13

13 0 0
                                    

Agatha menatap rumah sederhana di pinggiran kota jawa tengah. Berdasarkan ucapan dan alamat yang di berikan Rider, Agatha sengaja mengambil cuti dan mendatangi rumah tersebut.

"Nak kalo udah selesai latihannya kamu cepet pulang ya!" Suara seseorang di iringi suara pintu yang terbuka membuat Agatha rikuh, pasalnya di hadapannya kini berdiri seorang wanita dan seorang anak kecil berusia sekitar 10 tahun lebih.

"Maaf, mbak siapa ya?" Tanya wanita itu menyembunyikan anaknya ke belakang punggungnya. Agatha menatap anak laki-laki itu, ia mirip sekali dengan Alam, kakaknya.

"Oh maaf mbak, saya Agatha. Mau ketemu dengan mbak Anggita." Agatha tersenyum.

Wanita itu menatap penuh selidik pada Agatha. "Saya Anggita."

Rumah sederhana itu hanya di huni Anggita dan Damar, putranya. Orang tua Anggita tinggal di sebelah rumahnya tak jauh dari rumah Anggita.

"Mba Agatha ini darimana ya?" Tanya Anggita.

"Saya dari Jakarta, panggil aja Agatha."

Anggita mengangguk.

"Ada perlu apa dengan saya?" Tanya Anggita.

"Saya adiknya Alam, mba kenal?"

Anggita membelalakkan matanya. Ia nampak terkejut bahkan langsung berdiri dari duduknya.

"Jangan pernah ambil Damar!" Bentaknya. Agatha tenang.

"Damar itu anaknya mas Alam?" Tanya Agatha. Anggita tak menjawab ia hanya menatap Agatha lekat.

"Saya hanya mau cari kebenaran. Sisanya saya nggak akan ikut campur." Agatha tersenyum. Anggita kembali duduk.

Agatha memeluk Anggita dan Damar bergantian dan berjanji akan kembali untuk berkunjung. Mereka bertukar no ponsel untuk saling mengabari.

Agatha menangis tersedu-sedu di dalam pesawat yang membawanya kembali ke Jakarta. Kenyataan jika Alam lah sumber malapetaka itu membuat Agatha terpukul, ia merasakan sesak di dadanya . Bagaimana tidak, Alam menghancurkan hidup beberapa orang karena keserakahannya. Dulu Agatha terlalu kecil untuk mengerti keadaan yang sesungguhnya. Yang ia ingat Alam sering kali membawa wanita yang berbeda setia pulang ke rumahnya.

Anggita bercerita, Alam memaksa menggugurkan kandungannya setelah mengetahui jika Anggita hamil, saat itu Anggita adalah kekasih Kale, karena bujuk rayu Alam lah Anggita berpaling pada Alam dan hamil.

Anggita sendiri memergoki Alam tengah tidur dengan istri dari atasannya sendiri di apartemen yang di berikan Alam, saat itu Anggita dan Adiguna menggerebek Alam dan wanita paruh baya itu.

Anggita memilih pergi dan membesarkan Damar sendirian. Setelah Alam meninggal dan Kale menghilang, Anggita pindah ke rumahnya yang sekarang.

Agatha merasa bodoh dan menyesal.

Di sisi lain, Kale sedang menyandarkan punggung di tembok yang sudah menemaninya selama 2 tahun ini. Ia akan berkorban lagi demi seseorang yaitu Agatha. Ia ingin Agatha tak lagi menyimpan dendam, cukuplah sampai di sini, di Kale saja.

Sebuah ketukan di jeruji membuat Kale menoleh.

"Ada tamu." Petugas itu langsung membuka pintu jeruji.

Kale menaikkan alisnya ketika mendapati Rider di sana.

"Udah bosen belum?" Rider tersenyum pongah. Kale berdecak pelan.

Rider dan Kale ini sahabat rasa musuh, mereka terlibat hate and love relationship.

"Ganggu aja." Gerutu Kale. Rider tergelak. Ia menyodorkan ponselnya pada Kale.

BIASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang