"Diberitahukan kepada seluruh peserta kompetisi Youthiful, silakan memasuki ballroom karena acara akan segera dimulai."
Suara imbauan terdengar menggema di dalam lobby hotel. Bersamaan dengan itu, puluhan remaja terpilih dari penjuru negeri tampak berjalan tergesa mengikuti intruksi. Beberapa dari mereka sampai memutuskan berlari karena takut tertinggal, yang pada akhirnya memantik keributan kecil di sepanjang lorong yang menghubungkan lobby dengan ballroom.
"Aduh, kakiku!"
Seorang gadis tampak meringis kesakitan karena kaki kanannya tidak sengaja tertabrak oleh koper milik peserta lain. Mendadak ia menghentikan langkahnya dan bergegas menepi agar tidak menghalangi jalan.
Si pemilik koper yang mendengar seruan gadis di belakangnya itu menoleh cepat. Refleks ia menutup mulutnya dengan sebelah tangan, sebelum akhirnya memutuskan untuk ikut menepi. Koper hijaunya diletakkan dengan asal, lalu memeriksa keadaan gadis berambut sebahu yang baru saja ia tabrak.
"Are you okay? Maaf, aku tak sengaja." Ucapnya penuh rasa sesal. Rambut hitam panjangnya yang terurai langsung menutupi wajah ketika ia menunduk untuk mengecek kondisi rekan satu kompetisinya.
Kaki kanan gadis itu tertutup sepatu berwarna putih, membuatnya kesulitan untuk memastikan seperti apa keadaan kaki itu yang sebenarnya. Rintihan yang tadi sempat terucap perlahan sirna, berganti dengan pergerakan gadis itu yang ikut berjongkok dan menepuk-nepuk kaki kanannya sendiri.
"Sudah tidak sesakit tadi. Syukurlah." Ujarnya lega.
Gadis berkemeja cokelat muda itu menatap sosok yang tadi menabrak kakinya sejenak, lantas melemparkan senyum ramah.
"Terima kasih atas bantuannya. Aku Wina."
Kini ia memperkenalkan diri dengan semangat. Kedua matanya berbinar, disusul dengan tangan kanannya yang langsung diulurkan.
Aksi tak terduga itu membuat lawan bicaranya tercengang sesaat, sebelum akhirnya tertawa renyah lalu menerima uluran tangan itu.
"Ranisa. Panggil saja Rani." Jawab gadis itu dengan seulas senyum penuh rasa percaya diri.
Keduanya berjabat tangan singkat, tepat ketika suara wanita yang meminta mereka untuk segera masuk ke ballroom kembali terdengar.
"Ayo, sepertinya kita tidak mempunyai banyak waktu!" ajak Rani dengan nada tergesa. "Aku bantu, ya. Mana tanganmu?" tambahnya ketika sudah bangun dari posisi jongkoknya.
"Tidak apa-apa. Aku bisa berjalan sendiri." Terang Wina ketika melihat Rani mencondongkan bahu kirinya sendiri ke arah Wina, dengan maksud agar mudah membopongnya.
"Baiklah, kalau begitu kita jalan pelan-pelan saja." Komentar Rani senang dengan raut muka tak sepanik tadi.
Keduanya kembali melanjutkan perjalanan mereka dengan perlahan. Baru saja beberapa kali melangkah, terdengar suara derap kaki lain yang bersumber dari arah belakang.
"Beruntung masih ada kalian!" seru seseorang yang baru datang.
Wina dan Rani kompak memutar kepalanya ke arah kanan. Di samping Rani, terlihat seorang gadis jangkung dan cantik bak model luar negeri. Rambut cokelat gelapnya yang bergelombang indah memukau siapapun yang melihat. Apalagi saat ini ia tengah menyunggingkan senyum cerah dengan gigi kelincinya.
"Halo, aku Yunita!" sapa gadis itu ramah dan penuh rasa percaya diri, tidak merasa aneh dengan pandangan takjub yang diberikan oleh kedua teman barunya.
"Oh, hai. Aku Rani dan ini..."
Rani menyenggol lengan Wina agak keras, membuat Wina tersadar dan tersenyum kikuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Youthiful
FanfictionPemilihan Duta Pendidikan kembali digelar. Setiap provinsi berlomba-lomba mengirimkan perwakilan terbaik mereka agar bisa membawa pulang mahkota utama. Ada Nayra yang bertekad kuat meneruskan jejak seniornya, Citra dengan segudang bakat yang dimilik...