BAB 68 END

11.3K 172 16
                                    

Padahal wanita ini saja yang tidak tau bahwa betapa sayangnya Marco pada Vina.

"Karena kamu adalah Ibunya," jawab Marco menarik pelatuk tembak itu dan semakin mendekat ke arah Kia. Sebenarnya awal kelahiran Vina, Marco ada rasa tidak suka dengan anak itu karena Kia adalah orang yang sudah melahirkan anaknya. Tapi mau bagaimana lagi, Vina adalah darah dagingnya sendiri.

Marco terus menatap ke arah wajah Kia yang kentara sangat takut dengan benda yang berada digenggamannya. Wanita itu juga seperti menahan nafas dengan tubuh Kia yang turut bergetar.

"Ini permintaan terakhir aku, tunggu sebentar." Kia memegang senjata itu agar sedikit mundur. "Aku mohon jaga Vina, sayangi dia. Jangan biarkan Vina bernasib seperti Mamanya, nikahkan dia dengan pria yang mencintainya. Sekolahkan dia dengan baik. Beri dia kasih sayang, aku mohon," lanjut Kia yang sudah menangis terisak.

Setelah dia meninggal bayangan orang yang tidak ada yang menyanyangi Vina membuat Kia tertekan. Ia khawatir anaknya akan menderita nantinya saat tidak ada yang menyayanginya.

Marco tetap diam tidak membalas sedikt pun. "Maafkan aku karena sudah berani melahirkan Vina, maafkan aku karena sudah menjadi Ibu Vina. Maafkan aku karena sudah berani melahirkan anakmu." Kia mengusap air mata yang berada di pipinya.

Perasaan Marco langsung tidak nyaman dengan perkataan Kia, ia tidak tau kenapa tapi rasanya sangat tidak nyaman.

"Sekarang cepat kamu lakuin." Kia menutup matanya erat, ia tidak berani membuka mata. Ia emang tidak perlu untuk berlama-lama di dunia ini. Sebagai Ibu Kia hanya berharap Vina akan bahagia nantinya, ia harap Vina akan mendapatkan suami yang mencintainya.

"Sekarang tembak aku," ucap Kia karena ia tidak merasakan apa pun sejak tadi.

Marco menatap wajah wanita yang ia benci itu dengan tidak, apalagi setelah mendengar ucapan wanita itu sebelumnya.

Ini adalah waktu yang tepat untuk Marco melepaskan semua dendamnya. Tapi kenapa rasanya sangat sulit, tangannya bahkan bergetar saat ingin menembak wanita yang sekarang sudah pasrah.

Hatinya menyuruh untuk berhenti. Bayangan Gea mambuat Marco berusaha untuk menyakinkannya untuk melakukan ini semua. Berusaha untuk tetap pada pendiriannya, ia mengarahkan alat tembak itu lebih dekat dengan kepala Kia. Saat sudah menarik pelatuknya, Marco malah mengarahkan alat tembak itu ke samping hingga suara tembakan yang kencang terdengar.

Kia tersentak kaget mendengar suara yang sangat jelas terdengar itu.

Kenapa tidak ada rasa sakit? Padahal suara tembakan sangat terdengar jelas. Ada apa ini sebenarnya? Dengan takut-takut Kia membuka matanya.

Dan Kia mengernyit pelan saat melihat Marco yang berdiri di samping ranjang dengan senjata yang sudah diturunkan. Ingin bertanya tapi Kia tidak berani, sungguh tidak berani.

Marco sekarang malah naik ke atas kasur, lalu menangkup wajah Kia dengan kedua tangannya. Senjata tadi sudah ia letakkan dikantong celana dibagian belakang.

Kia membulatkan matanya karena terkejut dengan tindakan Marco, selanjutnya pria itu mendekatkan wajahnya, Kia hanya terus menatap wajah Marco dengan heran. Apa yang hendak pria itu lakukan? Apa mau menciumnya? Tapi semua dugaannya salah, Marco malah menepuk dengan sedikit keras selama dua kali pipi Kia.

Dan Kia hanya bisa menatap Marco yang sudah beranjak dari tempat tidur, lalu tidak lama Marco hilang dari pandangannya.

Kenapa Marco tidak jadi membunuhnya? Kia melirik ke arah samping kanannya di sana mejanya sudah rusak akibat anak peluru itu.

"Bahkan saat sudah begini pun aku masih mencintainya," ujar Kia yang sekarang sudah berbalik badan hingga tidur terlungkup. Ia menangis sekencang mungkin. Mengeluarkan air matanya berharap setelah ini rasa sesak di dadanya dapat memundar.

Bad Husband |END|✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang