01

1.5K 65 1
                                    

Happy reading...



•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Main cast: 🔐

-Jung Jaehyun-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Jung Jaehyun-

-Lee Tae Yong-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Lee Tae Yong-

-Lee Tae Yong-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Jung Renjun-

-Park Chanyeol-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Park Chanyeol-

-Park Chanyeol-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Lee Baekhyun-



Seoul sedang dalam keadaan musim panas, dengan suhu yang mencapai 37 derajat celcius. Seorang gadis muda dalam balutan kaus longgar berwarna biru dan hotpans yang dikenakannya, masih saja Taeyong merasah gerah dan banjir keringat.

Matahari terlalu terik dan membakar tubuhnya. Yang Taeyong inginkan sekarang adalah segera menemukan ruangan ber-AC, lalu menikmati semangkuk besar es krim vanilla kesukaannya.

Sayangnya, dia harus menemukan kafe tempat kakak perempuannya bekerja terlebih dahulu sebelum bisa mengistirahatkan kakinya yang mulai kelelahan. Dan Taeyong akan memastikan bahwa kakaknya itu bersedia mentraktirkan satu gelas minuman gratis untuk semua jerih payahnya ini.

Dengan batu es yang banyak. Jangan lupakan es krimnya. Ah___membayangkan saja sudah membuatnya tertawa keras-keras. Kalau saja Taeyong tidak sedang berada di jalanan padat.

Taeyong menyeret kopernya, berkali-kali dia disenggol oleh pejalan kaki lainya sehingga tubuhnya yang mungil terseret ke sana kemari. Untung saja dua kopernya yang lain sudah di kirim duluan ke apartemen kakaknya tiga hari sebelumnya sehingga dia tidak perlu kerepotan menggotong beban puluhan kilo hari ini.

Tapi tetap saja, membawa satu koper membutuhkan tambahan energi. Kini keringat semakin membasahi tubuhnya. Belum lagi kepalanya yang rasa-rasanya ingin sekali meledak. Seoul sama sekali tidak semenyenangkan bayangannya.

Taeyong menolek ke kanan dan ke kiri, mencoba menemukan kedai kopi yang dimaksud oleh kakaknya. Ada belasan kafe dan restoran di kawasan itu, serta jalanan yang masih membentang luas ke depan, membuatnya menghela napas berat. Apakah penderitaannya masih harus berlangsung lama?

Taeyong akhirnya menyerah dan mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya. Sudah saatnya dia berhenti menjadi sok pintar dan berpura-pura sok tahu tentang daerah yang bahkan belum pernah dijelajahinya. Mungkin dia bisa bersabar lebih lama kalau saja ini bukan musim panas yang dengan tega membakar tubuhnya. Dia masih menyukai warna kulitnya yang putih pucat dan belum menginginkan warna itu untuk berubah.

"Kakak, apa kedai kopi barumu itu benar-benar sudah dibangun? Aku tidak menemukan satu pun tempat yang bernama 'Storybook Cafe'!" Taeyong berceloteh kesal.

"Dan kalau aku harus berjalan lebih jauh lagi, aku harap kau bersedia mentraktirku makan siang di tempat yang mahal. Kota ini benar-benar membakar!"

"Memangnya kau sudah sampai di mana Taeyong?" tanya seseorang di sebrang sana.

Taeyong menyebutkan nama salah satu toko yang berada di dekat tempatnya dia berdiri. Separuh pikiranya berharap bahwa dia berada di jalur yang benar. Dia sedikit merasa cemas. Tapi, semoga saja dia tidak tersesat.

"Kau hampir sampai. Belok ke kiri di persimpangan berikutnya. Kafe paling ujung." Jelasnya.

"Tidak bisa memilih tempat yang strategis sedikit ya?" keluhnya.

"Sudut mana pun di area ini sudah bisa dibilang strategis, Taeyong. Dan sayangnya aku bukan pemilik kafe ini, jadi aku bisa apa?"

"Ya sud_______" panggilan itu terputus.

Tiba-tiba aroma itu memasuki indra penciumannya. Pencampuran antara bau rempah, terik matahari, kayu manis, aftershave yang segar, dan wangi kopi yang khas. Bahkan Taeyong bisa mencium sabun dan pengharum pakaian pria itu.

Pria yang baru saja berjalan melewatinya sambil berbicara dengan ponsel di telinga. Dan saat itu juga, Taeyong melupakan apa yang sedang dia lakukan. Membiarkan dengan reflek kakinya melangkah mengikuti ke mana pria itu pergi.

Taeyong tidak peduli dengan orang-orang yang tanpa sengaja di tabraknya. Atau kaki-kaki yang tidak sengaja tergilas oleh roda kopernya. Demi aroma tersebut, Taeyong rela mengikuti pria itu kemana pun. Ya, kemana pun asal bersamanya.


TBC


Semoga kalian semua suka dengan apa yang aku tulis.
Jangan lupa vote & komen nya guys biar aku makin semangat nulisnya.
Written:Bucinnyabubu

COFFEE PRINCE (Jaeyong) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang