11

247 33 0
                                    

Happy reading...



"Kau sepertinya sangat dekat dengan Chanyeol?" ucap Jaehyun tiba-tiba sambil menatap Taeyong penasaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau sepertinya sangat dekat dengan Chanyeol?" ucap Jaehyun tiba-tiba sambil menatap Taeyong penasaran.

Taeyong berhenti mengaduk-aduk bibimbap di mangkuknya, mendongak untuk melihat ekspresi Jaehyun. Dia tidak melihat adanya nada cemburu di suara Jaehyun, bahkan cara bicara Jaehyun terkesan biasa-biasa saja, sehingga Taeyong hanya bisa menelan kecewa dan menggelengkan kepala.

"Chanyeol hanya berusaha merekrutku menjadi adik iparnya." Dengan enggan Taeyong menyuapi nasi campur itu, mengunyahnya malas. Taeyong tadinya merasa sangat kelaparan, tapi sekarang monster dalam perutnya lenyap entah ke mana.

"Oh ya? Aku memang sudah curiga bahwa dia menyukai Baekhyun sejak kuliah."

"Bagaimana denganmu? Apakah kau pernah menyukai kakakku?"

Kalau Jaehyun menjawab iya, maka Taeyong tidak akan marah. Malah seharusnya senang karena Jaehyun pernah menyukai seorang lawan jenis. Itu awal yang baik. Bahkan meski itu berarti bahwa pria tersebut adalah seorang biseksual.

"Baekhyun?" Jaehyun bertanya bingung.

"Tidak. Baekhyun memang sangat cantik dan aku mengakui itu. Aku hanya mengaguminya saja. Hanya sebatas itu, tidak lebih."

Sial. Taeyong membatin dalam hati.

"Kau pernah jatuh cinta? Pada seorang wanita?"

Jaehyun mengedik dan sejenak mencoba berpikir.

"Seingatku tidak." ucapnya kemudian.

"Aku tidak punya waktu untuk memikirkan hal semacam itu. Aku harus mengurus Renjun, serius kuliah, dan merintis usaha. Ayahku meninggalkan banyak warisan untuk kami, tapi itupun tidak akan cukup jika dipakai terus-menerus, jadi aku harus bekerja."

Sial kuadrat. Taeyong membatin lagi.

"Apa berat memiliki seorang adik yang harus kau urus dan terus menerus merecokimu setiap saat?" Taeyong memutuskan mengganti topik atau dia akan merasa lebih menderita lagi dan berujung konfrontasi langsung terhadap Jaehyun. Belum saatnya untuk bertindak terang-terangan, putusnya.

Jaehyun tersenyum masam ke arah Taeyong.

"Maafkanlah kelakuan adikku tadi siang. Sepertinya aku terlalu memanjakannya. Sejak kecil memang ayah kami selalu mengabulkan apapun keinginannya, dan saat ayah meninggal, satu-satunya keluarga yang dia miliki adalah aku, dan aku juga begitu. Jadi aku selalu berusaha membahagiakannya. Terutama saat dia akhirnya tahu bahwa ibu kami meninggal setelah melahirkannya."

COFFEE PRINCE (Jaeyong) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang