18

1.1K 81 12
                                    

Rasa takjub luar biasa di hadapannya tersuguh serasa tidak nyata, inilah yang dilakukan Sean sepanjang mereka bersama. wajah tampan serupa dengan wajahnya begitu terbuka, Raut gembira berkeliling menempelkan jemari di kaca aquarium raksasa lelaki kecil sangat girang. Begitu memikat perhatian, kamera mini di genggaman Joong berusaha keras menyimpan memori kebahagiaan. "Hadap kesini nak, Daddy akan memotretmu"

Tawa kedua lelaki itu berpadu, mereka melakukan high five gembira. Saling menautkan jemari mereka berjalan santai menunjuk berbagai macam jenis ikan didalam Aquarium, tawa renyah anaknya berbaur dengan ributnya lalu-lalang sekitar.

"Daddy... Ayo kembali kesini lagi, bersama Mommy. Kita belum bisa melihat anjing lautnya"

"Kalau saja bisa" cicit Joong mengusak rambut putranya "untuk sekarang kita saja yah, lain kali jika anjing lautnya sudah tiba kita akan kembali"

"Jika tak bisa bertiga, kita bawa paman Dew saja. Biar Mommy tidak marah"

Joong terkekeh, melirik sejenak pada jam ditangannya. Demi apa dia baru tersadar sudah berjalan-jalan hampir selama dua jam. Langkahnya berhenti, mengambil sang anak masuk nyaman dalam gendongan. "Ayo jagoan kecil, kita makan dulu"

Kombinasi udara didalam sana berpadu antara dingin dan cukup pengap, membangkitkan rasa lapar di perut mereka. Tepat di seberang jalan, sebuah cafe terlihat. Joong masih asik menggelitik dada sang anak yang tertawa renyah, dia melangkah cepat melewati zebra cross berangsur memasuki cafe dengan nuansa coklat redup.

"Disini ada banyak menu, Sean mau makan apa?"

"Terserah Daddy saja"

Dia tersenyum, mencubit pelan satu pipi gembil kesayangannya. Sekilas Joong menoleh ke arah seorang pelayan cafe, dan mulai menjelaskan pesanan.

"Apakah Sean ingin melihat pertunjukan sulap?"

Rambut lurus si kecil bergoyang dengan anggukan, "coba, Sean mau lihat"

Jarinya mengapit selembar tissue kemudian mengeluarkan pematik dari kantong celana, tangan kekar terurai seolah berkelok memberikan mantra. "Ayo lihat... Aku akan menunjukkan keajaiban"

Sean bertepuk tangan riang, cahaya api menyala cepat. Berkobar hebat kebiru-biruan dari tangan Joong yang terentang, cahaya ungu menjadi penutup menghadirkan sebongkah coklat berbungkuskan kertas emas jatuh dari jemari Joong. "Woah... Daddy Hebat.."

"Ini untuk Sean, Daddy mempelajari triknya cukup lama"

"Pesanan anda tuan, selamat menikmati" Semangkuk mie kuah dengan toping bermacam bentuk terhidang, tak lupa kopi dan sepiring roti milik Joong menyeruak aroma khas membuat semakin keroncongan.

Mulut mungil putra kecilnya mengilar deras seruput demi seruput mie panjang terkoyak ketika dikunyah, menggemaskan. "Jika Sean makan, benar-benar persis seperti Mommy-mu"

"Karena aku anak Mommy" ocehan dengan mulut penuh. "Jika Mommy dan paman Dew menikah, aku akan memiliki dua ayah. Dan aku akan meminta izin pada Mommy untuk memanggilnya paman Dew saja"

"Kenapa begitu?"

"Karena Daddy-ku hanya paman Joong, dan aku hanya ingin paman Joong yang menjadi Daddy-ku"

Sepertinya Kopi hitam tak sepahit itu hingga membuat air tergenang di kelopak matanya, berlompatan dalam Benak suara terbirit-birit ingin mengatakan terima kasih beribu kali, padahal harga dirinya sudah terjungkal dalam kubangan lumpur hitam. Dia lega, sangat lega anaknya mengakui dengan bangga bahwa dirinya layak menjadi seorang ayah.

"Aku menghormati Daddy, karena aku tau ribuan kali aku berpindah dunia pun darahmu tetap akan mengalir dalam darahku" Sean tersenyum kecil "suatu saat jika melihatku berjalan bersama keluarga baruku yang lain, percayalah tak ada kebahagiaan yang melebihi khayalanku tentang keluarga kecil kita"

.
.
.
.
.

Tuxedo putih tersuguh apik di depan lelaki manis, dia mengawasi pergerakan Dew yang sejak tadi merentangkan tangan mencoba sebuah jas dengan warna berbeda.

Sesekali lelaki tegap itu akan berjalan kearah Dunk menuntun tangan lelaki manis agar melingkar di tengkuknya. "Ini bagus, kan?"

"Iya... Bagus" seperti de javu, serasa pernah ada disituasi yang sama sejak dirinya pergi bersama Joong memilih gaun pengantin mereka. Dia bungkam menggigit bibir mencegah isakan terlepas,

"Aku ambil yang model ini saja, bagaimana denganmu Dunk?"

"Yang ini saja"

Lelaki itu menyergitkan dahi. "Lalu, kenapa tidak dicoba dulu?"

"Sudah pas dengan ukuranku"

Perhatiannya kurang, atau cinta dari Dunk tak mampu tercurah padanya?. Dew tau lelaki manis itu tak bersemangat seperti dirinya, tau betul raga itu berdiri didepannya dengan jiwa yang entah melayang kemana.

"Baiklah, sepakat yah kau memakai tuxedo yang ini"

Dunk mengangguk pelan, wajahnya agak muram. Entah karena apa, dia jauh lebih khawatir dengan sosok pria kecil kesayangannya. Ada kedekatan dan ikatan tak biasa antara Joong dengan Sean, kadang bertanya apakah dia jahat merenggut harapan putranya?.

"Aku menunggu di luar" di sela pintu ruangan dia mencelos keluar dari sana, setumpuk kenangan menghalangi jalan, dia tau dirinya belum bisa berjalan. Di balik tangannya di menakup wajah memandang kaca transparan dari balik gedung.

Biji cemara yang dia taburkan membuat pohon kecilnya terluka, berharap bisa menaungi seperti tumbuhan yang hijau dan teduh sepanjang hidup. Janji tentang kasih sayang terjalin sesama anggota keluarga yang erat hanyalah dongeng lembaran cerita di buku bergambar putra kecilnya.

Jemarinya menyentuh sebuah tanda pengikat yang diberikan Dew padanya, sekilas membuat terhenyak bahwa liontin kecil dari emas tak berarti apa-apa. "Suatu saat, jika kau dewasa kau akan paham. Mengapa hari ini aku membuang cinta karena ingin menuai harapan baru untuk menemani hidupmu nak, suatu saat kau akan mengerti mengapa teman hidup kita tak selamanya harus berdasar cinta."

Rasionalisme, penekanan akan harapan. Duka yang tak ingin dirasakannya lagi, kehilangan rasa percaya. Cinta tak lagi penting membawa bahagia, dia mendapati dirinya terjebak dalam arus waktu terseok-seok meminta keadilan pada dunia. Dunk sudah nekad, membawa takdirnya berlabuh di pundak seorang lelaki yang tak pernah dicintainya, membuang cinta dan kerinduannya dalam kubangan kesakitan.

.
.
.
.
.

"Aku akan disini nak, menahan gelombang pasang selamanya." Tubuh tegap bersandar di kursi dekat aliran sungai kota, anak-anak di tepian sungai riang menari. Sedang putra kecil tampan hampir tertidur di pelukannya, tak tahu berapa lama dia disana mengamati sepanjang aliran namun kakinya tak lagi bergerak menjadi kebas.

Mulutnya bersenandung kecil, jemari mulai menggaris pola lurus di atas rambut sang anak. Dia menahan rasa pahit iri hati, keputusan mantan istrinya untuk menikah adalah lubang jegal menjatuhkan harapannya.

Udara hangat cukup menenangkan, kabut tipis melayang-layang diatas aliran sungai dan air bening diterangi oleh cahaya perahu dari arah berlawanan. Tangannya memeluk erat putra kecil yang sudah terlelap.

"Kelinci kecil...
Berlari....
Diujung...
Tanah tersaruk...

Kelinci kecil...
Mencari rumah...
Diujung pohon...
Dia tertekuk..."

Bunga dandelion di pinggiran sungai menyebar, alunan lagu suara parau penuh isakan menemani malaikat kecil tertidur. Daun-daun pahit meninggi diatas tanah hitam, melingkar lah dan saling tertaut pulang kerumah kalian kemudian mekar sepanjang tahun.

Indra penciumannya secara alami menajam, aroma menyeruak tertiup angin vanilla coklat hampir persis seperti cinta pertamanya. "Jagoan kecil, jadilah pemuda yang baik suatu saat nanti. jangan pernah menyakiti siapapun nak, semua hal buruk yang kau lakukan akan menimpa mu kembali, karena tuhan maha adil"

.
.
.
.
.
.
.
.

To be continued

Jangan lupa tinggalin jejak kak, maaf masih berantakan, makasih udh mampir 🙏🏻

Cruel Temptation 2 [Joongdunk]18+[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang