Untuk tempat terkenal, tempat ini sangat gelap dan kumuh terdapat beberapa wanita tua duduk di sudut, minum sherry dalam gelas-gelas kecil. Salah satu di antara mereka mengisap pipa panjang.
Seorang pria kecil memakai topi tinggi dari sutra hitam sedang bicara dengan pelayan bar yang sudah tua dan botak, ketika mereka melangkah masuk. Mereka melambai dan tersenyum ke mereka bertiga lebih tepat lagi ke hagrid, dan pelayan bar meraih gelas, seraya berkata, "Biasa, Hagrid?"
"Tidak bisa, Tom. Sedang ada urusan Hogwarts," kata Hagrid, sambil menepukkan tangannya yang besar ke bahu Harry dan membuat lutut Harry tertekuk.
"Astaga," celetuk pelayan bar, memandang Harry. "Apakah ini... mungkinkah ini...?" Leaky Cauldron mendadak sunyi senyap.
"Beruntungnya aku," bisik pak tua pelayan bar. "Harry Potter-sungguh kehormatan besar."
Dia bergegas keluar dari balik meja barnya, buruburu mendekati Harry dan meraih tangannya, dengan air mata bercucuran.
"Selamat datang kembali, Mr Potter, selamat datang kembali."
Harry tidak tahu harus bilang apa. Semua orang memandangnya. Si wanita tua yang mengisap pipa terus mengisapnya, tanpa menyadari apinya sudah padam. Hagrid berseri-seri.
Kemudian terdengar derit-derit kursi yang digeser dan saat berikutnya Harry sudah bersalaman dengan semua orang yang ada di Leaky Cauldron.
"Doris Crockford, Mr Potter. Saya tak percaya akhirnya bisa bertemu Anda."
"Sungguh bangga, Mr Potter, saya sungguh bangga." "Dari dulu sudah ingin menjabat tangan Anda- saya jadi salah tingkah."
"Senang sekali, Mr Potter, tak bisa terkatakan. Diggle nama saya. Dedalus Diggle."
"Saya pernah melihat Anda sebelumnya," kata Harry bersamaan dengan jatuhnya topi tinggi Dedalus Diggle saking bersemangatnya dia. "Anda pernah membungkuk pada saya di toko."
"Dia ingat!" pekik Dedalus Diggle, seraya memandang berkeliling. "Kalian dengar itu? Dia ingat aku!"
"Benar kataku-kan, kau itu super terkenal!" Digeplaknya punggung Harry pelan.
"Aku tidak menyangka." Harry melongo.
Melihat semua itu Elyse melongo disamping Hagrid, melihat orang dewasa ini seperti terobsesi dengan adiknya.
Namun perhatian nya teralihkan pada Seorang pemuda berwajah pucat maju, dia terlihat sangat tegang.
Sebelah matanya berkedut-kedut. "Profesor Quirrell!" sapa Hagrid. "Harry, Profesor Quirrell akan jadi salah satu gurumu di Hogwarts."
"P-p-potter, E-elyse" Profesor Quirrell berkata gagap, seraya menjabat tangan keduanya, "t-t-tak b-b-bisa kukatakan b-b-betapa senangnya aku b-b-bertemu denganmu." Pernyataan itu berunjuk pada Harry
"Ilmu gaib apa yang Anda ajarkan, Profesor Quirrell?" Tanya Harry.
"P-p-pertahanan t-t-terhadap Ilmu Hitam," gumam Profesor Quirrell, terihat dia lebih suka tidak membicarakan itu. "K-kau sih sebetulnya t-t-tidak perlu, eh, P-p-potter?" Dia tertawa gugup. "K-kau akan mem-membeli perlengkapanmu, kan? Aku sendiri harus mem-membeli buku tentang vampir." Dia kelihatannya ngeri sendiri.
"D-d-dan apa yang s-s-s-sedang Mrs. Snape l-l-l-lakukan d-d-disini?" Tanya Profesor Quirrell pada Elyse.
"Aku bertemu mereka di stasiun dan bertukar sapa karena aku mengagumi Mr. Potter dan kerena Mr. Potter mempunya tujuan yang sama denganku, aku ikut dengannya." Ditatapnya mata Profesor itu berusaha terlihat meyakinkan jika dia berkata jujur. Sedangkan Hagrid dan Harry bingung kenapa harus berbohong.
"S-s-s-sampaikan s-s-s-salam k-k-ku p-p-p-pada a-a-ayahmu." Quirrell mengangguk-angguk kan kepalanya dan setelahnya dia berbincang pada Harry kembali.
Tetapi yang lain tidak membiarkan Harry dikuasai Profesor Quirrell sendiri. Perlu hampir sepuluh menit untuk melepaskan diri dari mereka. Akhirnya Hagrid berhasil membuat suaranya mengalahkan keributan mereka.
'punggung nya seolah menusukku.' Batin Elyse ngeri melihat punggung profesor nya itu, diabaikannya dan ikut pergi Hagrid dan Harry.
"Harus pergi banyak yang harus dibeli, ayo Harry jangan sampai ketinggalan Mrs. Snape." Ajak Hagrid.
Doris Crockford menjabat tangan Harry untuk terakhir kali, dan Hagrid mengajak mereka keluar melewati bar, menuju halaman kecil yang dikelilingi tembok. Tak ada apa-apa di halaman itu kecuali sebuah tempat sampah dan ilalang.
Hagrid menyeringai kepada Harry.
"Apa kataku! Aku sudah bilang, kan, kau ini terkenal. Bahkan Profesor Quirrell pun gemetar ketemu kau-tapi dia memang selalu gemetar."
"Apa dia selalu gugup begitu?"
"Oh, yeah. Kasihan. Otaknya brilian. Dulunya sih baik-baik saja waktu masih belajar dari buku, tapi kemudian dia cuti setahun mau alami sendiri... Orang bilang dia ketemu vampir di Black Forest dan sempat ribut dengan nenek sihir jahat-sejak itu dia berubah. Takut pada muridnya, takut pada mata pelajaran yang diajarkannya-eh, mana payungku?"
"Jangan percaya dia, aku tak terlalu mempercayai dia sejak cutinya. Cerita itu seperti dibuat-buat." Sarkas Elyse
"Jadi itu yang membuat mu berbohong tadi?" Tanya Harry yang tidak mendapat balasan apapun.
Sementara itu, Hagrid menghitung batu bata pada tembok di atas tempat sampah.
"Ke atas tiga... ke samping dua...," dia bergumam. "Ini dia. Mundur kalian." Dia mengetuk tembok tiga kali dengan ujung payungnya.
Batu bata yang disentuhnya bergetar, meliuk di tengahnya, muncul lubang kecil yang makin lama makin besar, sedetik kemudian mereka sudah berhadapan dengan gerbang yang bahkan cukup besar untuk Hagrid. Gerbang masuk ke jalan berbatu yang berkelok-kelok dan membelok lenyap dari pandangan.
"Selamat datang, di Diagon Alley." Ucap Hagrid.
![](https://img.wattpad.com/cover/332472696-288-k255952.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Que Será, Será
FantasíaDISCONTINUED Anak gadis yang lahir diluar hubungan pernikahan antara Lily Evans dengan James potter, setelah sang anak perempuan berumur 2 tahun mereka menikah dan dikaruniai anak Laki-laki yang diberi nama Harry Potter. Seluruh dunia tak tau akan k...