II. About 'First Love Never Die'

64 6 0
                                    

MAAF UNTUK TYPO

JANGAN LUPA VOTE 💓💓🎈

IM sorry but you re so---

"Pangeran Aiden cuma milik Lean"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pangeran Aiden cuma milik Lean"


Sejak tiba di mall, Lean selalu mengapit lengan Aiden. Ia benar-benar takut cowok itu hilang dari jangkauannya.

Maksudnya, ia takut ada cewek lain yang mengira bahwa Aiden ini sendiri alias jomblo. Padahal ada dirinya sebagai pacar cowok itu. Si ice prince Aiden.

"Novel kamu udah banyak. Apalagi yang mau dibeli? "

"Novel aku emang udah banyak Aiden. Tapi bertambah hari, judul novel juga bertambah banyak. "balas Lean dengan cengirannya membuat tangan Aiden tergerak untuk mengacak pelan puncuk kepala ceweknya.

Di dalam toko buku, Lean mengamati setiap inci rak yang menyediakan berbagai genre dengan judul yang berbeda beda.

Jika seperti ini, ia merasa mupeng. Bingung mau memilih yang mana. Ia harus beli hanya dua saja kali ini.

Karena takutnya jika ia sekali beli sepuluh buku, lama kelamaan ia akan membuat perpustakaan pribadi di rumahnya.

Akhirnya Lean menemukan sebuah judul buku, First Love Never Die. Satu buku itu tiba-tiba menarik matanya. Ia mengambilnya.

Aiden melirik buku itu. Sedikit ia mengernyit bingung. Kenapa harus itu yang ceweknya pilih?

"Kayanya bagus. "gumam Lean. Tiba-tiba saja terbesit suatu hal absurd dalam benaknya.

First Love. Kira-kira siapa cinta pertamanya? Ia sendiri bahkan tidak tahu.

Perihal Aiden, cowok itu adalah pacarnya yang ke tiga. Yang keduanya adalah Raden dan Bian sewaktu Sekolah Menengah Pertama.

Sewaktu berpacaran pun rasanya ia biasa saja. Ia tidak yakin bahwa di antara Raden dan Bian adalah cinta pertamanya. Karena dulu pacaran pun karena hasil permainan TOD.

Tetapi satu hal, sewaktu ia---

"Ehm. "Aiden berdehem. Cowok itu merasa agak bingung dengan Lean yang terdiam sambil menatap novel itu. Seperti ada yang cewek itu pikirkan.

"Eh, aku melamun ya?"

"Mikirin apasih? "

Lean terdiam, lalu terkekeh sejenak. "hehe, gak papa. Ayo ke sana, butuh judul lain. "

Lean menggandeng lengan Aiden. Aiden mengikut saja. Meski diam, otaknya berpikir.

"Kamu mikirin first love? "

Lean langsung menoleh lalu menyengir. "kepo aja. "

"Serius Len. "ucap Aiden biasa tapi terdengar tegas dan memaksa. Ah Lean jadi ciut.

"Iya, emang lagi pikirin. Tiba-tiba aja terlintas. Siapa? Gitu. "jawab Lean sambil memilih judul novel lagi.

"Terus siapa? "Aiden masih setia di belakangnya.

"Gak tau. Gak nemu jawabannya. "

"Masa sih?! "

"Iya. Bingung sendiri. Emang siapa ya? Dulu sewaktu sama Raden aja karena TOD. Kalo sama Bian karena kasihan. Udah nembak 5 kali tapi aku tolak terus. "balas Lean panjang diakhiri kekehan kecilnya.

Ia jadi teringat tentang Bian, cowok yang dengan tidak malunya meminta ia untuk menjadi pacarnya.

Terhitung sudah 4 kali. Dan untuk yang kelima kalinya, akhirnya Lean terima. Ia kasihan pada Bian waktu itu. Ia juga tidak ingin Bian malu.

"Kalo Raden? Kan emang saling suka kan kalian? "Aiden bertanya lebih detail.

Lean mengangguk setuju, "iya memang. Tapi aku gak yakin. "ia tersenyum sambil menatap Aiden.

Ia sudah menemukan judul novelnya lagi. Ia pun mengajak Aiden untuk ke kasir. Aiden dengan peka langsung menyerahkan kartunya kepada penjaga kasir.

Penjaga kasir itu terlihat salting saat Aiden menyerahkan kartunya dan berbicara singkat. Membuat Lean mendengus geli.

Apakabar dengan dirinya yang sudah menjadi kekasih cowok itu? Aiden miliknya.

Setelah dari toko buku, mereka memutuskan untuk makan di restoran yang ada di mall. Karena memang sejak pulang sekolah, perut mereka belum terisi apa-apa.

Jujur Lean lapar sekali. Jadinya ia pesan satu porsi makanan berat dan dua makanan ringan.

Aiden hanya geleng-geleng kepala. Baginya sudah biasa dan justru ia suka karena Lean terlihat apa adanya.

"Nanti aku nambah ice cream ya, Den? "

Aiden mengangguk saja sambil mengunyah makanannya. "terserah. Pesen aja semua kalo mau. "

Lean tertawa dan menepuk lengan Aiden.

"Pacar baiiikkk... Jadi makin so so very sayang AIDEN! "seru Lean senang. Sambil mmperagakan bahwa dirinya seperti memeluk Aiden.

Aiden tertawa, begitu juga Lean.

Aiden yang melihat raut bahagia Lean ikut tersenyum. Ia juga bahagia.

Lean memang yang selalu mencairkan suasana di antara keduanya. Kalo ia sendiri tentu tidak bisa.

Ia memiliki kepribadian yag Introvert berbeda dengan Lean yang cukup ekstrovert.

Satu sekolah saja memberinya julukan sebagai Ice Prince karena ia yang terlihat dingin dan paling sedikit bicara di antara EGROS yang lainnya.

"Aiden. "panggil Lean membuat Aiden menghentikan kunyahan di mulutnya.

Lean senyum, senyum yang manis banget. Sampai Aiden dibuat terpaku.

"Kalo aku nerbitin novel, judulnya bakal Pangeran Aiden milik Lean. Keren gak sih?!"tanya Lean diiringi kekehan.

Aiden tersenyum mendengar itu.

Ah, Lean tetap terpesona dengan Aiden. Cowoknya yang irit bicara tetapi tingkah lakunya membuatnya ingin mencebur ke lautan.

Tapi dia pikir-pikir dua kali. Jika ia mencebur ke lautan dan tidak selamat, bagaimana dengan Aiden?

Cowok itu 100 persen akan dikelilingi para cewek cewek dan Lean tidak mau itu terjadi.

Itu akan menjadi sebuah mimpi buruk baginya.

To be Continued

Accident | On HOLD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang