Dukungan Teman

48 6 38
                                    

"Bukankah kemarin sudah dijelaskan kalau ada perubahan koreo?"

Seorang peserta langsung menghardik Wina. Gadis berambut sebahu baru saja melakukan kesalahan. Koreo di barisan mereka menjadi berantakan karena Wina tetap diam di tempat sementara empat temannya kompak berjalan maju sambil melakukan gerakan baru.

Wina hanya bisa diam ketika diprotes oleh salah satu temannya. Seingatnya, kemarin tidak ada pemberitahuan apa-apa jika ada koreo yang akan diubah.

"Padahal sudah diajarkan. Kamu ini lupa atau memang tidak bisa?"

Pertanyaan yang terdengar menjatuhkan itu membuatnya menatap sang lawan bicara dengan tajam. Ia tak terima jika direndahkan seperti ini.

Yang ditatap memilih untuk mengalihkan pandangannya ke arah lain, lalu berjalan dengan angkuh dan kembali ke posisinya semula.

"Wina, coba kamu ingat. Koreonya seperti ini," salah satu peserta yang ada di samping kirinya langsung menunjukkan koreo baru. Wina cepat-cepat menirukannya.

"Aku baru ingat kalau kemarin kamu sedang menemui panitia ketika ada perubahan koreo."

Ucapan dari gadis berkulit eksotis itu membuat Wina tersadar. Kemarin sebelum latihan berakhir, ia memang keluar lebih dulu karena mendapat panggilan mendadak dari panitia. Dan itu berhubungan dengan masalah instrumen yang akan ia tampilkan saat pentas unjuk bakat dua hari lagi.

"Aku melewatkan banyak hal, ternyata." Ujar Wina lirih. Ia tersenyum tipis kepada temannya, "Terima kasih, ya. Karena sudah berbaik hati mengajariku."

Gadis berambut keriting di hadapannya itu mengangguk semangat. "Sebagai teman, sudah sepantasnya jika kita saling membantu." Ujarnya sembari merangkul bahu Wina sejenak.

Wina mengangguk lemah, mengiyakan kalimat itu. Dalam hati ia bersyukur karena mendapatkan teman yang tulus membantu, di tengah konflik yang mulai bermunculan dalam karantina ini.

***

Nayra mengamati Wina yang tidak bersemangat ketika sedang menyantap dessert-nya. Ia menyenggol Rani yang ada di sebelahnya, lalu menunjuk ke arah Wina menggunakan lirikan mata.

Acara makan malam bersama para putri baru saja selesai beberapa menit yang lalu. Meskipun begitu, salah satu sudut restoran ini masih dipenuhi oleh peserta kompetisi. Agaknya ingin berbincang dengan teman lebih lama, sebab besok mereka akan kembali disibukkan dengan psikotes dan wawancara.

Di meja kecil yang hanya diisi oleh tiga orang itu, para gadis tadi menikmati hidangan penutup dengan alunan musik jazz. Citra dan Yunita kali ini tidak bersama mereka, memilih membaurkan diri dengan teman-teman yang lain. Lagipula, sepertinya akan terasa canggung jika mereka berlima berada di meja yang sama setelah konflik tadi.

"Win, kalau tidak mau memakannya, berikan saja kepadaku." Kelakar Rani tanpa basa-basi dan langsung mendapat pelototan dari Nayra.

Gadis bergaun merah keorenan itu menurut begitu saja, memberikan puding cokelatnya yang masih utuh kepada Rani.

"Ada masalah, ya?" tanya Rani langsung.

Wina mengangguk lesu.

"Tadi ada peserta yang mengatakan kalau aku ini bodoh karena tidak hafal koreo. Padahal, aku tidak tahu jika ada perubahan..."

Gadis itu menopangkan dagunya ke sebelah tangan yang bertumpu di meja, lalu mengembuskan napas panjang.

Nayra yang melihat pemandangan itu memutuskan untuk mengusap-usap pelan lengan Wina, bermaksud menenangkan.

YouthifulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang