Rani baru bisa merasa lega ketika selesai membersihkan wajahnya dari make up setelah seharian bertugas. Hari pertama menjabat, ia dan dua temannya langsung bertugas ke beberapa tempat. Di mulai dari melakukan pemotretan bersama Citra dan Wina, menghadiri undangan salah satu stasiun tv nasional untuk wawancara kemenangan, dilanjutkan dengan melakukan kunjungan ke salah satu sekolah luar biasa yang letaknya berada di pinggiran kota.
Melelahkan, namun menyenangkan.
Baru saja ia mengambil ponsel yang sedari tadi diisi daya, suara pekikan terdengar. Rani langsung berlari ke luar kamar, menemukan
Keempat temannya sedang berbincang-bincang di sofa ruang keluarga.Tunggu.
Ia tidak salah hitung, kan?
"Rani! Lihat, kita kedatangan penghuni baru!"
Seruan dari Wina dengan suara melengking itu membuatnya mengerjap. Ia menoleh kepada gadis berambut sebahu itu dengan pandangan bertanya.
"Mereka akan tinggal di sini selama satu minggu. Ibu ketua yang memintanya secara langsung." Jelas Wina ketika melihat Rani hanya diam di tempatnya.
Gadis itu memanyunkan bibir saat Nayra mendekat dan memeluknya erat.
"Mengapa hanya sebentar?" protesnya kesal.
"Karena kami harus kembali ke sekolah." Jawab Nayra setelah melepaskan pelukan mereka.
"Beruntung Yunita belum pulang ke Padang." Gumam Citra pelan, yang masih bisa didengar oleh Rani dari tempatnya berdiri sekarang.
Keduanya bergabung bersama tiga teman lainnya yang sudah duduk di sofa ruang keluarga. Wina menawarkan satu kotak stik biskuit kepada Rani dan dengan tegas gadis itu menggeleng.
"Pendapat kami di sesi q&a kemarin mendapat dukungan dari beberapa pihak. Karena itulah kami akan berada di sini untuk melakukan tugas khusus." Cerita Yunita dengan mata berbinar.
"Dinas Kesehatan berencana akan melakukan sosialisasi P3K secara merata kepada sekolah-sekolah yang ada di Jakarta. Dan Nayra secara khusus diminta untuk datang pada saat acara pembukaan."
Yunita kembali bercerita, tak lupa tangannya menunjuk ke arah Nayra.
"Sementara itu, Yunita akan menjadi pembicara muda dalam acara peringatan hari anak sedunia yang diadakan oleh komnas perlindungan anak."
Nayra ikut menambahkan, yang berikutnya mendapat tepuk tangan dari teman-temannya.
"Kalau begini, bukankah kalian seharusnya juga layak mendapatkan mahkota? Apalagi masih ada dua mahkota yang tersisa, kan?" tanya Citra seraya mengerutkan dahinya.
"Tapi ini bukan misi perdamaian, Cit. Baik tugas yang dilakukan oleh Nayra maupun Yunita, tidak ada yang cocok dengan mahkota hijau." Bantah Rani tak setuju.
"Sudahlah, tidak perlu membahas hal yang tidak pasti. Bagaimana kalau sekarang kita beristirahat?" saran Wina berikutnya. Matanya sayu, dan tak lama kemudian menutup mulutnya yang tengah menguap dengan telapak tangan.
"Padahal aku sudah memesan martabak untuk perayaan ini." Ujar Citra dengan nada kecewa.
"Selarut ini?" tanya Rani tak percaya.
Sedangkan Wina membelalakkan mata, kantuknya seakan menghilang begitu mendengar kata makanan. Nayra sudah mengacungkan jempol kepada Citra, lalu bertepuk tangan kecil bersama Yunita.
"Satu potong saja. Tidak masalah kan, Ran?"
Rani hanya memutar bola matanya malas, tak memberi tanggapan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Youthiful
FanfictionPemilihan Duta Pendidikan kembali digelar. Setiap provinsi berlomba-lomba mengirimkan perwakilan terbaik mereka agar bisa membawa pulang mahkota utama. Ada Nayra yang bertekad kuat meneruskan jejak seniornya, Citra dengan segudang bakat yang dimilik...