Perihal Sahara Aurelia

36 2 0
                                    

Aku hampir tidak pernah mengizinkan seseorang mengetahui perihalku. Namun Delvin, dia adalah orang pertama yang kuberithu kala dunia tidak adil padaku.

Sahara A._

~~~

Langit senja kini berubah menjadi gelap. Suasananya sunyi. Bintang-bintang merupakan perhiasan langit malam ini. Hanya ada penerangan bulan sabit yang terlihat kecil.

Sahara menatap luar jedela sekilas. Tepatnya pada langit malam. Gadis itu tengah berdiri di jedela berbahan kayu yang berpadu kaca buram. Tangannya sibuk memeluk figora kecil. Ini foto orang tuanya, dimana foto bagian ayahnya telah dirobek.

Sahara kembali menembus memori masa lalu. Mengingat-ingat kejadian beberapa taun lalu yang tak ingin ia kulik kembali.

"Sekolah yang rajin. Jangan terlalu percaya dengan lawan jenis. Namanya lawan jenis pasti akan melawanmu. Sukar untuk dijadikan teman."

Itu adalah kalimat terakhir yang diucapkan ayahnya sebelum meninggalkan rumah. Kemudian beberapa minggu, seorang pengantar paket datang memberikan dokumen penting. Ayah dan ibu Sahara memutuskan untuk ke pengadilan agama. Meresmikan perceraiannya.

Kala itu Sahara masih kecil. Dia tidak mengerti setiap ucapan orang tuanya. Gadis berusia lima tahun itu hanya menangkap memori ayahnya pergi dengan wanita lain. Kemudian semua terjadi begitu saja.

Semua bermula kala Sahara pulang sekolah di bangku SD. Gadis kecil berkepang dua itu tengah duduk di depan gerbang sekolah. Biasanya memang Nelly--ibu Sahara telat menjemput.

Namun, tiba-tiba seorang wanita cantik datang. Wanita berkulit putih, rambut pirang, dan badan yang ideal. Pakaiannya cukup ketat, memamerkan tubuhnya yang indah. Wanita ini sangat berbanding terbalik dengan ibunya yang hanya memakai daster tiap hari.

"Mau ikut tante," bujuk wanita tersebut. "Ditunggu ayah kamu di mobil."

"Tante siapa? Sahara nunggu mama jemput."

"Ini tante temen ayah kamu. Lihat ayah kamu ada di mobil."

Tampak pria berpakaian rapi dan stylish tengah melambaikan tangan dari dalam mobil. Sahara tahu betul bagaimana ayahnya dan memang benar itu ayahnya. Tapi mengapa ayah tidak bersama mama?

Mau tidak mau ia setuju. Tubuhnya sudah berada digendongan wanita pirang itu. Kini dia duduk di kursi mobil. Ah, rasanya seperti ini duduk di kursi mobil. Dia lupa saking lama ayahnya tidak mengajak jalan-jalan naik mobil. Ayahnya selalu beralibi banyak kerjaan.

"Bagaimana sekolahmu?" tanya Ayah sambil menyetir mobil.

"Biasa aja."

Sahara duduk di pangkuan tante pirang. Terdengar jelas wanita itu tertawa. "Temen Sahara baik-baik nggak?"

"Baik. Tapi ada satu cowo yang jahat. Dia suka bully Sahara karena Sahara paling pendek di kelas," tuturnya jujur.

"Terus Sahara bilang ke guru nggak?"

Gadis kecil menggeleng. "Takut."

Sekon berikutnya hanya ada keheningan. Topik pembicaraan berganti dengan nuansa dewasa. Sahara tidak mengerti apa yang dibicarakan kedua orang tua ini.

NARASI DELVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang