Extra Chapter: Gala

728 29 7
                                    

Tiga hari semenjak kepulangan Naka ke pencipta-Nya, tiga hari pula Dika dengan keadaan yang bisa dibilang sangat kacau. Dika tak bisa menelan makanannya dengan baik. Remaja itu mengurung dirinya di kamar. Papa, Mama, dan Yasa bergantian membujuknya, namun nihil.

Hari ini, untuk pertama kalinya, Dika keluar dari kamarnya. Ia memasuki kamar Naka yang terasa masih sama. Dika masih merasakan kehadiran Naka disana. Netra Dika tertuju pada sepucuk surat di atas nakas Naka.

Tangannya meraih surat tersebut dan membacanya dalam hati. Tangisnya lagi-lagi pecah. Sesak akibat sakitnya kehilangan kembali menguasainya. Sebuah surat yang ditulis Naka dengan tangannya sendiri. Sebuah surat yang seolah menjadi firasat Naka sebelum adik kembarnya itu pergi meninggalkannya.

***

"Siapa?" seru Dika ketika mendengar suara ribut di luar. Tampaknya Maya sedang menyambut seorang gadis yang Dika kenal sebagai teman Naka.

"Bang? Bisa tolong temani Tari dulu? Mama mau buatin Tari minuman?" pinta Maya lembut sembari mengusap surai kecokelatan milik Dika. Dika hanya mengangguk mengiyakan.

Dika kemudian melangkahkan kakinya e arah ruang tamu. Gadis bernama Tari itu sudah duduk dengan senyuman tipis yang ditujukan untuk Dika.

"Gue Mentari!" ucap Tari sambil mengulurkan tangannya ke Dika. Dika membalasnya dengan senyuman samar. Tangannya kemudian beralih mengambil sesuatu yang disimpan di kantong celananya.

"Baca!" titah Dika membuat Tari mengernyit bingung. "Naka nulis sesuatu buat lo!"

Tari kemudian mengangguk paham, gadis itu membaca surat dari Naka dengan seksama. Sampai di bagian akhir, tangisnya pecah menyadari kenyataan bahwa sebenarnya Tari dan Naka sama-sama menyimpan rasa.

"Ka—, lo juga cinta sama gue ternyata—," lirih Tari membuat Dika hanya terdiam membiarkan Tari meluapkan emosinya. Tari yang menyadari masih ada Dika disampingnya langsung menghapus air matanya dengan cepat.

"Sorry, gue kelepasan!" ucap Tari.

"It's okay. Gue ngerti!" balas Dika. "Makasih!"

"Buat apa?"

"Udah jadi alasan dari bahagianya Naka!" ucapan Dika membuat Tari tersenyum tulus.

"Sama-sama, Naka juga bahagianya gue!" tutur Tari. "Ngomong-ngomong gue kesini mau balikin barang-barang Naka yang pernah dititipin ke gue," Pandangan Dika beralih pada kotak berukuran sedang yang dibawa oleh Tari.

"Gue nggak ngerti kenapa dia hobi nitipin sesuatu ke gue!"

"Biar ada alasan buat ketemu sama lo!" ceplos Dika membuat Tari terkekeh salah tingkah.

"Bisa aja, lo!" ujar Tari membuat Dika lagi-lagi tersenyum tipis. "Lo pucet banget, sakit?"

"Nggak ada orang yang nggak sakit ditinggal kembarannya pergi, Tar!" balas Dika membuat Tari dengan tiba-tiba meletakkan punggung tangannya di dahi Dika. Dika sedikit kaget namun akhirnya tak menolak perlakuan Tari.

"Demam, udah minum obat?"

"Nanti juga ilang sendiri!" balas Dika tak peduli.

"Ngaco!"

"Iya nanti minum!" kata Dika akhirnya.

"Oke, sip! Gitu dong, Gala!" celetuk Tari membuat Dika bingung.

"Gala?" Dika heran karena sebelumnya tak ada orang yang memanggilnya dengan sebutan Gala.

"Iya, Gala! Naka bilang lo agak galak orangnya. Nama depan lo Galaksi, kan? Ya udah gue panggil Gala aja!" Celetuk Tari yang membuat Dika tertawa untuk pertama kalinya setelah kesedihan yang menghampirinya.

"Oke! Fine! Gala, ya? Not bad, gue suka!" kata Dika jujur. "Lo seru banget, pantesan Naka betah temenan sama lo, Tar!"

"Sekarang lo juga temen gue, Gal!" ujar Tari tulus membuat Dika menyunggingkan senyum yang tak kalah tulus.

"Makasih, Tar!"

"Gala—," suara Tari melirih. "Coba ikhlasin Naka pelan-pelan, ya? Gue tahu ini berat, tapi gue yakin lo bisa. Buat kebaikan lo juga, Gala!"

Dika terdiam mendengar penuturan lembut Tari. Lagi-lagi dadanya mulai terasa sesak. Dika meringis menahan sakit membuat Tari langsung khawatir.

"Gal—Gala, maaf!" Tari menyentuh bahu Dika dengan lembut. "Mana yang sakit, Gal? Gue panggil tante Maya, ya?"

"Nggak! Gue oke, Tari!" tolak Dika halus. "Udah biasa kok akhir-akhir ini. Gue sering kena panic attack semenjak kondisi Naka memburuk,"

"Yakin? Lo juga pucet soalnya!"

"Yakin, Tar!" Dika tersenyum memenangkan. "Soal permintaan lo buat ikhlasin Naka, gua juga bakal berusaha, Tar!"

"Lo tenang aja, Gal! Sekarang ada gue, Yasa, Kenzie, Mama, sama Papa lo! Lo nggak sendirian, Gala!" ucap Tari membuat Dika makin melebarkan senyumnya.

"Makasih, Mentari!"

***

Penasaran nggak sama kelanjutan hidup Galaksi, Mentari, dan juga Cakrawala? Author juga penasaran sebenernya. Tapi tahan dulu, ya!

So, extra chapter ini beneran jadi penutup buat book Gerhana. Jujur author gamon sama Naka, hiks:"

Makasih ya yang udah ngikutin kisahnya Naka sampai anaknya udah beneran tidur nyenyak dan nggak capek lagi. Love you all!!!

***

Oh iya, follow IG author @azzhhsy @lemonulis biar tau update soal work gue di Wattpad 🤍

GERHANA (✔️) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang