Campur Tangan Semesta

25 1 0
                                    

NOTE !!!
Kamu bisa membaca sambil mendengarkan lagu rekomendasi dari penulis. Tidak, juga tidak apa. Terimakasih.

Happy Reading :)

~~~

Aku tidak tahu dengan kalimat apa kudefinisikan sosok Delvin. Segala tentang dia baik. Mungkin yang ingin kusampaikam setiap detik adalah kata terimakasih pada Delvin dan semesta.

***

Seusai pulang kampus. Tepatnya pukul 10.40 karena hanya satu mata kuliah. Delvin benar-benar pergi bersama Animalia. Sementara Sahara masih duduk termenung di dalam mushola.

Rasa nyeri menyerang perut gadis itu. Sampai-sampai ia tidak sanggup untuk berjalan menyusul Delvin. Entah lari kemana lelaki itu. Dia hanya pamit berdiskusi membahas proposal.

Sahara sudah tidak perduli dengan itu. Pikirannya tertuju pada rasa nyeri perut dan menahan lapar. Mungkin ini awal ia datang bulan. Menyebalkan.

Delvin send message

Lo dimana, Ra?

Mushola.

Sama siapa?

Sendiri, kenapa?

Gue di warung ijo makan sama anak-anak. Habis salat kesini aja!

Gue nunggu di sini aja.
Sampai lo selesai.

lah! kenapa

Perut gue nyeri
Ga kuat kesana

Mau dijemput?

Ga usah!

Beneran?

Benda pipih itu telah tergeletak di atas karpet. Membiarkan pesan Delvin terbuka tanpa ada niatan membalas. Rasanya tidak nyaman sekali.

Pikirnya kembali bimbang. Mau kemana dia setelah ini. Sungkan saja jika terus bersama Delvin saat dia berkelompok. Sahara juga peka kalau teman sekelompok Delvin kurang nyaman dengan kehadirannya. Bukan apa-apa, mungkin mereka tidak leluasa berinteraksi dengan Delvin.

Padahal Sahara tidak pernah memberi tatapan khusus atau seperti memantau Delvin saat kerja kelompok. Dia juga membiarkan Delvin berinteraksi dengan semua mahasiswa di kampus.

Lah gue cuma temennya. Dunia saja terlalu ikut campur dan menuduhnya sebagai kekasih Delvin. Salahkan juga Delvin tidak mengelak saat itu.

Satu per satu barang dimasukkan ke dalam ransel. Dia segera menutup dan menggendong ransel. Otaknya tertuju pada perpus. Mungkin dia bisa berdiam diri di antara buku-buku atau sekadar tidur di ruangan ber-ac.

Hendak membuka pintu, tapu pintu lebih dahulu terbuka menampilkan sosok lelaki muda. Wajahnya sangat familiar. Lelaki itu tersenyum ramah. Entah kenapa Sahara ikut kalut beberapa detik kemudian misuh.

"Anjing kaget!"

"Di mushola tetep maksiat lo."

Sahara memalingkan muka sejenak. Melihat kondisi lingkungan sekitar. Untung hanya tersisa dia dan Delvin di sini.

NARASI DELVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang