14. Bersama Nastar Sisa Lebaran

117 23 1
                                    

"Buset... nambah personel," Gumam Jian saat melihat motor mendekat dari kejauhan.

Itu Ghina, datang dibonceng kekasihnya.

Pergi kerumah Mahesa setelah pulang sekolah seperti perjanjian kakak-beradik itu hanyalah wacana, karena hari itu, orang yang bersangkutan alias Nindi tiba-tiba demam.

Jadilah hari ini, akhir pekan. Mereka berencana akan kerumah Mahesa menggunakan motor.

Sekarang waktunya berdebat, siapa yang akan dibonceng Jian dan Mahesa.

"Dibilangin ngeyel! Udah si Nindi gue aja yang boncengin," Tukas Mahesa,

Jian melotot,"Enak aja! Nindi sama gue lah!"

Mahesa merotasikan bolamatanya,"Yaudah kalo gitu, Teteh Ipar sama gue aja berarti... lo jangan maruk Jian... masa mau bonceng tiga??"

Memang tadinya Jian ngotot mau membonceng Nindi dan Winda sekaligus, tapi Mahesa menolak mentah-mentah, karena perjalanan dari sini kerumahnya melewati satu jalan raya. Katanya kalau nanti mereka ditilang, Mahesa tak mau peduli dan akan membiarkan motor temannya itu ditahan polisi lalu lintas.

Nindi memejam sambil memijat pelipisnya, sementara Winda yang berdiri di sebelahnya malah mesem-mesem lantaran disebut Teteh Ipar oleh Mahesa.

"Udah gue bawa motor sendiri aja lah!" Selak Nindi,"Nanti boncengan sama Teh Winda,"

"Enggak!" Tolak Jian sambil melotot,"Lo abis demam, nanti kalo oleng dijalan gimana??"

"Ya Teh Winda yang bawa motor atuh," Sahut Nindi. Disebelahnya, Winda menutup mulut sambil melotot,

"Lo lupa kalo si Teteh gak bisa naik motor?? Mau ngedubrak bareng??" Sungut Jian,

Nindi mengeram kesal,"Yaudah terus ini mau gimana jadinya anjir??? Lama-lama gue pesen ojol aja nih!"

"Dibilangin, Teteh sama gue aja udah... kagak bakal gue bikin lecet, nanti gue disabet sama Bang Janu," Mahesa menengahi,

Jian berfikir sejenak, ia melirik si Teteh yang sedang menatapnya penuh harap sambil mengedip-ngedipkan mata.

Hembusan nafas pasrah keluar dari mulut Jian,"Yaudah deh! Teteh sama Mahesa, Nindi sama gue!"

Saat masing-masing memakai helmnya, mata Jian melirik Nindi yang sedang cemberut, lalu sebuah ide terlintas di kepalanya.

Nindi yang baru saja selesai memakai helm itu mengernyit saat mendapati Jian menatapnya sambil menyunggingkan senyum tipis, dia kira ada sesuatu di wajahnya makanya kini gadis itu meraba-raba muka dan malah membuat bibir Jian tertarik semakin lebar. Nindi menatapnya penuh tanya, tak lama kemudian, Jian memegang dua bilah bibir Nindi dengan telunjuk dan ibu jari, sampai sang empunya melotot,

"Bibir lo cemberut mulu?? Mau gue cium hah?"

"HEH!!" Ini Winda menyahut saat baru saja mau naik keatas motor Mahesa,

Jian nyengir,"Bercanda Teh,"

"Emang gak tau tempat dia mah, Teh," Cibir Mahesa,

"Ini namanya memanfaatkan kesempatan yang ada. Kan kalo di sekolah mah kita kudu backstreet. Iya gak Nin? Sayang?"

Satu cubitan mendarat di pinggang Jian tepat saat pemuda itu menyebutnya 'sayang', membuat sang empunya berteriak mengaduh karena cubitannya benar-benar tak berperasaan.

"Sakit anjir!" Sungut Jian pelan,

"Makanya lo jangan alay!" Sahut Nindi dari jok motor belakang,

"Manggil pacar sendiri 'sayang' malah dibilang alay. Harusnya lo salting, Nindiya..."

CEREBRAL PALSY ; Jisung x Ningning ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang