•••
Seorang gadis mungil berkepang satu sedang merapikan dan membersihkan ruang UKS yang lumayan berantakan. Padahal jam saja belum menunjukkan pukul dua belas siang, tetapi lumayan ada beberapa siswa-siswi yang keluar masuk UKS.
Bibir Ratu terus saja mencibir orang-orang yang memasuki ruang UKS menggunakan sepatu. Ia benar-benar lelah harus ngepel lantai lagi dan lagi seperti pembantu yang tidak ada habisnya dalam hal pekerjaan, selalu saja ada yang dikerjakan.
Walaupun begitu ia tetap melakukannya sambil ber-gerutu tak jelas dengan kesal mengerjakan semua yang berantakan di dalam ruangan tersebut.
"Eh copot," celetuknya mendengar suara benda jatuh setelah mengambil buku sekilas.
Dahi gadis itu mengeryit heran melihat ada benda pipih berwarna merah bermerek oppo tergeletak di lantai. Karena warna buku dan ponsel tersebut sama, membuat Ratu tidak menyadari hal itu.
Ratu memungut ponsel itu seraya melihat-lihat, takutnya ada yang pecah atau tergores. Untungnya tidak ada yang rusak, gadis itu pun menghela nafas lega. Lalu menyalakan ponsel tersebut melihat siapa sang pemiliknya.
"Ah, rupanya punya Kaka tadi." Gumamnya saat melihat foto lelaki itu.
Gadis itu bergegas merapikan kursi yang tersisa. Kemudian keluar dari ruangan UKS menuju kelas sebelas IPS B yang tak jauh dari sana.
Sesampainya di depan kelas, ratu langsung memanggil sang pemilik yang kebetulan baru saja sampai di depan kelasnya.
Gerald menoleh ke arah belakang bersamaan dengan empat serangkai yang juga ada di sana.
"Kenapa?" Tanyanya dengan kebingungan.
"Nih, kak. Ponsel Kaka ketinggalan. Maaf juga tadi jatuh ga sengaja soalnya," ucapnya seraya menyodorkan sebuah ponsel.
Laki-laki itu menepuk kecil jidatnya sendiri dan mengambilnya. "Gapapa Ra, aku lupa juga bawanya. Btw, makasih banyak." Ungkapnya tulus.
Lagi, Ratu tersenyum yang membuat laki-laki tersebut ikut tersenyum. "Sama-sama, kak." Keduanya masih beradu pandangan.
Empat serangkai saling pandang. Alam tak tahan melihat hal tersebut pun berulah lagi. Lelaki itu mengambil botol air mineral yang suka kosong lalu beranjak dari tempatnya menuju tempat sampah tepat di samping Gerald saat ini.
Dengan sengaja Alam menyenggol lengan Gerald membuat ponsel tersebut lagi-lagi jatuh ke lantai. Tentu saja Gerald dan Ratu terkejut. Sang pemilik segera memungut ponselnya lalu mencoba menyalakannya, untungnya masih bisa menyala namun ada sedikit retakan di bagian anti gores ponselnya.
Gerald menghela nafas pasrah. Sedangkan Ratu menatap tajam ke arah Alam yang tidak meminta maaf kepada Gerald karena sudah menjatuhkan benda pipih tersebut. Laki-laki tersebut malah melengos pergi dan duduk ke tempat asalnya.
"Kakak harus minta maaf sama Gerald," pintanya pada sang Kakak kelasnya.
"Cih, buat apa juga minta maaf. Orang dia yang ngalangin jalan," jawab Alam tak berminat.
"Tapi, kan, masih ada jalan sebelahnya, kenapa harus lewat ada kak Gerald, nya?!" Lontarnya keras membuat beberapa siswa-siswi di dalam kelas tersebut mengintip lewat celah jendela dan juga dari balik pintu.
"Mending kamu diam, berisik!" Sahut Gerry, yang terganggu.
"Awas aja kamu! Sini bakal ak-,"
Gerald menarik tangan kiri Ratu yang ingin menghampiri empat serangkai. "Udah, Ratu. Biarin aja, lagian masih bisa nyala." Ucap Gerald tak ingin membuat masalah lebih besar.
Ratu membuang nafas beratnya, "orang yang kayak gitu emang harus di beri pelajaran Gerald. Jangan diem aja, mentang-mentang orang kaya!" Cecar Ratu tak tertahankan.
Gadis itu benar-benar tidak bisa membohongi dirinya sendiri ataupun berkata dusta. Ratu akan langsung mengutarakannya pada orang yang memang membuat dirinya kesal atau membuat masalah dengannya. Tentunya Ratu tidak segan-segan melawan dan berakhir dengan babak belur dengan rambut yang berantakan setelah perkelahian antar perempuan. Berbeda dengan Gerald yang diam tanpa berkutik saat di perlakukan tidak adil.
"Ada apa nih, ribut-ribut?" Tanya Raja yang baru saja datang bersama Raya dari perpustakaan, bisa di lihat dari keduanya yang membawa buku paket lumayan banyak.
Ratu menoleh ke arah belakang yang mendapati sang kakaknya. Raja sedikit kaget melihat sang adik ada di depan kelasnya, sedangkan Raya lebih dulu masuk ke dalam kelas. "Kenapa kamu ke sini, Ratu?" Tanyanya penasaran.
"Itu, nganterin ponsel kak Gerald ketinggalan." Jawabnya sebal menampakkan wajah murungnya.
Raja ber-oh mendengarnya, "yaudah sana ke kelas kamu." titahnya sembari mendelikkan dagunya.
Adiknya itu memberi jawaban dengan berdehem kecil, lalu berjalan menuju kelasnya berada, sebab sebentar lagi jam pelajaran akan di mulai.
"Itu adek kamu, Raja?" Tanya Gerald pelan.
Laki-laki itu mengangguk cepat, "kenapa emangnya? Suka sama dia?" Tebak Raja, Gerald menggeleng dengan cepat.
"Bu-bukan itu-,"
"Udahlah, mending masuk kelas daripada di luar. Panas!" Timpal Raja yang tak tahan melihat wajah Gervin.
Hubungan keduanya memang sangat buruk. Karena saat kelas sepuluh Gervin menyukai perempuan yang ia sukai juga. Bukannya bersaing secara adil dan baik-baik, laki-laki tersebut malah menghasut perempuan itu untuk membenci dirinya.
"Jangan mau sama Raja. Dia pernah gitu sama cewek," bisiknya pada perempuan yang sedang duduk di sampingnya.
Tentu saja gadis itu terkejut. Entah pikirannya yang kotor atau memang benar laki-laki tersebut pernah melakukan sesuatu? Walaupun begitu ia bertanya lebih lanjut tentang maksud perkataan Gervin.
"Maksudnya pernah gitu, gimana?"
"Dia, sama Raya ...,"
•••
Segini aja dulu ye.
Tunggu chapter selanjutnya ygy😇
Vote nya di tunggu guys!!!
Sehat selalu❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Gerald vernando | END
Short Story[Cerita kedua mommy!] "Senyuman palsu itu, ternyata unik." ─────────────────────────── Start: 28/April/2023 End: 18/Mei/2023