Rancu itu, kala aku menahan diri tidak bertanya, tapi semua sikapmu terus mengundang tanya.
:)
Sahara A.
***
Hari pertama ujian tengah semester telah dimulai. Waktu memang cepat berputar bersamaan dengan perasaan Sahara yang semakin hari semakin berdebar.
Gadis itu duduk di bangku nomer dua dari depan. Hal ini menyebabkan dia susah menengok kanan-kiri, seperti teman yang lain. Dia hanya bisa menatap soal yang dibaca berulang kali tapi tidak menemukan solusi.
Lirikan matanya beralih pada tempat duduk Delvin yang sejajar, namun selisih satu bangku dari kanan.
"Rayanza keknya paham banget, deh. Perasaan tadi sebelum masuk bilang ga belajar,"ujarnya lirih miris tak terdengar.
Indera penglihatan gadis itu kembali pada lima soal yang telah terjawab tiga soal. Otak kecilnya berputar keras, mengingat kembali bahan materi yang sempat ia pelajari.
"Ini yang semalem gue bahas sama Delvin, tapi apa."
Sahara mencoba memanggil teman samping bangkunya dengan bahasa isyarat. Untung langsung dimengerti sang empu. Casandra--gadis itu memperlihatkan lembar jawabannya. Sontak Sahara langsung menyalin.
"Makasih, Cass," ujar Sahara dan dibalasan aggukan oleh Cassandra.
"Waktu kurang lima belas menit lagi. Bagi yang telah selesai bisa dicek kembali sebelum dikumpulkan."
Intruksi pengawas membuat Sahara semakin panik. Bukannya mengisi lembar jawaban, dia justru menggigit kuku jarinya. Kakinya terus bergetar di bawah meja bak penjahit sedang menjahit kain.
Satu per satu mahasiswa keluar ruangan. Begitu pula dengan Delvin. Matanya terus mengikuti langkah kaki pemuda itu, hingga punggungnya hilang tertelan pintu.
"Heran, sama tuh cowo, katanya matkul susah tapi dia keluar duluan."
Sahara melihat ponsel, setelah keluar ruangan ujian. Dia melihat nama kontak "Delvin" paling atas. Ada dua pesan dari pemuda itu.
/Hi, gimana ujiannya?
/Gue tunggu di lobi yaa.Lengkungan bibir gadis itu terlihat jelas di antara kedua sudut bibir. Ia segera menutup ponsel dan memasukkan ke dalam kantong.
***
"Gila, susah banget!" kesal Sahara.
"Padahal kemarin kita bahas materi itu, Ra," ujar Delvin.
"Ya gue tahu, tapi lupa."
"Berarti salah siapa?"
Gadis itu berkacak pinggang. "Inget peraturan dunia tentang perempuan?"
"CEWE MAHA BENAR," jawab Delvin. Lelaki ikut kesal dengan semboyan yang menurutnya tidak adil.
Mereka berjalan menuju warung dekat kampus. Di sana sudah ada Naufal, Febi, Azarine, Saputra dan Rayanza duduk sembari menyantap soto.
"Mau duduk?" tanya Rayanzza pada Sahara dan Delvin.
"Mau ngamen," jawab Sahara.
"Baca tulisan depan! NGAMEN GRATIS!"
Sahara menoleh pada kertas putih yang ditunjuk Rayanzza. "Sejak kapan ada ginian!"
KAMU SEDANG MEMBACA
NARASI DELVIN
Novela Juvenil"Vin, lo bakal ninggalin gue nggak?" "Kenapa?" "Kayak ayah pas pergi." Delvin terdiam sejenak. Pikirannya kembali pada malam hari tadi. Sekarang ia mengerti kenapa semalam Sahara menangis. "Gak janji, tapi gue usahain." *** Bagaimana rasanya jika ka...