Kata Pengantar

73 5 2
                                    

Tidak ada yang perlu diantar. Mandiri!

~~~

Bab 1. KATA

Kamu terlalu ramah untuk semua gadis, Tuan.

~~~

"Sahara di tunggu Delvin di depan."

"Bentar!!!"

Sahara mengikat rambutnya asal sambil menggerutu, "Tuh, cowok jemput ga kepagian ga bisa, ya!!! Nasib nebeng sama manusia terstruktur."

Langkah kaki pendek itu terhenti tepat di depan motor Delvin. Sahara memakai helm cepat sehingga beberapa anak rambut berantakan. Mungkin naluri lelaki atau memang lelaki ini terlalu memanjakan. Tangan Delvin terulur merapikannya.

"Berantakan, nih."

"Makasih."

"Ada tugas ?"

Sahara menggeleng pelan. Kemudian berjalan menuju jok belakang. Sebelum naik, lelaki ramah itu telah memastikan pijakan kaki sudah siap. Jika belum, ia tidak segan membenarkan untuk Sahara. Memindahkan ranselnya di depan.

"Masih muat kok, ga perlu di taruh depan."

"Biar lo nyaman."

"Si paling...." Dia diam sejenak. "Paling baik !!!" teriak gadis itu sambil memeluk Delvin dari belakang.

Motor Delvin meluncur sempurna. Menjamah setiap inci aspal jalan raya. Salip menyalip sudah hal biasa bagi Delvin. Hal ini cukup memicu adrenalin Sahara. Terbukti dari tangan mungil Sahara menggenggam erat kemeja manusia di depannya. Mata sipit dengan bulu mata tipis itu mengatup dan bibir tidak bergeming. Merapalkan seribu doa.

"Bangun!!!"

"Gue ga tidur, ya, Vin." sahutnya sebal.

Beberapa anak rambut lelaki itu berantakan. Gusar ia melepas helm. Merapikan diri di depan kaca spion. Memastikan bahwa tatanan hari ini tidak buruk. Sedangkan Sahara hanya menatap malas.

"Lo ke kampus mau godain mahasiswi? Rapi bener."

"Siapa tahu ada yang kecantol."

"Kecantol tiang listrik, noh!"

Sahara  berjalan lebih dulu. Berharap di kejar, tapi Delvin justru memilih jalan lain. Dia menengok ke belakang, samping kanan kiri, tidak ada makhluk yang dicari. Menyebalkan sekali teman sekelas ini.

"Gini kalo buaya ga sama pawangnya. Gampang ilang!" gerutunya sebal. "Delvin."

Gadis mungil itu berjalan kembali ke tempat parkir dengan kaki yang dihentak-hentak. Bukan hanya Delvin yang ia temui. Tapi....


"Nanti bisa kan kumpul bahas PKM?"

"Dimana?"

"Di lorong kampus aja atau ada rekomendasi lain?"

"Kampus aja. Tapi aku bawa temen, ya?"

NARASI DELVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang