20

195 39 4
                                    

"Terima kasih sudah menemaniku selama di Busan." Woozi membuka suara, berkata dengan tulus kepada Jiho yang sedang duduk di sisinya pada undakan teras rumah perempuan itu.

Setelah bertemu di Mini Market dan membelikan Ilwoo mainan, Woozi memutuskan untuk tinggal sebentar di teras rumah Jiho. Ia sekalian ingin berpamitan dengan 'teman' kecilnya itu sebelum kembali ke Seoul besok. Ingin mengucapkan terima kasih pula karena sudah menemaninya di Busan, memberikannya ide untuk membuat lagu lagi setelah terkena burnout yang cukup mengerikan.

"Hal yang menyenangkan bisa mengenal seorang idol sepertimu." Balas Jiho segera, berkelakar, dan Woozi tidak bisa menyembunyikan senyumnya yang sumringah mendengar balasan itu.

Mereka berbincang dengan kepala yang mendongak ke atas melihat langit yang terlampaui cerah karena Musim Semi yang sudah tiba di Kota Busan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka berbincang dengan kepala yang mendongak ke atas melihat langit yang terlampaui cerah karena Musim Semi yang sudah tiba di Kota Busan. Sama cerahnya dengan hati masing-masing meski salah satu dari mereka harus kembali ke Kota yang cukup jauh dari Busan besok.

Memang, awalnya Jiho sedih dan terkesan tidak rela mendengar kabar Woozi yang harus kembali ke Seoul. Tetapi setelah dipikir-pikir, ia memang tidak pantas merasakan hal itu karena baru berkenalan dengan Woozi. Setelah menghabiskan banyak waktu dengan pria itu ia jadi merasa terikat dan Jiho segera menyadarkan diri. Lagipula, Woozi dan dirinya punya dunia yang sangat berbeda. Selepas kembalinya Woozi ke Seoul, hidupnya pun tidak akan ada yang berubah.

"Aku akan memberitahumu jika aku ke Busan." Kata Woozi lagi, melirik Jiho yang anteng menatap birunya langit di atas mereka.

"Aku tunggu." Ucap Jiho sambil menganggukkan kepala.

"Dan... kalau kau ke Seoul beritahu aku."

Sontak Jiho mengalihkan tatapannya ke Woozi, kedua matanya membulat. "Kau serius??"

"Ya, kalau aku tidak sibuk, aku bisa mengajakmu makan di tempat yang enak. Aku traktir." Kata Woozi masih tidak membuat Jiho percaya.

Kalau Jiho seorang Naeun, ia mungkin akan memekik kegirangan. Tapi Jiho bukan Naeun. Ia hanya bisa memandang Woozi dengan mata terbelalaknya itu, tidak bisa membayangkan jika ia berkunjung ke Seoul nanti akan ada seorang idol ternama yang mengajaknya makan di tempat yang enak. Padahal Jiho tidak ingin berharap banyak pada Woozi. Pikirnya pria itu akan melupakannya setelah mereka kembali ke kehidupan masing-masing seperti sediakala.

"Jangan lupa videomu." Kata Woozi memperingatkan dan Jiho segera mendengus.

"Lagumu saja belum selesai. Bagaimana bisa aku mengedit dan mencocokkan adegannya?"

"Semua adegannya akan cocok dengan laguku." Woozi berkilah hingga Jiho menggelengkan kepala. "Tidak. Kali ini biar aku edit sambil mencocokkan melodi lagumu agar videoku bisa terlihat lebih baik dan selaras."

"Aku bersikeras pun kau tidak akan menurut, kan?" Tanya Woozi retoris, nyengir kepada Jiho yang memasang senyum palsu kepadanya.

"Makanya, selesaikan lagumu sesegera mungkin, Tuan Produser."

Ocean (바다) [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang