LIDF🦋

1.6K 179 50
                                    

LOVE IN DEFFERENT FORM🦋🌹

WARNING:
MENGANDUNG UNSUR DEWASA, DAN TEKANAN BATIN.

MATURE CONTENT!

BISA DI SKIP!

Thankyu for komen and vote

Baca yang teliti ya, karena setiap kata atau kalimat kalian harus paham agar tidak bingung.

Happy reading^^

Kalau ada Typo, tandain. Biar aku tahu.




Hari ketiga sudah berlalu, jika di itung-itung mereka sudah tidak bertemu hampir selama satu minggu. Masih dalam keadaan yang bimbang membuat Lalice menangis batin. Sekarang ia benar-benar menyesali perkataanya. Suaminya pasti sangat sakit hati kan? Iyaa, Lalice tahu itu.

Masih dengan pakaian kerjanya, Lalice habis menyelesaikan makan siang nya. Entah lah karena apa, akhir-akhir ini ia memang sering telat makan.

Lalice menatap bingung salah satu karyawan yang tergesa-gesa keluar dari tempat peristirahatan. Apa ada sesuatu yang terjadi? Pikirnya.

"LICE! Mari keluar, nyonya Rara sudah datang." Teriak Nesa yang baru saja menghampiri Lalice, sementara Lalice langsung tersentak dan bergegas pergi keluar bersama yang lainya.

Semua menunduk, sebagai pertanda menghormati Rara yang baru masuk. Rara masuk di ikuti dengan meneger di belakangnya.

Diam-diam Lalice melirik, setelah Jungkook datang waktu itu. Semua berubah, begitupun dengan sikap Rara kepadanya. Sebenarnya pun Lalice tidak tahu ada apa dengan dirinya? Apa dirinya membuat kesalahan tanpa di sengaja? Kayaknya enggak deh.

Seperti biasa, Rara menyapa ramah pada karyawan lainya sedangkan dengan Lalice sekarang tidak pernah lagi setelah kejadian waktu itu, sekarang Lalice yakin bahwa ada yang tidak beres pada Rara.

"Karyawan tetaplah seorang karyawan walaupun itu kedudukanya tinggi." Suara Rara tiba-tiba menguar yang membuat semua orang sedikit terkejut, berbeda dengan Lalice yang langsung tersentak, Lalice yakin bahwa Rara sedang menyindirnya.

"Saya harap semua bisa bersikap selayaknya, kalian hanya karyawan jadi jangan berkhayal tinggi untuk menguasai Restoran saya__"

"Kalian bekerja untuk di gaji! Bukan untuk merebut Restoran saya!" Mendengar sentakan Rara, karyawan hanya menunduk dan mengiyakan.

Tapi itu tidak bagi Lalice, ini sudah terlalu jelas bahwa Rara sedang menyindirnya. Lantaran tidak suka jika kemungkinan besar Restoran ini berada di gengamanya.

Rasanya Lalice benar-benar ingin membantah, ini serasa penghinaan baginya. Namun rasa takut lebih mendominasi, diam-diam ia menangis. Lalice paling tidak bisa menerima sebuah hinaan. Karena dia terlalu cengeng.

Rara diam, dia tersenyum puas seraya melirik Lalice. "Cih. Gadis cengeng!" Batinya, setelah itu dengan jalan penuh wibawa selayaknya seorang Nyonya, Rara masuk kedalam ruangan pribadinya.

Love in different form Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang