prologue

164 47 19
                                    

Tentang dia yang merasa kadang sendiri.
Padahal memiliki keluarga dan teman untuk bercerita tetapi ia lebih memilih memendam sendiri.

Tentang dia yang menunggu orang dari masa lalu.
Ada pepatah yang mengatakan "yang lalu biarlah berlalu cukup menjadi kenangan dan jangan kau ungkit kembali" tetapi bolehkah masa lalu itu terulang lagi?.

Tentang dia yang menemukan orang baru.
Orang baru tetapi familiar, orang baru tetapi perlakuannya membuat Dejavu.

Dia Queen Aurora yang kerap di sapa Ara, dia yang menunggu seseorang di masa lalu dengan janji-janji yang pernah terucap.

Namun dia di pertemukan dengan seseorang, bukan masa lalunya melainkan orang baru.

Masa lalu atau orang baru?
.
.
.
.
.
.
.
.
.


Jakarta 05.00

Kring kring kring

Bunyi alarm memenuhi ruangan yang bernuansa putih dan gold terkesan mewah tapi terlihat elegan

"Hoam.. udah pagi aja, perasaan buru tidur deh"renung seorang gadis yang kerap disapa Ara dengan nama lengkap Queen Aurora. Dia bergegas menuju kamar mandi untuk segera pergi kesekolah karena dia memiliki jadwal piket.

Selang beberapa menit Ara pun keluar dari kamar mandi dengan santai dan menuju walk in closed.

"Cantik banget sih gue"PD Ara di depan cermin sambil tersenyum bangga.

"Udah ah turun aja pasti udah di tungguin"guman Ara.

Tak
Tak
Tak
Suara kaki menuruni anak tangga

"Morning mam dad"sapa Ara.

"Too sayang"jawab mereka serempak.

Setelah sampai di meja makan Ara mencium pipi mam dan dad nya.
"Baru aja tadi mami mau panggil udah turun aja"jelas Elitza.

"Kan aku anak yang rajin mam"jawab Ara.

"Sudah sudah ayo makan Dady ada meeting pergi hari ini" lerai Darren.

~Skip setelah makan

"Ara mau berangkat bareng Dady atau bawa mobil sendiri"tanya Darren.

"Bareng Dady ajalah males nyetir"jawab Ara sambil berdiri.

"Ayo berangkat"ajak Darren sambil ikut berdiri. "Mam aku berangkat dulu ya"pamit Darren kepada sang istri sambil mencium kening dan di balas dengan mencium punggung tangan.

"Mam aku juga berangkat ya"pamit Ara sambil mencium punggung tangan maminya.

"Iya hati hati di jalan jangan ngebut ya dad"pinta mami.

"Iya assalamualaikum mam"pemit mereka.

"Waalaikumsalam"jawab Elitza.

Saat di pertengahan jalan menuju sekolahan D'H high school tiba tiba mobil yang mereka tumpangi mogok.

"Dad kenapa kok berhenti kan belum sampai"tanya Ara sambil menautkan alisnya.

"Bentar dad cek dulu"jawab Darren sambil keluar mobil untuk ngecek mesin dan ternyata mesinnya baik baik saja. Setelah Ara menunggu sekitar tiga menit dan Dady nya tak kunjung masuk mobil ara pun berinisiatif untuk keluar.

"Dad kenapa kok lama"tanya Ara kepada Darren.

"Nggak tau Ra tiba tiba berhenti pas dad cek mesinnya nggak ada yang rusak"jelas Darren sambil kembali mengotak Atik mesinnya lagi.

Ara hanya bisa menghela nafas dia melihat jam yang ada di tangan kanannya itu menunjukkan pukul 06.43 padahal dia mempunyai piket hari ini dan saat Ara memalingkan wajahnya dia tidak sengaja melihat ban mobil belakang yang sebelah kiri itu ternyata kempes dan salah satu bautnya hilang. Berhubung mobilnya di disain khusus jadi ketika ada masalah sedikit saja mobil dengan otomatis akan mogok agar tidak membahayakan.

"Dad lihat deh bannya kempes"pekik Ara sambil menunjuk ban belakang mobil.

Darren pun menghampiri Ara dan melihat abjek yang di tunjuk Ara.

"Yah mana gak bawa ban serep lagi"helaan nafas kecewa Darren.

Tin,tin,tin.

"Permisi om kenapa kok berhenti"tanya seorang pemuda yang memakai seragam sekolah yang sama seperti Ara .

"Oh, ini nak ban mobil saya bocor dan lupa tidak membawa ban serep"jelas Darren.

"Emang om mau kemana"tanya pemuda itu.

"Saya mau ke kantor tapi saya mau nganterin anak saya ke sekolahan nya "jelas Darren.

"Kenalin om nama saya Arkan Leonardo, maaf sebelumnya anak om seragamnya Sama seperti saya beleh saya ajak anak om" Arkan mengenalkan dirinya sambil memberi tawaran karena ia juga mempunyai piket hari ini.

"Apa jaminannya"tantang Darren karena dia tidak mau anak semata wayangnya di bawa oleh laki laki asing.

Arkan membuka dompetnya dan menyerahkan kartu identitas disana tertera nama,nomor telepon dan alamat rumah. "Ini om kalau anak om lecet om bisa datang ke alamat itu"jelas Arkan sambil menyerahkan kartu tersebut.

"Ya tapi awas aja kalau sampai anak saya lecet sedikitpun nyawa kamu jaminannya" jawab Darren santai sambil menerima kartu tersebut.

Sontak saja jawaban Darren mendapatkan ekspresi terkejut dari Ara karena Darren dari dulu kalau sama orang asing tidak perna seakrap itu apalagi sepercaya itu.

"Ara kamu berangkat sama Arkan ya"pinta Darren sambil menatap putrinya.
"Terus dad gimana"tanya Ara balik.

"Nanti dad suruh sekertaris dad buat jemput kebetulan sekertaris dan kalau ke kantor lewat sini"jawab Darren meyakinkan Ara.

"Yaudah dad soalnya Ara ada piket, jadi harus buru buru" final Ara

Langsung saja Ara naik ke motor tersebut dengan mudah karena ada tidak terlalu pendek dan tidak terlalu tinggi. Dan disana arkan juga sudah siap.

"Mari om"pamit Arkan.
" Bay dad"pamit Ara.

"Pegangan biar gak jatuh"suruh Arkan. Langsung saja Ara memeluk perut Arkan dan membuat jantung Arkan merasa berdisko.

Bruum,,,bruum.....

Sesampainya di D'H high school Arkan menurunka Ara di parkiran dan menyuruh Ara untuk menunggunya.

"Ayo" ajak Arkan sembari menggandeng tangan Ara dan membuat Ara membeku di tempat.

"I-iya" gugup Ara.

"Lo kelas berapa" tanya Arkan .

"Kelas XII IPA 1 kalau lo" jawab dan tanya ara.

"Ohh gue kelas XII IPA 2"jawab Arkan.

Merekapun berjalan memasuki kelas masing masing setelah Arkan mengantar Ara ke kelasnya.

Ara's Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang