Holiday

1.1K 181 3
                                    

Musim panas di akhir bulan Agustus, Elyse menikmati liburannya di kediaman Malfoy tanpa ada hal yang menarik sedikitpun.

Setiap hari mendapatkan semprotan dan maki an dari Lucius, Draco pun sama halnya dengan ayahnya. "Anak dan ayah sama saja, membuatku pusing tujuh keliling " komen Elyse sambil membanting tubuhnya ke kursi.

"Elyse, Ayahmu datang mengajakmu belanja kebutuhan untuk besok." Suara wanita paruh baya terdengar memanggil gadis yang sedang duduk manis di meja makan.

"Tunggu sebentar, aku bersiap dahulu." Elyse yang baru duduk belum satu menit beridir lagi dan berlari ke kamar nya.

"Liburan tahun depan dan seterusnya dia akan tinggal bersamaku, hari ini juga aku bawa pulang Elyse." Snape berkata pada nyonya Malfoy, Narcissa.

"Lebih baik seperti itu, dia seperti keberatan ada disini. Dan kusarankan jangan biarkan gadis sepertinya masuk ke Death Eater." Narcissa menampilkan wajah datar.

"Elyse sangat berharga bagiku lebih dari yang kau tau, aku tidak akan membiarkan nya berbalik arah." Tegas Snape pada wanita didepannya.

Tanpa disangka Elyse mendengar hal tersebut, dia tersenyum mendengar hal tersebut. Sikap Snape memang terlihat acuh tapi tidak dengan maksudnya.

"Dad, aku sudah siap ayo kita berangkat." Elyse berpura-pura berlari agar tidak menimbulkan kecurigaan dari mereka.

"Kembali lagi, kemasi barang-barang mu!" Snape berdiri berjalan mendahului Elyse menuju kamar sang putri.

"Kenapa tidak bilang dari tadi, kan jadi membuang-buang waktu." Keluh Elyse yang tetap mengikuti Snape dari belakang.

"Jangan banyak protes, tugasmu hanya patuh." Dingin Snape pada Elyse, tanpa menjawab lagi Elyse mendahului jalan cepat Snape dia kesal dengan tutur kata ayah sambungnya itu yang seperti cuek.

Sampai dikamar, Snape membantu membereskan beberapa barang sedangkan Elyse sendiri mengemasi bajunya.

Selesai itu mereka pergi dan menuju Spinner's end dengan portkey, sampai disana Elyse bingung karena mengira akan langsung ke Diagon Alley.

"Apa kau mau menenteng koper-koper ini ke Diagon Alley Elys?" Snape mendengar yang dipikirkan Elyse yang tidak tertutupi oleh occlumency.

"Jangan seenaknya membaca diri ku, aku seolah seperti di lecehkan." Elyse bergidik ngeri sambil mengusap kedua lengannya.

"Istirahat lah, pagi hari harus sudah bangun. Ketinggalan kereta aku tak mau membawamu!" Membuka kunci terlebih dahulu dan masuk menuju ruangan baca kesukaannya.

"Ishh dasar pria kolot!" Maki Elyse yang langsung menuju kamar masa kecilnya, sudah lama dia tidak menempati rumah itu.

"Tiga tahun hidup di rumah mengerikan itu sungguh keajaiban tidak mati, beruntung juga tidak di curigai." Dia membaringkan tubuhnya ke kasur memandangi langit-langit penuh lukisan bintang.

Mengingat masa kecil nya saat melukis diatas dibantu ayah angkatnya itu, memori itu membuatnya menangis tanpa ia mau.

"Elys, apa kamu sudah membereskan barang yang tidak kau bawa besok?!" Tiba-tiba Snape membuka pintu dia terkejut melihat putri semata wayangnya sedang menangis.

Snape reflek memeluk dan mengusap pelan kepala gadis itu, perbuatannya itu membuat wajah Elyse memerah malu.

"Sudah? Cepatlah turun dan makan jika tak ingin kelaparan." Snape Melepas pelukannya dan pergi begitu saja.

"Malu sekali, kepergok nangis cuman gara-gara keinget masa lalu." Menyembunyikan wajahnya di bawah bantal.

Malam itu, Elyse canggung dengan Snape hanya karena ketahuan nangis. Dia membawa makanannya kekamar dengan alasan mau membereskan bajunya.

Paginya dengan semangat dia membawa dua koper dan keranjang burung hantu, kediagon Alley hanya untuk membeli beberapa buku dan alat sihir.

"Kau pergi ke toko buku, biar aku yang membelikan alat-alat nya." Ucapnya berpaling pergi tanpa mendengar jawaban sang gadis.

"Benar, dia pandai menghemat waktu!" Elyse menuju Flourish & Blotts dan membeli list buku untuk tahun kedua.

"Haii cantik....aku tidak mengira jika kita bertemu disini." Ucap seseorang dari belakang antrian kasir.

"Oh hai Fred, bagaimana liburanmu?" Tanya Elyse sambil menengok kebelakang mendapati pria dengan rambut merah.

"Bagaimana kau bisa membedakan kami, ibuku saja bingung!" Ucap kembarannya, George.

"Itu sangat mudah Mr. Weasley, aku duluan punyaku sudah selesai. Bertemu lagi di Hogwarts!" Elyse itu pergi dari sana mencari ayah angkatnya sedang berada dimana.

Que Será, SeráTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang