"Sekolahnya tambah besar." Kata Jiho memandang bangunan SD Suyeong yang makin besar dan elit di hadapannya. Ia berkata kepada Woozi yang berada di sisinya, yang mengenakan jaket dan topi yang sama seperti yang dikenakan pria itu tadi malam saat pertama kali mereka berbincang di depan mini market.
Setelah mengobrol banyak tentang kenangan sekolah mereka, tiba-tiba Woozi berkata ingin melihat SD mereka lagi setelah sekian lama, hingga akhirnya Jiho mencetuskan ide untuk mengunjungi SD mereka hari ini yang anehnya disanggupi oleh Woozi. Tentu saja aneh. Jiho tidak menyangka Woozi akan mengiyakan ajakan isengnya. Padahal mereka baru saja berkenalan, dan meski berbagi beberapa kenangan yang sama, keduanya tetaplah orang asing bagi satu sama lain.
"Aku dengar SD kita menjadi salah satu sekolah terbaik di Busan." Ujar Woozi sambil mendongak, memperhatikan bangunan SD mereka yang tampak jauh lebih baik dibandingkan saat ia masih bersekolah di sana.
"Iya, alumninya banyak yang menjadi atlet." Jiho mengakui, mengangguk-anggukkan kepala mengingat beberapa teman kelasnya yang sudah menjadi atlet baseball, sepak bola dan beberapa jenis olahraga lainnya.
Pada dasarnya sekolah Jiho dan Woozi memang dikenal sebagai sekolah pencetak atlet. Selain mempelajari ilmu pengetahuan yang umum diberikan sekolah dasar, sekolah mereka juga fokus memberikan pelatihan olahraga menyesuaikan passion anak didiknya. Seperti Jiho yang pernah menjadi gelandang tim Sepak Bola sekolah mereka atau Woozi yang masuk ke tim inti Baseball. Maka tidak mengherankan jika sekolah dasar mereka menjadi salah satu sekolah dasar terbaik di Busan.
"Kau sendiri kenapa tidak menjadi atlet?" Tanya Woozi penasaran, berjalan memasuki pintu gerbang sekolah dengan santai bersisian dengan Jiho yang sudah menggelengkan kepala dengan keras.
"Ah... Sepak Bola sangat melelahkan. Aku merasa tidak sanggup melanjutkannya. Kau sendiri? Kenapa memilih menjadi idol?"
"Aku suka musik." Woozi menjawab dengan sangat yakin, membuat Jiho tergugah mendengarnya.
"Kau terdengar memang sangat menyukainya, Woozi. Apa yang membuatmu suka dengan musik?" Tanya Jiho lagi, tidak sadar bersikap seperti wartawan yang tengah mewawancarai narasumber.
Woozi menyadari sikap Jiho tersebut, diam-diam tersenyum karena merasa sedang di-interview sebuah majalah. Tapi Jiho tidak. Perempuan itu terus berjalan memasuki kawasan sekolah yang tidak begitu ramai karena jam pelajaran masih berlangsung.
"Menyenangkan? Aku merasa bahagia saat mendengar musik dan membuatnya. Kau sendiri? Mengapa memilih menjadi copywriter?"
Jiho berbalik sesaat, memperhatikan Woozi yang memfokuskan pandangannya ke sekeliling bangunan sekolah mereka yang semakin besar, memanjang memenuhi tanah kosong yang dulu sering dijadikan tempat bermainnya saat masih sekolah. Tidak pernah terbersit dalam pikiran Jiho akan ditanyai oleh seorang Woozi soal pekerjaannya. Padahal semalam ia hanya menjawab singkat soal kesibukannya kepada pria itu.
"Aku suka menulis." Jawab Jiho dengan lugas.
"Jawabanmu juga terdengar sangat meyakinkan." Sahut Woozi sontak membuat Jiho tertawa.
Woozi pintar membalikkan kata-katanya.
"Bagaimana? Bekerja di bidang yang kau suka? Apakah menyenangkan?" Jiho mencecarnya, masih berjalan menyusuri lapangan sekolah bersama Woozi. Keduanya berniat ke taman yang rindang, yang berada di dekat sebuah bangunan lantai dua yang mereka yakini sebagai bangunan kelas--ingin duduk-duduk saja menikmati cuaca yang mulai menghangat sembari memperhatikan sekitar.
Ditanya seperti itu pun mengingatkan Woozi akan alasannya ke Busan. Ia tertawa hambar, memandang ujung kakinya dengan sangsi.
"Pada dasarnya memang menyenangkan. Ku pikir kau pun turut merasakannya, sebagai orang yang bekerja di bidang yang kau suka. Ada kalanya kau juga stress dengan pekerjaanmu." Tutur Woozi serius, diamini Jiho yang nyengir mengingat pekerjaannya yang agak terbengkalai karena stress. Bahkan sampai sekarang ia belum menulis apa-apa, malah berjalan bersama Woozi ke sekolah dasar mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ocean (바다) [Complete]
Teen FictionTekanan kerja yang besar membuat Woozi, produser sekaligus anggota boyband Seventeen, stress hingga ia dipaksa kembali ke rumahnya yang berada di Busan selama seminggu oleh S.Coups, sang Leader. Di sana ia tidak sengaja bertemu dengan Jeon Jiho, seo...