Part 10. hari pertama bekerja

115K 9.3K 25
                                    

Malam harinya, Inez menghabiskan makan malamnya bersama si kembar tanpa kehadiran sang kepala keluarga siapa lagi kalau bukan, tuan Gio yang terhormat.

Sejak pulang sekolah Gama dan Gemi nampak biasa saja. Mereka tidak membuat ulah ataupun mengganggu Inez hanya untuk membuat gadis itu kesal.

Tapi, semua itu tidak mereka lakukan. Inez pikir mereka akan mengganggunya seperti biasanya, ya, walaupun kemarin juga mereka tidak membuatnya kesal namun, tetap saja rasa was-was masih ada.

"Tapi, bagus deh mereka gak gangguin gue lagi," kata Inez dalam hati.

Setelah selesai makan malam, Inez ikut bergabung dengan Gama dan Gemi yang kini sedang menonton tv.

Si kembar melirik sekilas pada Inez, setelahnya mereka fokus kembali pada layar didepannya. Begitupun dengan Inez, gadis itu tak perduli dan memilih memainkan ponselnya dari pada menonton siaran TV yang tidak menarik sama sekali dimatanya.

Berbeda dengan si kembar yang begitu asyik menonton tv, karena itu adalah film yang mereka sukai.

Inez sedang berbalas pesan dengan sahabatnya. Gadis itu senyum-senyum sendiri, terkadang tertawa entah karena apa yang tentu saja membuat si kembar menatapnya dengan bergidik ngeri.

"Dia kenapa?" Bisik Gemi bertanya pada sang kakak.

"Tidak tahu," balas Gama mengedikkan bahunya.

Pandangan mereka kembali kedepan.

"Hahaha..."

Suara tawa Inez kembali membuat si kembar terganggu.

Gama berdecak kesal,"ck, berisik!"

Bukannya berhenti malah semakin menjadi, Inez tidak memperdulikan si kembar. Saat ini ia tengah berbalas pesan dengan Sasya. Entah apa yang mereka bahas, yang pasti hal-hal yang lucu sehingga membuat gadis itu tertawa.

Karena tak dihiraukan, Gama memilih diam saja.

"Tante, bisa diam tidak? Sungguh mengganggu," celetuk Gemi yang merasa bahwa tawa Inez mengganggu acara menonton tv-nya.

"Gila," gumam Inez yang masih bisa didengar oleh si kembar.

Gadis kecil itu mengurutkan keningnya dan berkata,"kau yang gila!" Ketusnya.

Mungkin gadis kecil itu pikir, Inez sedang berbicara dengannya. Walau sebenarnya, Inez sedang mengatai sahabatnya yaitu, Sasya.

Mendengar itu, Inez langsung melirik Gemi yang tadi mengatakan dirinya gila.

Inez menatap tajam gadis kecil itu yang mana membuat Gemi dengan berani menatap tajam kembali.

"Apa liat-liat!" Ucap Gemi menantang.

Inez berdecih pelan, gadis itu memalingkan wajahnya.

Terdengar suara mobil dari luar, sepertinya pria itu sudah datang, pikir Inez.

Gadis itu menghembuskan nafasnya, malas sekali rasanya jika bertemu dengan pria yang kini menjadi suaminya itu.

Benar saja, Gio kini tengah berjalan mendekat kearah mereka.

Gemi langsung berlari kearah sang Daddy.

"Daddy..." Panggil Gemi seraya berlari.

Gadis kecil itu kini berdiri dihadapan sang Daddy.

"Jangan berlari," tegur Pria itu.

Gadis kecil itu mendongak menatap sang Daddy.

"Maaf, Daddy," ujarnya seraya tersenyum.

Gio hanya berdehem, tangannya terulur mengelus kepala sang anak.

Berbeda dengan Gama, bocah laki-laki itu tidak menghampiri sang Daddy, Ia memilih menonton tv. Sedangkan Inez, gadis itu tengah sibuk dengan ponselnya tidak menghiraukan kedatangan suaminya.

Gadis itu memilih cuek, tidak menyambut kedatangan Gio seperti biasanya, jika pria itu sedang pulang ke rumah.

Pria itu melirik sekilas pada Inez, rasanya ada sesuatu yang hilang. Tanpa ia sadari perhatian yang Inez berikan selama ini, membuat ia menjadi terbiasa.

"Daddy kenapa tadi siang tidak menjemput kami?" Tanya Gemi.

"Daddy ada meeting dengan klien, jadi tidak bisa menjemput kalian," jawabnya dengan senyum tipis di wajah datarnya.

Gadis kecil itu mengangguk,"Oh, begitu."

"Iya."

"Daddy keatas dulu,"ujarnya pada sang anak.

"Baiklah,"seru Gemi tersenyum manis.

Gadis kecil itu kembali mendudukan dirinya di sofa.

Gio berjalan dengan santai menuju lantai atas namun, pria itu berdehem saat dirinya melewati sang istri, Entah apa maksudnya, Inez pun tak tahu.

"Khem..."

Inez melirik sekilas, lalu kembali memainkan ponselnya.

Gadis itu menaikan sebelah alisnya dan membatin dalam hati.

"Rasain, emang enak gue cuekin," ucapnya dalam hati.

Sebelum pria itu turun dan bergabung bersama, Inez memilih pergi ke kamarnya. Lebih baik ia tidur dan mempersiapkan diri untuk hari esok.

Setelah kepergian Inez, gio turun dan mendudukkan dirinya di sofa bergabung dengan anak-anaknya.

Pria itu melirik sekitar seperti mencari sesuatu dan itu tak luput dari pandangan Gama.

Bocah laki-laki itu seolah mengerti,"dia pergi ke kamar," ucapnya memberitahu.

Gio menoleh mendengar perkataan Gama. Gemi yang tidak mengerti menatap Daddy dan kembarannya itu.

"Kenapa?" Tanyanya penasaran.

Ayah dan anak itu menoleh dan menjawab dengan serempak,"tidak."

Gemi menggaruk alisnya, ia merasa heran dengan Daddy dan Gama.

"Mereka kenapa?" Batinnya.

***

Sudah setengah jam berlalu, Inez belum selesai juga bermake-up. Kali ini ia ingin tampil berbeda.

Ini adalah hari pertamanya bekerja dikantor yang sama dengan sang sahabat.

Ia harus terlihat rapih dan cantik. Setelah menghabiskan waktu cukup lama, akhirnya Inez selesai juga.

Ia menatap pantulannya dicermin.

"Ternyata cantik juga gue," ujarnya dengan percaya diri.

"Udah rapih, udah cantik, tinggal berangkat deh," sambungnya.

Gadis itu tersenyum menatap pantulannya dicermin. Ia meraih tas selempang dan tak lupa membawa map yang berisi data diri.

Inez menutup pintu kamarnya, ia berjalan menuruni anak tangga dengan anggunnya.

Sepatu high heels itu terdengar nyaring saat beradu dengan lantai.

Semua mata tertuju padanya, ternyata dilantai bawah sedang kedatangan tamu.

Sesosok wanita paruh baya dan juga pria paruh baya yang tak lain adalah orangtua dari suaminya, yang berarti ibu mertuanya.

Di sana juga ada Gio, si kembar dan satu pria yang terlihat asing dimata Inez. Karena ini adalah pertama kalinya ia melihat pria itu.

.
.
.














Giovanni's second wife [END/TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang