🅒🅗🅐🅟🅣🅔🅡 ➋➏ ✓ 𝕃𝕒𝕥𝕚𝕙𝕒𝕟

1.4K 277 10
                                    

"Ternyata gabung ke agensi tidak usah sekolah, ya. Akhirnya aku bisa bolos dengan alasan yang jelas."

Soo Jung hanya hela napas pelan. "Kau nggak mau gabung ke kelas A?"

"Nggak mauu. Kelas A isinya orang menyebalkan, lagian aku udah nyaman di kelas C, walaupun ada Woo-Dong dan La-sol yang terasingkan."

"Aku mau ke ruang latihan dulu deh. Sepertinya udah beberapa orang yang udah sampai sana. Oh, tumben Jonggun nggak sama kakak?"

"Tadi katanya ada sedikit urusan. Tapi sepertinya dia bertemu Jungoo."

"Urusan bertemu Jungoo? Aneh sekali. Jarang-jarang mereka 2 bisa akur gini."

Habis itu [M/n] pun berjalan ke ruang latihan kelas C. Tapi tiba-tiba ada suara yang cukup mencurigakan bagi [M/n]. Akhirnya dia samperin tu kamar.

"Maaf menganggu...? Apa butuh ban–" [M/n] terdiam seketika saat melihat Jonggun yang menindih Jungoo di sebuah kasur besar.

Jonggun dan Jungoo juga terdiam saat melihat [M/n] tiba-tiba membuka pintu. Apalagi posisi mereka sekarang seperti ini.

"Ah... Maaf tidak mengetuk pintu terlebih dahulu..." Ucap [M/n] yang baru saja mau menutup pintu langsung ditahan oleh Jonggun.

"B-B-B-BUKAN-!!" Ucap Jonggun dengan panik.

"Maaf.."

"Bukan!"

"Aku tidak akan memberitahukan hal ini ke yang lain."

"Ini tidak seperti yang kau pikirkan!" Ucap Jonggun yang jarang-jarang panik kayak gini.

"Jonggun... Hentikan itu, aku masih perjaka..." Ucap Jungoo yang memanas-manasi keadaan.

"BAJINGAN KAU–!"

"Lanjutkan saja, aku akan pergi... Kunci pintunya, ya..." Ucap [M/n] dengan muka sedikit tertekan, masih syok.

[M/n] akhirnya menutup pintu kamar itu dengan pelan. Akhirnya Jonggun terpuruk di tanah.

"INI TIDAK SEPERTI YANG KAU PIKIRKAN...!" Teriaknya dengan frustasi. Apalagi dia tau [M/n] itu anaknya lumayan cepu.

––

Sedangkan [M/n] dengan wajahnya yang penuh keringat dingin hanya bisa berusaha melupakan kejadian barusan.

Andai aku tidak buka pintu saat itu.

[M/n] dengan sempoyongan berjalan ke ruang latihan kelas C.

Saat di tengah lorong, dia bertemu seseorang yang menurut [M/n] wajahnya sangat menyebalkan.

'Aru kan namanya. Orang terkenal setelah DG.' pikir [M/n].

Duak.

Aru dengan sengaja menabrak bahunya [M/n]. Dan Aru tanpa mengucapkan apapun langsung melangkah semakin jauh.

Urat [M/n] sudah terpampang di wajahnya. Sepertinya dia sangat menahan amarahnya, dia berusaha menutupinya dengan senyuman agar tidak menimbulkan konflik dengan model lainnya. Namun itu memang tidak berguna, aura hitam sudah mengelilingi [M/n].

--

"Oh [M/n]. Akhirnya datang juga, aku kira kau mau bolos di hari pertama." Ucap Woo Dong.

"Hahaha, mana mungkin." Walaupun pas awal [M/n] sudah kehilangan mood dan pengen bolos.

"Level di kelas A dan B tinggi. Kita nggak bisa mengikuti mereka. Di sini kalian harus belajar hal dasar."

"Up, down, coba ikuti."

Deok-Hwa, Seok, dan [M/n] pun mengikuti instruksi yang diberikan Woo Dong.

"[M/n] cepat bisa ya. Tidak seperti pemula."

"Aku pernah mempelajarinya saat kecil. Aku masih ingat beberapa."

'Tidak diherankan lagi untuk siswa berprestasi di sekolah...' batin Deok-Hwa dan Seok.

"Dan kalian berdua benar-benar pemula ya... Kalian harus menguasainya dalam 3 bulan loh."

Terlihat di bagian permasalahan hanya di Seok dan Deok-Hwa. [M/n] dan Jaehye diberikan istirahat lebih cepat.

"[M/n]! Hebat sekali tadi!" Puji Jaehye.

"Kau juga. Aku tidak duga kau mempelajari dance juga."

"Hehehe, dulu aku pelajari untuk senang-senang aja kok."

"[M-M/n]!" Panggil Deok-Hwa.

"Hm? Kenapa?"

"Tolong, apa nanti malam boleh ajari aku dance?"

[M/n] tersenyum cerah. "Tentu saja! Mau di mana?" Tanya [M/n].

"Oh itu. Di toko tempat Hyung Seok kerja. Ah maksudku Hyung Seok yang kecil. Aku pernah melihat kalian berinteraksi, sepertinya kalian cukup akrab."

"Di sana? Boleh saja. Jam berapa?"

"Apa jam 7 malam nanti kau ada waktu luang?"

"Tentu saja. Dari jam 6 malam sampai pagi aku tidak ada kerjaan."

"Baguslah. Nanti malam, ya!" Deok-Hwa langsung berlari pergi dengan aura berbinar-binar di sekitarnya.

"[M/n] benar-benar orang baik, ya. Padahal kau harus fokus ke latihanmu juga." Ucap Jaehye.

"Tidak masalah juga sih. Membantunya juga bisa membantuku untuk lebih mengingat dance punyaku.".

–––

"Jadi, di bagian ini–"

"...."

Terlihat di toko itu ada [M/n], Haneul, Daniel, Jiho, dan Deok-hwa yang mencoba untuk menari sebisanya.

"Deok-hwa... Setiap bagian dancemu salah langkah... Harusnya bagian ini kanan, dan bagian ini kaki kiri."

[M/n] berusaha mencontohkannya ke Deok-hwa.

"Ah, begini?"

"Nah! Awal semua gerakan di mulai kaki kiri dan tangan kanan. Kalau akhir gerakan itu kaki kanan dan tangan kiri."

"Ternyata gitu! Aku mengerti."

"Wah... [M/n] berbakat banget. Pasti seru kalau bisa menontonmu saat penilaian..." Ucap Haneul yang terlihat sedikit sedih.

"Bo-Boleh aku ikutan?" Tanya Daniel.

"Tentu saja. Tidak ada salahnya mencoba!" Ucap [M/n].

Setelah 30 menit berlalu. Deok-hwa dan Daniel sudah terduduk lelah.

"[M/n] ini sudah 30 menit. Kenapa kau tidak kelihatan lelah atau berkeringat sama sekali?" Tanya Jiho.

"Hm? Aku tidak merasa capek sedikitpun kok. Mungkin karena dulu latihannya lebih parah dibandingkan sekarang."

"Aku penasaran apa latihanmu dulu..." Ucap Haneul.

"Hehe, itu rahasia!"

°>°

Mandirii {Lookism X Malereader}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang