RULES SEBELUM BACA PART INI !
1. FOLLOW AKUN INI
2. TEKAN BINTANG DIPOJOK BAWAH, BUKAN HIDUP KAMU
3. BACA BISMILLAH SIAPA TAHU ADA ADEGAN YANG BIKIN DOSA :V
4. BACA DENGAN TENANG, MESKIPUN HIDUP SEDANG HANCUR-HANCURNYA:)🥀 happy reading, readers <3
ga ada yang baik di dunia, termasuk Delvin Galaxea.
:)Sahara A.
~~~
Suasana rumah semakin ricuh kala seorang pria paruh baya memasuki kamar. Di sana ada gadis yang beringsut di atas kasur dengan tubuh yang dututupi selimut tipis. Ia sesenguk, terlihat dari balik selimut tubuhnya bergetar.
"Ini yang terbaik buat kamu, Nak, coba pikirkan," ujar pria itu--tak berani mendekati putrinya.
"Mau sampai kamu nuntut dia jadi yang terbaik?"
Kali ini wanita paruh baya yang mengeluarkan suara. Wanita itu mendekati Sahara di atas kasur, mengelus lembut punggung sang gadis dari balik selimut. Ia berusaha menenangkan anak semata wayangnya.
"Kalau emang gak mau, stay here!" bisik Nelly.
Setelah sang ayah keluar dari kamar, baru Sahara memunculkan wajahnya yang tampak sembab. Matanya memerah dan berair. Buru-buru punggung tangan mengusap kelopak mata sendiri, menghapus sisa air mata.
"Di sini bukan berarti gagal kan, Ma? Bukan berarti aku ga bisa sukses kan?"
Wanita yang dipanggil mama itu tersenyum hangat kemudian menarik tubuh Sahara ke pelukan. Ia memberi peluk terhangat yang pernah gadis itu rasakan.
Tiga tahun lalu ia tidak tinggal bersama ibu lantaran menempuh pendidikan dengan beasiswa di kota sebelah. Kini ia melanjutkan di kota yang sama, namun ia paksa tempuh dari rumah ibu. Ia ingin menghabiskan harinya bersama sang ibu meskipun banyak cek cok.
Sahara menolak tawaran sang ayah untuk hidup bersama di Jawa Tengah. Ia merasa lebih nyaman bersama sang ibu. Setiap bangun tidurnya selalu di sambut suara khas ibu-ibu untuk salat subuh. Mengomel untuk membersihkan tempat tidur lalu menyapu seisi rumah. Kadang kala mengejarnya saat Sahara buru-buru berangkat sembari menyuapi nasi. Bagaimana ia bisa hidup tanpa rutinitas seperti itu.
Delvin. Lelaki itu juga menjadi alasan Sahara untuk tepat tinggal di sini. Hubungan komitmen dengan lelaki itu memang baru menginjak tiga minggu. Semua baik-baik saja. Hanya ada pertengkaran kecil kemudian membaik.
***
Gadis berambut legam itu duduk di sofa tamu sambil memakan kerupuk. Tidak sendiri. Para saudara sedang berkumpul di sini. Kegiatan seperti ini merupakan kebiasaan rutin keluarga untuk berkumpul di hari Minggu atau hari libur lain.
Sahara merupakan anak ke empat dari lima bersaudara. Si bungsu berjenis kelamin lelaki. Mereka berpisah, tidak satu rumah. Ah, rasanya terlalu berbelit menceritakan satu per satu keluarga Sahara yang berpencar-pencar seperti patahan.
"Kamu setuju ke Jawa Tengah?" tanya kakak pertama Sahara--orang yang pernah menampungnya selama SMA.
Sahara menggeleng. "Gak tahu."
"Cuma kamu satu-satunya harapan. Kuliahmu juga baru semester muda," terang Kartika.
Gadis yang diajak bicara masih sibuk memasukkan kerupuk ke dalam mulut, lalu mengunyah dan menelan. Terus begitu sampai kerupuk di tangan habis.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARASI DELVIN
Teen Fiction"Vin, lo bakal ninggalin gue nggak?" "Kenapa?" "Kayak ayah pas pergi." Delvin terdiam sejenak. Pikirannya kembali pada malam hari tadi. Sekarang ia mengerti kenapa semalam Sahara menangis. "Gak janji, tapi gue usahain." *** Bagaimana rasanya jika ka...