BAB 3O

5.8K 176 1
                                    

Dellia langsung dengan semangat memetik setiap mangga yang menurutnya sangat menarik.

Adam menguap saat memperhatikan Dellia yang sangat lama memilih mangga.

"Sial," umpat Adam pelan.

Sepertinya ia harus memberi pelajaran pada wanita ini. Adam berjalan pelan menunju belakang pohon. Rencananya Adam akan bersembunyi dan setelah itu Dellia pasti panik karena tidak ada dirinya.

"Mas udah," Dellia langsung berbalik dengan lima mangga yang berada di dalam gendongannya.

"Mas," teriak Dellia panik saat tidak melihat kehadiran Adam.

Ia melihat sekeliling dan tidak ada Adam di mana-mana, mau menelepon Adam pun tidak bisa karena ia tidak membawa ponsel. Jadi sekarang bagaimana Dellia bisa menemukan Adam?

"Apa Mas Adam pulang duluan?" terka Dellia dengan tangan yang memeluk tubuhnya sendiri.

Jujur Dellia ngeri berada di sini sendirian. Apalagi sekarang sudah waktu dini hari.

Dellia berlari dengan cepat untuk kembali ke rumah. Sangking cepat berlari Dellia tidak sadar jika ada batu yang berada di depannya, Dellia menutup kedua matanya erat. Pasrah jika harus jatuh menyedihkan di lantai aspal itu.

Tubuh Dellia malah tidak merasa sakit sama sekali.

Dellia membuka matanya pelan, ia langsung memeluk tubuh Adam erat saat yang menolongnya agar tidak jatuh itu adalah suaminya sendiri.

"Kemana aja?" tanya Dellia.

"Maaf, tadi ada yang manggil."

Dellia mengangguk pelan.

"Ya udah ayo balik," Adam membiarkan tubuhnya yang dipeluk oleh Dellia.

Adam mengutip mangga yang dijatuhkan Dellia.

"Jangan gitu lagi Mas, aku takut," Dellia mengusap wajahnya yang basah karena air matanya.

Tidak tahu kenapa melihat kehadiran Adam ia langsung meneteskan air mata.

"Maaf," ulang Adam sekali lagi.

Maaf hanya berucap di mulutnya saja padahal Adam senang melihat Dellia menangis, pada akhrinya rencananya berhasil menaku-nakuti Dellia.

"Yaudah cium,"

Permintaan Dellia membuat Adam mengernyitkan dahinya.

Adam merasa seperti berhadapan dengan wanita lain. Sebelumnya sangat jarang Dellia meminta hal seperti ini duluan.

"Oke," Adam mencium pipi Dellia pelan selanjutnya melumat bibir Dellia pelan.

Secara cepat juga Dellia berhenti menangis. Dellia melihat sekelilingnya, syukur tidak ada orang. Jika tidak Dellia akan malu jika berhadapan dengan tetangganya nanti.

"Mau makan sama aku?" tawar Dellia pada Adam.

"Nggak perlu, Mas udah ngantuk banget."

Dellia menurut, ia tidak mau menganggu Adam lagi. Pasti Adam sudah sangat lelah bekerja seharian.

Dellia langsung memakan mangga asem ini dengan lahap. Aneh biasanya Dellia tidak suka mangga asam seperti ini.

***

"Wajah kamu nampak cerah pasti lagi bahagia ya, enak ya kalau udah nikah."

Hari ini Billa, Intan dan Dellia berada di sebuah restoran. Sepulang kuliah tadi Intanlah yang mengajak mereka untuk nongkrong sebentar.

"Iya enak, tapi pernikahan aku sama Mas Adam itu nggak pernah adu pendapat yang bikin berantem hebat gitu loh. Aku cuman sedikit heran, ini baru pertama kali ketemu sama pria yang sesabar dia. Aku bersyukur banget bisa berjodoh dengan Mas Adam."

Bad Husband |END|✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang