14

242 35 2
                                    

Happy reading...



"Kau melihat Jaehyun?" Taeyong berbisik, mengendap-endap mendekati Chanyeol

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau melihat Jaehyun?" Taeyong berbisik, mengendap-endap mendekati Chanyeol.

"Dia tadi keluar dengan Renjun." Mata Chanyeol menyipit.

"Apa lagi yang sudah kau lakukan?" tanyanya kemudian.

"Tidaaaaakk. Tidak ada." Taeyong menggoyang-goyangkan tangan.

"Apa dia tampak marah?" tanya Taeyong penasaran.

Chanyeol mencoba mengingat.

"Tidak jelas, tapi matanya_____kau tahu, tampak sangat tajam. Jika kuingat-ingat lagi, sepertinya dia memang tampak marah. Dan anehnya, Renjun terlihat sebaliknya. Dia bahagia sekali."

"Taeyong!" panggil Ten. "Ada pelanggan."

"Baiklah aku akan segera ke sana!" seru Taeyong, memasang kembali apron hitamnya, mengambil buku menu dan notes, lalu bergegas mendatangi meja nomor 5.

"Nanti kita bicara lagi," ujarnya pada Chanyeol.

Taeyong memasang senyum terbaiknya, menyerahkan daftar menu tersebut pada pria yang datang sendirian itu, kemudian membungkukkan badan.

"Anda mau memesan sekarang atau nanti?"

"Aku mau memilih-milih dulu."

"Baik. Saya akan menunggu di sana." Taeyong menunjuk dinding di ujung.

"Anda bisa memanggil saya nanti. Silahkan." lanjutnya.

Baru saja Taeyong menyelesaikan ucapanya. Dia merasakan tangannya dicengkeram dan ditarik paksa. Pelakunya jelas tidak perduli dia sedang melayani pelanggan, walaupun dia kelihatannya tidak perlu khawatir dipukul karena yang menyeretnya adalah bosnya sendiri.

Taeyong sedikit terlonjak kaget saat mendengar pintu yang dibanting menutup dengan kasar, dan tampang sangar penuh amarah yang diperlihatkan oleh Jaehyun. Sedikit menerka-nerka, sepertinya dia tahu masalah yang akan mereka bahas sebentar lagi.

Taeyong lebih memilih diceramahi tentang ketidak becusannya melayani pelanggan daripada menghadapi pria yang sedang marah karena mulutnya yang tidak bisa menyimpan rahasia. Apa kira-kira yang akan Jaehyun lakukan? Meneriakinya? Itu sudah pasti. Memecatnya? Sebaiknya tidak.

"Apa yang sudah kau katakan pada adikku?"

"Sepertinya kau sudah tahu, jadi kenapa masih bertanya lagi padaku?" Taeyong sontak memukul bibirnya sendiri, yang sekali lagi berucap di luar kendali.

"Maksudku_____" Taeyong buru-buru meralat, tapi berhenti di tengah jalan ketika mendapati Jaehyun yang kini melotot ke arahnya.

"Kenapa bisa-bisanya kau menuduhku gay?"

COFFEE PRINCE (Jaeyong) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang