Tok tok tok
"Tuan, Yang Mulia Achilles telah datang." Ucap pelayan yang mengatarkan Lucius pada ruang kerja Viscount Adler. Setelah mendapat jawaban dari dalam, pelayan tersebut membukakan pintu untuknya.
Saat Lucius masuk, dirinya telah dihadapkan dengan meja kerja berukuran sedang beserta setumpuk kertas diatasnya. Sisi kanan ruangan terdapat rak buku, sedangkan disisi kiri terdapat meja rendah dan sofa berwarna merah beludru serta perapian untuk menghangatkan ruangan. Diatas meja rendah telah tersedia secangkir teh yang telihat masih mengepulkan asap.
Viscount menghampiri duke, "anda telah datang. Duduk lah. Saya telah menyajikan teh yang baru-baru ini di impor dari negeri Timur. Saya harap anda menyukainya." Sambil berjalan menuju sofa dan duduk di ujung sofa.
Lucius mengikuti dan duduk pada ujung sofa lainnya. Sehingga posisi mereka berhadapan.
"Tanpa basa-basi. Kali ini informasi apa yang ingin kau sampaikan." Tembak Lucius yang ingin segera kembali ke kamar.
Viscount tertawa, "memang anda sekali." Jawaban tersebut membuat alis Lucius menukik sebelah, seakan berkata 'lalu apa masalahnya?'
Tawanya reda dan Viscount mulai berbicara dengan nada serius. "Selama beberapa minggu terakhir, 'bayangan' mengonfirmasi bahwa Putra Mahkota tidak melakukan pergerakan aneh."
Bayangan yang Viscount maksud adalah tentara khusus dibawah pengawasan Viscount Adler dan perintah pimpinan Lucius. Tentara dengan loyalitas tinggi serta kemampuan untuk bersembunyi dibalik panggung. Tentara yang Lucius bentuk setelah dirinya mengambil orang-orang berpotensi khusus dari desa serangan monster.
"Dia hanya melakukan tindakan seperti biasa, Yang Mulia," lanjut Viscount. Kemudian dia mengeluarkan beberapa lembar dokumen yang diserahkan pada Lucius.
Lucius memperhatikan isi dokumen tersebut. Seperti biasa Putra Mahkota menanamkan akar kekuasaanya secara ilegal pada beberapa bidak yang akan dia gunakan disaat yang tepat. Dia menyimpan dokumen tersebut dibalik jas, "lakukan pembersihan secara perlahan. Mulai dari paling mudah untuk kita gunakan." Tegas Lucius pada akhir kalimat yang dibalas anggukan siap Viscount.
"Lalu mengenai 'utama'," Viscount melihat reaksi Lucius yang membeku untuk sejenak. Viscount menahan nafas perlahan. "Nampaknya dia akan memulai perbincangan khusus mengenai Nyonya Duchess."
Perbincangan mengenai 'utama' memang selalu menimbulkan reaksi pada Lucius. Bahkan kali ini, reaksi nya nampak lebih buruk, terutama saat Duchess akan dibawa dalam pertikaian wanita bangsawan.
Bagi pemenang ini tentunya dia akan mendapat pandangan tinggi dari bangsawan. Namun jika kalah, dampak nya akan sangat menghancurkan baik dalam atau luar.
Urat tegang Lucius timbul, beserta kepalan tangan mengetat. Dirinya tidak ingin hal itu terjadi lagi. Sudah cukup dengan kejadian dahulu sebelum istrinya tenggelam di danau. Pertikaian silat lidah itu membawa guncangan dalam mental istrinya.
Jika Alicia mengalami hal sama dengan kondisi dirinya yang masih dalam pengawasan, Lucius tidak yakin Alicia akan sanggup bertahan. Begitu pun dirinya. Dia tidak akan membiarkan kejadian itu terulang.
Tidak akan pernah.
"Yang Mulia," panggil Viscount menghentikan pikiran buruk Lucius. "Baru hari ini saya bertemu kembali dengan Duchess sejak insiden itu. Namun penilaian saya tidak akan pernah salah jika Duchess dapat mengatasi itu." Teguh Viscount meyakinkan.
"Kau tidak tahu apapun."
"Segala informasi dapat dengan mudah saya dapatkan." Artinya 'jangan ragukan pedagang yang memiliki koneksi informasi dimana-mana hingga tidak mengetahui apa yang terjadi.' Sekali lagi dengan nada yakin serta tatapan teguh.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret of Duchess
Fantasia[On-going] [Bukan novel terjemahan] [Follow me untuk notif update selanjutnya] Arsella Marsille. Aktris cantik yang sukses berkarir dalam industri film, harus menerima kenyataan, jika dirinya masuk kedalam tubuh milik seorang wanita bangsawan. Disaa...