah di sampingnya.

"Ya. Kenapa, ada masalah?"

Rio menghentikan langkahnya, begitu pun Elemen yang ikut berhenti. Dan kini menatap sahabatnya yang menatap ke arahnya.

Kallana; Pernikahan 365 Hari (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang