Sacrificio

666 122 25
                                    

Waktu terasa begitu cepat, tapi tidak bagi Vincent. Dua bulan ini, jane sama sekali tidak mengirimkan surat untuknya. Bahkan surat yang ia kirimkan untuk perempuan itu, tidak ada balasan sama sekali.

Rasa khawatir dan cemas berlebihan, ternyata berdampak pada kesehatan Vincent. Akhir-akhir ini pria itu sering jatuh sakit, bahkan selalu mendapatkan luka sehabis peperangan.

"Apa yang terjadi pada dirimu, Jenderal? Sudah 2 bulan, aku melihat dirimu sangat kacau." Januar sahabat dekat Vincent itu, sangat khawatir pada perubahan Vincent.

"Pernah kau merasakan rasa sakit, khawatir, serta cemas yang berlebihan hanya karena seorang wanita?"

Januar mengernyit bingung, "Ya, pada saat perempuan yang kusukai terluka."

Vincent menatap januar, "Apakah aku mencintainya?"

Januar tertawa, "Tentu saja, apa kau baru menyadarinya?"

"Iya, setelah sekian lama aku baru menyadarinya. Dia rumahku, bukan hanya sekedar rumah singgah. Namun, aku terlalu bodoh untuk mengakui perasaannku sendiri."

"Siapa perempuan yang kau maksud?" tanya Januar penasaran.

"Kau akan tahu besok."

Vincent rasanya ingin segera memeluk perempuan itu, mengatakan bahwa ia sudah mencintainya sejak lama. Namun, ia terlambat menyadarinya.
















Para tentara serta tenaga medis, sudah berbaris rapi untuk menyambut kedatangan Aubrey dan Jane. 2 bulan ini, para tenaga medis cukup kewalahan. Biasanya ada jane yang selalu membantu mereka, bahkan perempuan itu sangat cepat dalam memberikan pertolongan pertama.

Tak ayal, jane sering mendapat apresiasi dari para tentara dan petugas medis karena kemampuannya.

Vincent berdiri dengan gagah, sebelah tangannya menggenggam sebatang bunga mawar biru. Cukup sulit untuk mendapatkannya di tengah-tengah peperangan, namun usaha tidak menghianati hasil.

Ia akan mengungkapkan perasaannya pada perempuan itu, membahagiakan serta menjaganya adalah prioritas Vincent sekarang.

"Astaga, bayi siapa ini? Sangat cantik sekali." puji Rosé pada Aubrey yang baru saja turun dari mobil.

Aubrey tak bergeming, matanya menatap bayi itu nanar.

"Kau datang sendirian? Dimana jane?" Tanya Vincent tak sabaran.

"Salam Jenderal Vincent, saya letnan Andara yang berjaga di perbatasan timur." Ujarnya, Vincent tersenyum sebagai sambutan kepada tamunya.

"Saya mengucapkan beribu terimakasih atas bantuan yang anda berikan. Karena bantuan anda yang mengirim petugas medis, seperti dokter jane dan dokter Aubrey para tentara disana terbantu dengan sangat baik. Keadaan menjadi kondusif, namun dengan hormat dan permintaan maaf saya selaku perwakilan para rekan-rekan saya. Kami tidak bisa mengembalikan salah satu rekan anda dengan selamat, dengan ini saya nyatakan bahwa Dokter Jane anastasia telah gugur dalam medan pertempuran. Ia adalah salah satu pahlawan, yang rela mengorbankan nyawanya. Tapi, bayinya lahir dengan selamat. Sebelum beliau wafat, ia menitipkan surat untuk anda."

Senyum Vincent luruh, ia bahkan tidak sanggup untuk menopang tubuhnya.

"Kami melakukan penghormatan terakhir untuk beliau, salah satu permintaannya dimakamkan di samping makam ayah dan ibunya."

Vincent menatap nanar peti jenazah istrinya, tubuh jane dibalut indah dengan dress putih. Wajah cantiknya pucat pasi.

"Tidak, ini tidak mungkin. Kau berjanji akan pulang dengan selamat, bahkan kau belum mendengar kata cinta dariku." Tubuh Vincent luruh ke tanah, ia tak kuasa menahan segala rasa sakitnya.

Kisah Singkat TaennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang