28. Jebakan Ruang Hampa

140 12 0
                                    

cw// 🔞 marriage life --

***********************

"Jian," Panggil Nindi,

Jian yang baru saja selesai mengenakan kaos itu langsung berbalik menghadap sang istri dan menghampirinya,

"Kenapa?" Tanyanya yang diakhiri dengan gumaman lembut,

Ada siratan khawatir dalam sorot mata Nindi, hembusan nafas yang panjang seakan memperjelas kalau ada yang mengganggu wanita itu. Tangan Jian yang besar itu mendarat diatas kepala Nindi, mengusapnya lembut, sarat akan rasa sayang.

"Ada yang ganggu di hati kamu?"

Mendengar pertanyaan itu membuat Nindi membuka matanya setelah terpejam sejenak karena menikmati sentuhan suaminya. Diawali sunyi dan menebar gairah lewat tatapan mata yang intens, lalu diakhiri dengan cumbu mesra, cukup lama sampai dirasa nafas sudah diujung tanduk.

Setelah pagutan terlepas, Jian kembali menyelami manik penuh binar yang selalu jadi candunya, ditangkup pipi sebelah kanan Nindi untuk memberikan sinyal sebelum akhirnya cumbu mesra babak dua dilakukan. Kali ini Jian tak ingin start-nya dicuri sang istri.

"Pertanyaan aku belum dijawab loh," Sergah Jian saat Nindi mulai menyingkap ujung kaosnya,

Bibir Nindi mengerucut, tapi Jian sudah kebal. Dia genggam kedua tangan nakal sang istri yang tadi baru saja akan melancarkan aksinya. Ini bukan yang pertama kali, Jian sudah hafal sifat Nindi yang selalu menggunakan cara intim untuk menghindari sesuatu.

"Kenapa sayang?" Jian mengulang pertanyaannya,

Mulailah Nindi menunduk, ada hening sejenak karena Nindi butuh sedikit waktu untuk mengungkapkan kekhawatirannya, karena sejujurnya itu akan membuka luka lama mereka berdua.

"Anu... Jian..." Gugupnya sambil terus menunduk,

Jian menyentuh dagu Nindi, meminta wanitanya untuk saling menatap. Keputusan yang bagus karena perlakuan tersebut cukup memberikan energi positif untuk Nindi, setidaknya dia bisa lebih rileks.

"Aku habis baca ulang buku panduan anak berkebutuhan khusus punyaku, karena merasa harus memastikan sesuatu..."

Ada jeda sejenak, binar di mata Nindi semakin jelas, pun Jian mulai menyiapkan mentalnya untuk mendengar sesuatu yang menurut perkiraannya bukanlah kabar baik.

"Disitu tertulis, dari kebanyakan kasus anak-anak berkebutuhan khusus, mereka cuma bertahan hidup di usia sekitar 20 an,"

Mulai terdengar isak kecil, Jian memperkuat genggamannya pada sang istri untuk menyalurkan sedikit lagi kekuatannya yang tersisa, karena sepertinya dia juga mulai runtuh,

"Karena kebanyakan dari mereka pencernaannya buruk,"

Tak sanggup melanjutkan, tangis Nindi pecah di pelukan Jian. Sedangkan lelaki itu turut menangis dalam diam, menahan sesuatu yang ingin meledak dari dalam dirinya dengan cara mengeratkan pelukan. Sudah berkali-kali Jian meredam kesakitan seperti ini, tapi tiap kali datang, dia tetap tak bisa untuk merasa terbiasa.

"Nindiya..." Panggilnya lembut sembari terus membelai lembut punggung istrinya,

"Kematian setiap orang itu udah ditetapkan sebelum mereka lahir, termasuk aku, kamu, Lidya maupun Emi. Gak ada pengecualian,"

"Kapanpun dan bagaimanapun takdir anak-anak kita nanti, kita harus nerima dengan lapang dada. Gak harus menyalahkan siapapun karena memang gak seharusnya kita menyalahkan takdir,"

"Takdir yang udah dituliskan itu udah dipastikan bakal jadi yang terbaik buat kita,"

Nafas Jian mulai putus-putus, dia melirik keatas untuk menahan air mata yang ujung-ujungnya tetap jatuh,

CEREBRAL PALSY ; Jisung x Ningning ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang