Part 9

330 14 0
                                    

Celine tidak memikirkan hal ini lagi, dia butuh asupan makanan supaya dia bisa memikirkan solusi yang tepat dan pastinya dia tidak menyesal nantinya.

Sehabis makan, Celine mencuci piringnya dan kembali ke kamar. Sedangkan Tifanny di ruang kerja, dia sangat geram dengan laporan yang diberikan anak buahnya. Sungguh dia sangat lelah, bertambah lelah dengan emosi ini.

Keesokan harinya, Tifanny yang baru bangun dari ketiduran dia di ruang kerja. Dia segera cuci muka dan mengeluarkan ponselnya, tidak peduli dia tidak sarapan karena dia punya sesuatu yang harus segera diurus.

Tifanny menelepon Joseon, Joseon yang mendapat telepon dari dia sangat heran. Apa yang akan dia lakukan lagi? Karena Joseon tahu, dia tidak akan menelepon untuk hal tidak penting, Joseon buru-buru mengangkat teleponnya.

"Jo, tolong sehari lagi,"

"Lu baru balik dan gue tahu lu bergadang semalam, lu mau ke mana lagi?"

"Gue harus menghabisi pria bejat itu,"

"Kenapa?"

"Lu bisa lihat buktinya di meja kerja gue, gue buru-buru,"

Setelah menelpon, Tifanny segera melajukan mobilnya. Dia menelepon di parkiran, dia tidak punya banyak waktu. Paling penting, Joseon bisa dipercaya untuk menjaga Celine apalagi Celine Adik kesayangan Joseon juga.

Beberapa menit setelah Tifanny pergi, Joseon buru-buru ke ruang kerja Tifanny dan dia mencari bukti yang Tifanny katakan. Di meja kerja Tifanny sangat bersih, tinggal dia mencari di laci meja.

Saat Joseon membuka laci terakhir, dia melihat sebuah map coklat dan dia segera membukanya. Dia mengeluarkan isinya, selain biodata dan foto-foto pria yang dijodohkan orang tuanya dulu sekarang dia mendengar rekaman.

Di rekaman itu, Joseon mendengar rencana pria tersebut untuk memiliki Celine seutuhnya. Pastinya pria itu akan menjebak orang tuanya supaya Celine bisa pria itu miliki, walau cara pria itu gagal, pria itu akan menjalankan rencana lain yaitu menjebak dan memperkosa Celine.

"Si*l*n," geram Joseon.

Pantas saja Tifanny pergi menemui pria itu, kalau Joseon jadi dia pun akan langsung pergi. Mana mungkin dia membiarkan pria itu hidup tenang, di saat pria tersebut ingin menghancurkan kebahagiaan Celine.

Joseon ingin menghajar pria tersebut, sayangnya dia ingat kalau dia harus menjaga sang Adik di sini. Mau tidak mau dia melupakan niatnya untuk menyusul Tifanny, daripada dia membuang waktu mending dia memasak.

Seharian ini juga Joseon bolak balik dari lantai 2 ke lantai 3 begitu juga sebaliknya, setiap Celine bertanya Tifanny ke mana, dia selalu diam dan pergi setelah membuat makanan kecuali waktu makan siang.

Celine yang tidak dijawab setiap pertanyaan dia, dia hanya pasrah dan menunggu Tifanny pulang. Jika Tifanny pulang, barulah dia bertanya karena Tifanny pergi seharian sudah dua kali.

Malam harinya, sekitar jam 7 malam. Saat ini Joseon sedang menemani sang Adik makan malam, karena Celine merengek untuk ditemani makan malam mau tidak mau Joseon menemani dulu barulah dia balik ke kamarnya.

Saat itu juga Tifanny sudah kembali ke apartemen, posisi dia sekarang berada di parkiran. Jujur dia sudah lemas, dia tidak bisa naik ke unit apartemennya. Kenapa dia tidak ke rumah sakit dulu?

Tifanny malas dan dia tahu kalau sahabatnya seorang dokter, buat apa dia jauh-jauh pergi ke rumah sakit. Sekarang, mau tidak mau dia mencoba menghubungi Joseon karena dia butuh bantuan lagi, tidak butuh waktu lama Joseon mengangkat teleponnya.

"Jo, par-ki-ran,"

Joseon tentu saja panik, nada bicara Tifanny sangat lemah. Dia buru-buru turun ke lantai bawah apartemen, masa bodo Celine yang bingung dengan sikapnya. Dia tahu kalau Tifanny ada di parkiran apartemen, Tifanny bukan tipe orang yang menelepon dia kalau jaraknya jauh walau dia sekarat sekali pun.

Setibanya di parkiran, Joseon langsung mencari mobil Tifanny. Untung saja mobilnya tidak terkunci, hanya saja dia panik melihat muka lebam dan noda darah di tubuhnya. Dia mengendong Tifanny ala bridal style, mengunci mobil dan kembali ke unit apartemen.

Di unit apartemennya, Joseon langsung ke lantai 3 dan masuk ke kamar. Celine yang melihat Tifanny pingsan dalam gendongan Joseon, dia sangat kuatir, terlebih dia tidak tahu apa yang Tifanny lakukan di luar sana.

"Kak, Kak Tif kenapa?" tanya Celine kuatir.

Joseon tidak mendengarkan kata Celine, dia sangat panik melihat Tifanny terluka parah. Dia buru-buru? Mengambil P3K dan melakukan operasi kecil untuk mengambil peluru yang ada di tubuh Tifanny.

Gini-gini Joseon lulusan kedokteran hanya saja dia menjadi pengusaha sekarang, jadi dia tahu cara menangani denga cepat. Setelah peluru keluar, dia menjahit dan menutup luka Tifanny.

Barulah Joseon mencuci tangan dan merapikan kotak P3K, lalu dia menatap Celine yang menangis. Dia tidak tahu sejak kapan Celine menangis, apa Celine mulai menerima Tifanny sebagai pasangan hidupnya atau sebatas Adik yang sayang pada Kakaknya?

"Maaf Kakak mengabaikanmu, Kakak harus menolong Tifanny dulu," kata Joseon bersalah.

"Kak Tif kenapa bisa terluka?" tanya Celine tidak peduli sama permintaan maaf Joseon.

"Tifanny sayang kamu, dia menghabisi pria jahat yang ingin dijodohkan sama kamu dulunya, alasan lain kamu bisa tanya sendiri ke Tifanny nanti," balas Joseon seadanya.

Joseon tidak mau ikut campur dalam urusan Tifanny, Tifanny yang berhak menjelaskan semuanya ke Celine bukan dirinya. Makanya dia meminta Celine untuk bertanya langsung, dengan begitu Celine akan tahu lebih jelas.

"Istirahat ya, Kakak tinggal dulu," kata Joseon lalu dia pergi ke kamarnya.

Setelah Joseon pergi, Celine menatap Tifanny yang tidur damai. Dia tidak tahu kalau cinta Tifanny begitu besar padanya, sampai Tifanny rela mengorbankan dirinya untuk menghabisi orang yang berniat melukai dia.

Pertanyaannya, apakah dirinya bisa membalas cinta Tifanny? Apakah dia masih normal? Apakah dia akan berbohong seperti Joseon dan Tifanny untuk menjalin hubungan ini? Seharusnya dia tidak perlu memikirkan hal ini, lagipula Tifanny tidak pernah meminta dia untuk membalas perasaannya.

Daripada pusing-pusing, Celine memilih tidur di samping Tifanny. Dia memastikan kalau dia tidur tidak akan mengenai luka Tifanny, dia berharap Tifanny bangun secepatnya.

Keesokan harinya, Celine terbangun lebih dulu. Dia melihat Tifanny yang masih tidur, dia memilih ke kamar mandi barulah ke dapur. Di dapur, dia melihat bahan makanan sangat lengkap hanya saja dia tidak jago masak membuat dia bingung harus masak apa?

Tiba-tiba Celine kaget karena Joseon menepuk pundaknya pelan, Joseon terkekeh kecil. Selain itu Joseon tahu kalau dia pasti tidak tahu harus masak apa, makanya dia ke sini dulu sebelum membuat sarapan untuknya dan Garey.

"Kakak yang masak, kamu diam saja di ruang makan," perintah Joseon diangguki Celine.

TBC

33. KesepakatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang