Perkenalan 2

734 109 34
                                    

Irsan Syah Putra

Nama Panggilan : Irsan, boncel, bonsai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nama Panggilan : Irsan, boncel, bonsai.
Penghuni kamar nomor 6.
Umur 17 Tahun.

Asal : Doi lahir di Jawa, tapi besar di Kalimantan. Sama seperti Tutu, tim jancok dan bungul yang bersatu padu.

Sekolah : Kelas 2 SMA JAYA, jurusan IPA.

Hobi : Bolos sekalian tawuran ke SMA sebelah. Nge-wibu bareng Anu dan Fadil. Selain bolos buat tawuran, doi cering curi-curi waktu buat main PS di tempat foto kopian Mas Baidho. Tidur di kelas buat isi tenaga biar tawurannya joss gandos.

Mafor : Pentolan nya Bang Timbul, doi biasa jajan di situ sehabis gebuk-gebukan dan biasanya kasbon. Kadang dibawa pulang buat dicampur sama nasi, itupun masih dipalak sama Anu.

Mifor : Extrajoss sama Kukubima yang dicampur susu. Katanya susu itu penting, penting buat tinggi badannya. Selain kopi pahit, doi nelen semuanya, apalagi gratis.

Tentang Irsan :
Meski anak nakal dan bandel lebih identik dengan jurusan sebelah, Irsan memang pengecualian.

Bahkan doi juga punya geng tawuran yang diprakarsai dirinya dengan teman sesama rebelsnya, dan nama geng itu adalah geng The Bunguls, alias Bubuhan Bibit Unggul. Unsur huruf s pada nama geng mereka punya makna majemuk alias mereka bar-barnya berjamaah. Sungguh nama yang sangat berkebalikan dengan member serta visi dan misi yang diusung.

Irsan emang anaknya ringan tangan, kesabaran setipis kapas muka dibagi tujuh, ditambah emosinya kalau udah mendidih mirip air rebusan, goblokgoblokgoblok. Walau begitu Irsan sangat amat menghargai perempuan.

Baginya, bundanya adalah wanita tercantik dan terlembut yang pernah ada. Sentuh dan tutur katanya yang lembut membelai pendengarannya begitu sopan. Irsan sayang sekali dengan bundanya. Doi rela melakukan apapun demi bahagianya wanita yang telah melahirkannya itu. Termasuk membawanya kabur dari rumah.

Derita yang Irsan hadapi dimulai saat usianya 9 tahun, tepat dua tahun setelah mereka pindah dari Jawa. Irsan versi kecil itu tak tau apa yang menjadi pemicu dari rentetan mimpi buruknya, namun yang jelas itu bermula dari bunda yang menodong ponsel ke arah ayah. Itu terjadi di jam 11 malam, harusnya Irsan tengah tertidur, tapi doi mengeluh ingin buang air kecil tanpa tau kalau telinga anak 9 tahun akan mendengar banyak hal.

Bunda mulai menaikkan suaranya, ayahnya pun sama. Mereka cekcok namun cepat padam, dan saat itu Irsan baru berani keluar dari kamarnya. Saat itu bunda tetap menyapa buah hatinya dengan ramah dan tenang, seolah cekcok barusan tak pernah terjadi.

Ah, mereka cuma berantem sebentar.’ pikir Irsan lugu saat itu.

Tapi aneh, pertengkaran itu mulai sering terjadi. Awalnya hanya saat malam, namun melebar bahkan saat sarapan pagi. Meski dari yang Irsan liat, bundanya berusaha menahan diri untuk tak menaikkan suara di depan anaknya. Irsan takut, dirinya khawatir dengan bundanya. Setiap ditanya, bundanya selalu menjawab tak ada masalah serius dengan senyum lembutnya.

Come HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang