Prolog

933 135 44
                                    

"Jadi ini bukan punya lo?"

Pemuda di depannya itu hanya manyun yang dibuat selucu mungkin, padahal aslinya yang lihat mau muntah di tempat. "Bu-bukan."

"Hoo, masih belum ngaku?" Lagi, pemuda dengan kulit yang mampu membuat model iklan Shinzui insecure itu kembali mengeluarkan aura khas wanita datang bulan.

"Sumpah bukan, Bang! Coba tanya bang Trisna, sempak dia kan suka parkir sembarangan!" Dengan bonus tangan berbentuk V yang artinya coret-Kim Taehyung milik author-coret peace karena dirasa akan ada perpecahan perang dunia ke tiga yang diusung oleh seonggok sempak hijau kumal yang nangkring di sepion motor makhluk semi kucing kutub itu.

"Gue baru datang ya, njir. Enak aja lu main tuduh!" Pintu kontrakan baru dibuka, bukannya disambut malah disambit tuduhan. "Bang, sumpah lo masalahin sempak dari pagi sampai mau magrib gini?"

"Sempaknya bau daki tapir dan baunya nempel di sepion gue. Bikin mual gue sepanjang jalan, orang dealer sampai ngira gue hamil, asu." Terlepas dari bagaimana makhluk cosplay kue salju itu tau bau daki tapir, sempak yang menjadi tersangka utama ini memang se-bau itu.

"Mending lu bakar aja deh itu sempak biar kelar masalahnya, Bang. Lagian mana ada yang mau ngaku kalau bentukan sempaknya mirip fosil jaman Fir'aun gitu." Trisna, manusia genter yang diberikan sedikit berkat dari Tuhan di bagian otak itu hanya mendengus malas sebelum melipir ke kamarnya, terlalu malas dengan huru-hara per-sempakan ini.

"Bener, tuh! Daripada Bang Tutu nenteng tuh sempak ke sana kemari dan tertawa?"

Kedua homo sapiens itu menengok ke arah tangga, ada seonggok alien yang sibuk nutup hidungnya. "Tapi anying lah, itu sempak baunya kayak ketek tapir!" tunjuknya ke sempak yang diangkat dengan sebuah kayu oleh siluman kucing a.k.a Tutu. Lagi, sepertinya tapir adalah hewan favorit mereka.

"NAH INI!" Bakal calon tersangka yang sedari tadi mengelak itu langsung menunjuk bar-bar alien yang baru aja turun dari lantai dua. "INI PASTI SEMPAK LO, KAN, NU?!"

Merasa tertuduh atas kepemilikan sempak jaman Hitler masih belajar calistung, seonggok muggle itu berkacak pinggang dengan wajah tak suka.
"Dih, mana mungkin, San. Lo lihat aja tuh sempak. Kecil, kayak punya lo."

Seolah menabur bubuk mesiu di atas api unggun, lawannya maju menuju mimbar baru. "Heh! Jaga mulut jahannam lo, Anu! Punya lo tuh kecil kayak ujung stip-ex."

Tutu menatap heran duo keong racun itu bergantian. "Kok kalian saling tau?"

"Ya Tuhan, Tutu! Lo masih bawa aja tuh sempak!" Lagi, member lain datang dan bergabung di dalam rapat Majelis Brainstorm Kepemilikan Paten Sempak Ijo Bau Ketek Tapir atau bisa disingkat MABOK AMER.

"Ya abisnya ini udah dua kali, Bang. Pertama di teras, sekarang di sepion motor gue. Kalau yang ketiga entar di muka Abang, emang mau?" Sedikit lupa dengan urusan duo bocil kematian dengan masalah ukuran milik mereka, Tutu menyampaikan kekesalannya.

Benar, kasus sempak yang muncul dadakan macam tahu bulat ini sudah terjadi dua kali. Untuk kasus pertama, Dimas yang menjadi saksi tunggal. Walau saat itu doi buru-buru ke kampus, Dimas tetap menyempatkan untuk menimbun sempak mengerikan itu di depan kontrakan. Mengingat kepribadiannya yang agak ramai, kabar sempak itu sampai ke member lain sedetik setelah doi sampai di kampus dengan selamat. Telat ngampus mah wajar, bahan gosip hangat tetap harus lancar.

"Mulut lo tuh bau sempak, Tu. Udah ah, bakar aja, atau timbun kayak si Dimas kemaren." balasnya setengah jijik, mana Tutu menyodorkan sempak itu ke muka tampan doi pula.

"Wah, ada apa nih rame-rame? Bang Ali bawa makanan lagi?" Datang tak pakai salam, tau-tau udah malak aja.

"Bang Ali, hari ini bawa makanan nggak?" Satu lagi ikut menyahut di belakang si pemalak, masih lengkap dengan seragam SMA dan bau matahari yang khas.

Come HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang