Third-Invite

493 89 0
                                    

Berjalan di Lorong sepi, menuruni tangga menuju dungeon. Elyse merasa ketakutan jika Mr. Flich dan kucingnya memergoki dan tidak mendengarkan alasannya.

"Dingin sekali disini, bodohnya aku mengira suhunya sama dengan lantai atas." Gadis itu menggosok pelan lengannya dan telapak tangan secara bergantian untuk meredakan dingin.

"Permisi, ini sudah lewat jam malam kenapa masih diluar. Terlebih lagi kau bukan siswi Slytherin." Seseorang mengagetkan nya dari kejauhan. 

Berhenti dan melihat dengan pasti siapa itu, yang sudah jelas diketahui Elyse dia adalah seorang prefek. "Maaf aku disuruh profesor Snape keruanggannya."

"Bagaimana kau meyakinkan diriku jika kau tidak berbohong?" Dia curiga sebelum melihat wajah siapa yang sedang ia hadapi.

"Maaf aku lupa memperkenalkan diri aku Elyse Snape, aku benar-benar dipanggil dia untuk mengambil surat izin kunjugan Hogsmeade besok pagi." Terang Elyse melihat gadis itu yang sudah ada tepat di depannya dengan ekspresi terkejut.

"Oh ya, untuk meyakinkan ku bisa kuantar?" Ucapnya.

"Mengapa tidak, siapa namamu?"

"Gemma Farley."

"Aku merasa terbantu olehmu Mrs. Farley, aku tadi sedikit ketakutan berjalan sendirian di lantai bawah ini." Elyse mencoba mencairkan suasana yang begitu dingin menambah hawa dingin disekitar.

"Profesor, ada yang ingin bertemu denganmu." Dia mengetuk pintu hitam didepannya.

"Biarkan dia masuk sendiri kau pergilah ke asramamu." Suara keras dari dalam terdengar mengusir Gemma.

Tanpa berkata lagi dia pergi dan elys emasuk tanpa mengetuk dipikirnya sudah terwakilkan oleh Farley tadi.

"Bisa lebih sopan sedikit Mrs. Snape?" Profesor itu maish dengan setelan andalannya terduduk di kursi dengan memegang perkamen tugas siswa.

"Kukira sudah terwakilkan Farley tadi, di panggil seperti itu aku merasa seperti istrimu saja." Elyse mendekat kearah Snape.

"Bisa lebih profesional? Ini masih terhitung sebagai kegiatan sekolah, tidak ada celah untuk memanfaatkan tempatmu." Menyodorkan selembar kertas yang berisi surat izin pada Putri adopsinya.

"Terimakasih profesor, maaf menggangu malam indah anda. Good night." Ingin pergi namun dihentikan sebentar.

"Bersama pria kau kesana?"

"Entahlah aku juga tidak yakin, kedua teman ku bersama dengan teman-teman pria mereka aku mungkin sendirian." Jujur Elyse.

"Pria Hufflepuff itu bagaimana?" Tanya snape.

"Cedric maksudmu? Dia pasti dengan kekasihnya, pria itu sangat populer." Tak ambil pusing dia seperti menolak

"Bagaimana dengan kapten Gryffindor?"

"Ide bagus, aku pergi dahulu."

Disaat pergi Elyse mendengar teriakkan Snape yang menolak keras idenya, terkekeh geli mendengar itu pun segera pergi dan berdoa lagi agar tidak bertemu si tua yang selalu bersama kucingnya.

Perlahan untuk menuju Ravenclaw tower Elyse mengendap-endap seperti maling yang tak ingin tertangkap basah.

"Hi Mrs. Snape." Suara pria tiba-tiba terdengar dan membuatnya terkejut, tak bisa berteriak Elyse Hanya menaikkan kedua pundaknya dan menutup mata rapat-rapat.

"Oh maaf aku mengejutkan mu, tapi apa yang kau lakukan malam-malam begini?" Ditarik nafasnya dan dikeluarkan setelahnya, Elyse mencoba tenang dan jangan panik karena ini tidak salah.

"Tidak apa, aku baru saja dari ruangan Snape mengambil surat izin untuk besok." Memutar badan dan terkejut siapa yang sedang ia hadapi, ia benar-benar gugup saat ini.

"Jika ada alasan pasti kenapa harus seperti maling, malah semakin mencurigakan jika seperti itu." Santai pria itu.

"K-keliatan ya?" Gugup Elyse menanggapi pora didepannya itu, pipi merahnya yang tersembunyi di kegelapan malam itulah yang menjadi bukti bahwa Elyse benar-benar gugup dan malu secara bersamaan.

"Sangat, bahkan aku sampai ingin melaporkan mu pada Mr. Flich."

"Beruntungnya tidak kau laporkan dulu Mr. Wood. Karena ini sudah malam aku pergi dahulu, good night Mr. Wood." Menghela nafas lega Elyse juga berpamitan.

"Sebentar, kau sudah tahun ke tiga bulan?" Elyse mengangguk yang menjadi jawabannya.

"Pasti kau besok pergi ke Hogsmeade!"

"Tentu saja, ini suratnya." Diperlihatkannya kertas yang telah ia pegang dari tadi.

"Kalau belum punya teman ayo pergi bersama." Ajak pria itu.

"Panggil saja Oliver, aku juga akan memanggilmu Elyse."

'wtf? Memang benar jangan pernah main-main dengan perkataan mu.' batin Elyse teringat pembicaraan nya dengan Snape tadi.

Que Será, SeráTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang