19

271 34 2
                                    

Happy reading...

Seperti biasa, setiap kali sinar matahari telah terbit sepenuhnya, Taeyong mulai tidak bisa berpikir jernih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti biasa, setiap kali sinar matahari telah terbit sepenuhnya, Taeyong mulai tidak bisa berpikir jernih. Kembali pada kecenderungannya untuk melakukan segala sesuatu dengan ceroboh.

Beberapa jam yang lalu mungkin dia berpikir untuk tidak mempermasalahkan ciuman itu. Tapi kini otaknya berproses pada frekuensi berbeda, yang berarti dia akan memprovokasi Jaehyun, dan baru akan memikirnya konsekuensinya nanti. Bahkan tidak usah memikirkannya, kalau perlu.

"Aku ingin tahu," mulainya, saat mereka sudah berhadapan di dapur, siap memulai rutinitas mereka tiap pagi.

"Untuk apa ciuman kemarin? Maksudku, kenapa kau menciumku?"

Jaehyun memasukkan sedotan ke dalam gelas, meletakkanya di depan Taeyong, lalu berdiri menghadap gadis itu.

"Kenapa? Kau takut salah paham lagi?" Jaehyun menanggapi dengan enteng. Seolah topik itu sama sekali bukan masalah besar. Seolah menciumnya adalah perkara yang tidak perlu dipusingkan.

"Aku sudah tau bahwa kau bukan gay, jadi aku tidak punya alasan lain selain kemungkinan bahwa kau tertarik padaku. Atau sesuatu semacam itu." ucap Taeyong grogi.

"Kau menawarkan bibirmu." Jaehyun menatap Taeyong tepat di manik matanya. Tampak serius dengan jawaban yang dia berikan.

"Aku menginginkannya. Jadi aku menciummu. Bagian mana yang tidak kau mengerti dalam hal itu?"

"Tunggu, mundur dulu beberapa senti. Kau terlalu dekat." Taeyong mendorong dada Jaehyum sejauh rentangan tangan.

Awalnya Taeyong hanya bermaksud begitu, sampai dia tidak sengaja merasakan otot keras di balik kemeja yang Jaehyun kenakan.

"Hmmm, dadamu bidang ya." dengan mudah Taeyong teralihkan.

"Tapi tunggu dulu!" Taeyong mulai merepet tidak jelas lagi. Dengan pikiran kacau balau, anatara ingin meminta penjelasan, mencoba berpikir jernih, atau pilihan terakhir yang jauh lebih menarik, dia bisa lanjut mengelus dada pria itu. Mungkin sedikit eksplorasi lebih jauh?

Tentu saja Jaehyun tidak akan mengizinkannya.

"Kau sudah mendapatkan jawabanku. Sekarang, lebih baik kau mulai fokus dan cicipi makanan ini" Jaehyun mengetukkan telunjuknya ke piring.

"Dan, ingat satu hal, Nona Lee, aku menggajimu bukan untuk merayuku." ucap Jaehyun memperingatkan.

***

Jaehyun memperhatikan gerak-gerik Taeyong dalam keremangan. Hanya ada seberkas sinar rembulan yang masuk lewat celah pintu balkon yang tiranya hanya separuh tertutup, cukup untuk mengintai, atau apa pun istilah untuk kegiatan yang sedang dilakukannya sekarang.

COFFEE PRINCE (Jaeyong) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang