49

710 56 3
                                    

Kini Jeno telah sampai di rumahnya, menggunakan taksi yang mengantarkan nya, juga sang supir yang menemani nya. Jeno benar benar meninggalkan mobilnya di kampus Jaehyun, karena di sana ada wanita gila yang mengganggu dirinya.

Jeno turun dari taksi yang ditumpangi nya, setelah melakukan transaksi bersama supir taksi itu. Turun dari sana, berjalan menuju pintu yang langsung di bukakan oleh para pekerja di sana. Langkah Jeno membawa dirinya masuk kedalam, dan di sana ia mendapati Jaehyun yang duduk di sofa panjang dengan raut yang tak bisa diungkapkan kan lagi.

"Jaehyun"

Yang di panggil langsung datang menghampiri "Jeno, kau... K-kau tadi... Membicarakan apa dengan Doyoung??"

Jeno menyunggingkan satu sudut bibirnya, ternyata kakaknya ingin tahu tentang pembicaraan nya dengan sahabat nya itu "tidak ada, hanya... Urusan antar pria"

Mendengar jawaban yang kurang memuaskan sekaligus membuat dirinya sedikit kesal, lantaran Jeno tadi mengatakan urusan antar pria, bukannya dirinya juga seorang pria?

"Tapi aku juga seorang pria! Jadi kasih tau aku!" Jaehyun, mulai meluapkan kekesalannya, yang malah membuat Jeno tertawa. Melihat kakaknya kesal sangat menyenangkan bagi dirinya, lihatlah wajahnya yang lucu saat kesal itu.

"Ya.. Kau memang seorang pria, tapi ini urusan antar pria pihak atas, bukan pihak bawah, jadi kau tak perlu tahu" kemudian, Jeno melenggang pergi meninggalkan Jaehyun yang masih kesal, bahkan mungkin semakin kesal. Kenapa Jeno sangat senang membuat dirinya kesal.

Jaehyun pun menyusul langkah adiknya itu yang akan naik tangga "tinggal katakan, apa susahnya?! Aku ingin tahu!" Jeno berbalik, menatap mata tajam kakaknya yang sama sekali tak terlihat menakutkan baginya. Jeno kembali menuruni anak tangga, berjalan mendekat lalu mendarat kan bibirnya ke bibir Jaehyun, membuat kecupan di sana yang sukses membuat si empunya mematung.

Jeno kembali menyunggingkan sudut bibirnya, kali ini keduanya. Menatap mata kakaknya yang terbuka lebar itu, mendekatkan bibirnya ke telinga sang kakak mengatakan sesuatu di sana dengan suara bisikannya yang membuat bulu bulu halus Jaehyun berdiri.

"Itu rahasia"

Kemudian, Jeno segera beranjak dari tempat nya. Kembali menaiki anak tangga, melangkah kan kakinya menuju kamarnya. Meninggalkan kakaknya yang masih mematung. Sesampainya Jeno di anak tangga terakhir, Jaemin keluar dari kamarnya "kau baru pulang?"

"Hm~"

Setelah menyapa kakak kembarnya, Jaemin langsung menuruni tangga dan ia mendapati kakaknya yang mematung itu. Panik, Jaemin langsung menghampiri dan mendekati Jaehyun "kak Jaehyun, kau kenapa?" menoleh ke atas, menatap Jeno yang belum sampai ke kamarnya.

"Hey Jung Jeno! Apa yang kau lakukan pada kak Jaehyun?!!"

Jeno mendengar seruan Jaemin, hanya melirik sambil mengedipkan matanya dan langsung masuk kedalam kamar. Sedangkan Jaemin berdecih, menatap sinis pintu kamar kembarannya lalu kembali menghadap Jaehyun. Tubuh kakaknya di goncang kan untuk mengembalikan kesadaran kakaknya, sambil memanggil manggil kan namanya.

"Kak Jaehyun, sadarlah!"

"Jaemin"

Jaemin menghentikan menggoncang kan tubuh Jaehyun, setelah mendengar suara kakaknya "iya kak, ada apa? Kau kenapa?"

Tangan Jaehyun terangkat menyentuh dadanya "Jaemin..." Jaemin masih tak bergeming, ia masih menunggu kakaknya untuk melanjutkan ucapannya. Tangan Jaehyun, mulai meremas dadanya.

"... Dadaku, terasa sakit. Jantungku, berdegup sangat kencang..." lagi lagi Jaehyun menggantungkan ucapannya, lalu ia menatap mata adiknya.

"... Juga, aku merasa ada yang aneh didalam perut ku..."

".... Ini aneh, sangat aneh. Aku belum merasakan hal ini sebelumnya, bahkan saat..." pandangan Jaehyun, terjatuh kebawah dengan kepala yang mulai menunduk.

"... Bahkan saat, aku bersama dengan... Seulgi..."

Jaemin tercenung di tempatnya, menelan baik baik setiap kata yang keluar dari mulut sang kakak. Kedua tangannya yang tak lepas dari lengan Jaehyun, di cengkram kuat, tapi tak sampai membuat si empunya kesakitan.

"Kak Jaehyun, apa yang sudah Jeno lakukan kepadamu, tadi?"tanyanya, dengan pandangan sendunya

Jaehyun menjawab "Dia.. Menciumiku"

"Dia memang biasa menciumiku, sama seperti mu. Tapi, entah kenapa kali ini terasa berbeda" kepala Jaehyun terangkat, menatap kedua bola mata adiknya "a-apa kau.. Tahu tentang ini, Jaemin?"

Tak menjawab pertanyaan kakaknya, justru Jaemin juga melakukan hal yang sama dengan kembarannya. Mendaratkan bibirnya, ke bibir Jaehyun. Tak melumat seperti biasa, hanya menempelkan bibirnya saja dengan waktu yang cukup lama.

Dan itu, sukses membuat dada Jaehyun semakin bergemuruh, degup jantungnya berdetak lebih cepat, kupu kupu yang bersemayam di dalam perut Jaehyun, semakin mengepakkan sayapnya di sana. Jaemin melepaskan ciuman nya, menatap mata kakaknya dengan lembut "bagaimana denganku?"

"Eh?"

"Bagaimana dengan ciuman ku barusan? Apa kau merasakan hal yang sama?"

Jaehyun menganggukkan kepalanya, dengan pandangannya jatuh kebawah. Rona merah mulai nampak di wajahnya, dan itu membuat Jaemin tersenyum "itu tandanya kau mulai mencintai kami"

Jaehyun mengangkat pandangan nya, ingin mendengar sekali lagi ucapan adiknya "t-tapi, aku memang mencintai kalian"

Jaemin menggelengkan kepalanya "bukan! Kau biasanya mencintai kami sebagai adikmu, tapi kali ini, perlahan, kau mulai mencintai kami sebagai pasanganmu"

Ucapan Jaemin barusan, sukses membuat Jaehyun semakin tercenung di tempat dan Jaemin langsung saja memeluk erat tubuh kakaknya, bersamaan dengan itu Jeno kembali keluar kamar dengan pakaian santainya, berjalan mendekat sambil mengulurkan tangannya, meraih kerah belakang baju Jaemin lalu menariknya, membawa sang kembaran menuju dapur untuk makan bersama.

"Sudahi pelukan kalian! Aku lapar!"

"O-oi! Kau tak perlu menarik ku juga!" seru Jaemin, tapi tak didengar oleh Jeno yang tetap menariknya.

"Hey Jung Jeno!!!"

Si kembar telah sampai menuju dapur, meninggalkan Jaehyun yang masih terdiam di tempat. Ia masih memproses setiap ucapan adik bungsunya yang mengatakan bahwa ia mulai mencintai mereka berdua bukan sebagai adik. Kalut dengan pikirannya, kepala Jaehyun tertunduk menatap perutnya yang terlihat mulai membuncit, satu tangan terangkat untuk mengusap perutnya.

"A-aku... Mulai mencintai mereka..." gumamnya.

Our Hyung (End)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang