Diagon Alley

579 85 2
                                    

"Selamat datang, di Diagon Alley." Ucap Hagrid.

Mereka menyusuri jalan itu, mencoba melihat segalanya sekaligus. Toko-toko, barang-barang yang terpajang di depannya, orang-orang yang sedang berbelanja. Seorang wanita gemuk di depan toko obat sedang menggelengkan kepala ketika mereka lewat, sambil berkata, "Hati naga, tujuh belas Sickle per ons, gila mereka...."

Dekut uhu-uhu pelan terdengar dari toko gelap dengan tulisan berbunyi Toko Burung Hantu Serbaada Eeylops-Kuning-kecokelatan, Pekikan-keras, Burung Hantu Serak, Cokelat, dan Putih Bersih.

Beberapa anak lakilaki seumur Harry menempelkan hidung di kaca etalase toko. "Lihat," Harry mendengar salah satu dari mereka berkata, "Nimbus Dua Ribu yang baru yang paling cepat...."

Ada toko-toko yang menjual jubah, toko-toko yang menjual teleskop, dan peralatan perak aneh-aneh yang tak pernah dilihat Harry sebelumnya, etalase yang memajang tong-tong berisi limpa kelelawar dan mata belut, tumpukan buku-buku mantra dan bergulung-gulung perkamen, botolbotol ramuan, globe bulan.

"Gringottsq," kata Hagrid, mereka telah tiba di depan bangunan putih-bersih yang menjulang di antara toko-toko kecil yang lain. Di sebelah pintu perunggu mengilap berdiri tegak makhluk berseragam merah dan emas.

"Harry kita berpencar disini, bertemu lagi di Hogwarts!" Elyse berlari melambaikan tangan untuk berpisah dengan adiknya didepan Gringotts.

Pergi menuju flourish and blotts, mengambil buku yang sudah dipesan Snape sejak awal liburan musim panas.

"Morning, Madam Villanelle." Memasuki toko buku dengan raknya menjulang sampai langit-langit dipenuhi buku-buku tebal dan beberapa perkamen.

"Mrs. Snape, ini lebih awal dari tahun kemarin. Sebentar aku siapkan." Madam pergi kebelakang mengambilkan setumpuk buku tahun ke 3.

Melihat sekitar dan mengambil beberapa novel untuk bacaannya, Madam Villanelle datang dan mengambilkan perkamen kosong yang telah dipesan.

"Madam, aku beli ini." Memperlihatkan dua buku yang ia ambil.

"2 Galleon 4 knut." Menyerahkan sesuai harga dan ingin pulang.

"Nona Elyse ada di sini ternyata, senang bertemu denganmu lagi. Mumpung kau disini aku ingin meminta kau menemani Draco yang sedang membuat bajunya." Pria dengan rambut platina panjang diurai itu menghentikan jalan Elyse tepat didepan pintu.

"Lucius, benar-benar kebetulan ya. Sayang sekali aku sedang sibuk, jadi tidak bisa menemani putra tersayang mu itu." Elyse ingin pergi tapi ditahan oleh tongkat di bahunya.

"Apa kau ingin sesuatu terungkap?" Mendengar itu Elyse pergi, kesal karena terdapat satu kelemahan yang dapat dimanfaatkan orang lain.

Melihat itu Lucius tersenyum licik, melanjutkan kegiatannya membeli buku untuk tahun pertama Draco.

Masuklah Elyse ke toko Madam Malkin, ditanya sekolah tapi dijawab hanya ingin menemani seseorang.

Madam Malkin sendiri seorang wanita gemuk dengan wajah penuh senyum berpakaian serba lembayung muda.

Madam Malkin membimbing Elyse menuju tempat bocah itu, dan melanjutkan kegiatannya membuatkan baju untuk tuan muda Malfoy.

"El, kau disini?" Tanyanya dengan antusias.

"Trus aku ini hantu? Dasar tukang basa-basi!" Ketus Elyse.

"Kukira memang begitu, kau seperti arwah penasaran yang datang kepadaku karena terpesona oleh ketampanan Ku ini." Dengan sombongnya Draco memuji diri.

"Jika bukan karena pak tua ubanan itu mana mungkin aku mau mendampingi bocah kecil songong tak pernah berkaca dan selalu membuatku jengkel!" Ejek Elyse dengan bersedekap dada.

"Kupastikan ayah akan tau jika kau mengejek kita berdua!" Ancam Draco.

"Adukan saja dasar anak papa, aku sudah muak sekali disini kutinggal saja bilang pada ayahmu aku ada urusan yang lebih penting!" Membuang muka dan beranjak pergi dengan kepalanya yang sudah mendidih.

"Tenang saja, aku juga bisa sendiri." Dilambaikan tangan kecilnya pada gadis muda yang akan pergi.

Dan berbarengan nya dengan anak laki-laki yang seperti kenal Elyse datang juga ingin membuat baju.

"Hai, Hogwarts juga?" Draco memulai pembicaraan

"Ya," jawab Harry.

"Ayahku di sebelah, membelikan bukuku, dan ibuku di toko lain mencari tongkat," kata Draco dengan Suara yang membosankan dan seperti dipanjang-panjangkan.

"Sesudah itu nanti aku akan menarik mereka melihat sapu balap. Aku tak mengerti kenapa anak-anak kelas satu tidak boleh punya sapu sendiri. Kurasa aku akan memaksa Ayah supaya membelikan aku sapu dan akan kuselundupkan."

Harry jadi langsung ingat Dudley.

"Apa kau sudah punya sapu?" si anak melanjutkan.

"Belum," jawab Harry.

"Main Quidditch?"

"Tidak," kata Harry lagi, sementara dalam hati bertanya-tanya sendiri, apa gerangan Quidditch itu.

"Aku sih main. Ayah bilang kelewatan kalau aku tidak terpilih dalam tim asramaku, dan harus kukatakan, aku sepakat.

Sudah tahu kau akan di asrama mana?"

"Tidak," jawab Harry, yang makin lama merasa semakin bodoh. "Yah, memang tak ada yang tahu sampai mereka tiba di sana, kan, tapi aku tahu aku akan masuk ke Slytherin, semua keluarga kami di sana-bayangkan kalau sampai di Hufflepuff. Kurasa aku akan pindah, iya, kan?"

"Mmm," jawab Harry, yang berharap bisa mengatakan sesuatu yang lebih menarik.

"Apa kau kenal dengan Elyse, aku melihatmu yang terlihat sudah kenal dengannya!" Tanya Draco pada Harry.

"Sekedar kenal nama, tadi kita berpapasan di stasiun." Bohong Harry yang mungkin saja Elyse tidak ingin semua orang tau kenyataan tadi pagi.

"Kau tau, Elyse itu sejak kecil sudah tinggal bersamaku. Dia ditinggal ayahnya mengajar di Hogwarts, kau nanti akan kenal dengan ayahnya."

"Mmm" Harry mulai berpikir jika ada kemungkinan Elyse yang sebaik itu pasti bisa menjadi seperti anak laki-laki disampingnya ini karena sudah kenal dari kecil.

"Elyse sering kukerjai, dia membenciku karena itu tapi dia yang selalu menganggap ku benar-benar teman." Ungkap Draco.

Tak merespon apapun, pikiran Harry tentang Elyse barusan mulai berubah karena perkataan Draco itu.

Que Será, SeráTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang