Segenap keberanian ia kumpulkan, dengan langkah penuh hati-hati disertai dengan senyuman, nyatanya mampu untuk melancarkan aktingnya.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya jane pada Vincent yang tengah mencoba untuk duduk.
"Jangan dipaksakan, lebih baik kau berbaring saja." Sang empu malah tersenyum.
"Keadaanku sudah lebih baik, kau tidak perlu khawatir." Jane menghela napas pasrah.
"Baiklah, terserah padamu jenderal Vincent."
"Hey.....hey, jangan marah. Aku berkata benar, keadaanku jauh lebih baik sekarang dokter cantik."
Jane mengangguk, "Jadi, kedatanganku tidak diperlukan?"
Vincent gelagapan
"Bukan begitu, hanya saja aku ingin menghabiskan waktu bersamamu. Lebih baik kau duduk." Vincent menepuk-nepuk kasur, menyuruh jane agar duduk di sampingnya.
Tidak terlalu besar ukurannya, namun cukup untuk mereka berdua.
"Kau butuh sesuatu?" tanya jane lembut, Vincent tersenyum dibuatnya.
"Hanya merindukanmu." Jane tersenyum getir.
"Kita sering bertemu, apa itu tidak cukup?"
"Emm...rasanya itu kurang memuaskan." Jane mengangguk.
"Jadi aku harus bagaimana?" Vincent tersenyum senang seraya menunjuk pipinya.
Cup
"Cukup?"
"Untuk sekarang sudah cukup."
"Hey, Jenderal. Kapan kau akan menikah dengan dokter soraya."
Soraya menundukkan kepala, pipinya terasa sangat panas.
"Jangan menunda, itu tidak baik. Kulihat kalian sangat cocok dan sering menghabiskan waktu bersama."
"Jangan terus menggodanya, bung. Kedua pasangan itu akan sangat malu, mereka sedang dimabuk asmara."
Jane tersenyum miris, sangat sulit untuk mendeskripsikan hatinya sekarang.
"Jane, ayo kita pergi. Aku tidak nyaman disini." Bisik Aubrey
"Bagaimana bicara pada mereka? Aku tidak enak hati." Aubrey mengehala napas gusar.
"Teman-teman, aku dan jane izin untuk kembali ke tenda. Tentu kalian paham jika ibu hamil ini merepotkan." kelakar Aubrey.
"Ya kalian boleh pergi, beristirahat jane. Kau tidak boleh kelelahan, tidak baik untuk kandunganmu." Ujar steven mewakili.
"Terimasih."
Keduanya pergi, dengan jane yang kesal pada Aubrey. Bisa-bisanya wanita itu mengatas namakan dirinya.
"Maafkan aku, Jane. Itu jalan satu-satunya, aku tidak punya alasan lain." Jane hanya mengangguk pasrah.
Terdengar suara ledakan dari arah barat, para tentara berlari panik menuju asal suara.
"Soraya." Vincent berlari tergopoh-gopoh, panik saat melihat seorang perempuan terluka akibat ledakan itu.
"Kau baik-baik saja?"
Vincent memeluknya sangat erat, seolah takut kehilangan sang wanita.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.