17

158 33 1
                                    

Suasana Taman Millak cukup ramai di malam hari apalagi jika sudah memasuki musim panas. Jiho dan Woozi--yang mengenakan baju kaos berwarna putih dan topi untuk menyembunyikan kehadirannya sebagai seorang idol, duduk bersisian di salah satu beton panjang yang berada di sepanjang sisi pantai Gwangalli. Keduanya masing-masing memegang cup berisi makanan yang mereka beli di seberang Taman Millak, menyantapnya sambil memandang Jembatan Gwangan yang diterangi lampu berwarna-warni.

"Artikelmu yang kemarin sudah rilis?" Tanya Woozi ditengah makan malamnya, melirik Jiho yang hampir tersedak mendengar pertanyaannya itu.

"Ehm... ya... maaf. Ehm..."

"Bagaimana?"

Jiho mengangkat kedua alisnya, tidak paham pertanyaan retoris Woozi yang menggantung hingga ia harus menghentikan kegiatan makan malamnya tersebut.

"Ya, bagaimana hasilnya? Kita sudah berkorban, hampir ditabrak mobil, hampir kena flu karena angin pantai, hampir..."

"Woozi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Woozi..." Jiho menaruh cup makanannya di atas lantai. Bibirnya sudah maju beberapa centi, memandang Woozi dengan mata berbinar seperti anak anjing. "Aku salah, oke? Jangan dibahas lagi, dong."

"Oke! Maaf!" Woozi mengangkat makanannya, menggulum bibir lalu membungkukkan badan sesaat kepada Jiho sebelum terkekeh geli.

"Kau benar-benar!" Seru Jiho yang akhirnya tersenyum kecil mendengar tawa Woozi yang benar-benar kesenangan menggodanya.

Dipikir Jiho, Woozi tidak akan membahas kejadian kemarin karena pria itu tampak trauma mengingat bagaimana ia membanting stir mobil hingga mereka dihujani klakson. Sayangnya tidak, sekarang pria itu bahkan menggodanya. Hal yang menyebalkan tapi Jiho tidak terlalu mempermasalahkan karena setidaknya pria itu masih mau berteman dengannya.

Padahal Jiho hanya berharap permintaan maafnya diterima. Tidak membayangkan jika Woozi masih ingin ditemani jalan oleh seorang perempuan gila yang hanya memikirkan pekerjaannya saat mereka 'berlibur'.

"Tapi aku serius, Jiho. Apakah artikel kemarin sukses?"

Jiho mengangguk pelan. "Ya, artikelku jadi bahan diskusi netizen di Forum Naver tidak lama setelah ku rilis."

"Oh, ya?"

Perlahan Jiho meraih ponsel dari kantong celana, mengetikkan sesuatu di sana sebelum menyerahkannya kepada Woozi yang menerimanya tanpa ragu. Pria itu lalu fokus membaca dengan satu tangan yang masih memegang cup makanannya. Melihat diskusi para netizen yang tinggal di Busan mengenai fasilitas yang tidak terawat itu. Ia bahkan menggerakkan ibu jarinya untuk menekan link artikel Jiho, membacanya dengan serius sampai melupakan makanannya.

"Wahh... ini bukan lagi artikel, Jiho. Ini berita." Kata Woozi berdecak kagum, memberikan kembali ponsel Jiho kepada pemiliknya.

Yang dipuji diam-diam merasa senang, menyembunyikan rasa malunya dengan kedikan bahu. "Aku hanya melakukan tugasku sebagai warga Busan."

Ocean (바다) [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang