4

266 41 2
                                    

Dunia aneh pikir Jiho. Ia tidak menyangka Woozi, seorang idol ternama dari negaranya adalah tetangganya sendiri. Pria itu bahkan dikenal oleh keponakannya, entah di mana, karena sudah membantu membukakan bungkus permen untuknya. Sebuah kejadian yang tidak pernah terbersit dalam pikiran Jiho hingga ia tidak sanggup untuk menjaga pandangannya untuk memperhatikan Woozi selama berada di restoran. Pria berjaket dan bertopi itu tampak menutup diri, kelimpungan dengan ramainya restoran meski berhasil memesan Samgyetang.

Aneh, pikir Jiho. Seorang idol membeli Samgyetang Ibu Kim.

"Ilwoo tidak boleh menerima permen dari orang asing, ya." Ibu Jiho mencubit pipi cucunya dengan lembut, memperingatkan Ilwoo yang sempat becerita tentang pertemuannya dengan Woozi di dekat toko Kelontong setelah kembali dari restoran Ibu Kim.

"Iya, Nek. Ilwoo dapat permen dari Hyena di sekolah." Kata Ilwoo dengan dua mata terfokus pada layar tab, menonton animasi anak di aplikasi youtube.

"Terus Ilwoo minta paman itu untuk bukain permennya?" Kali ini Jiho yang melempar tanya, menyahut dari dapur karena harus menyiapkan makan malam untuk keluarganya.

Ilwoo mengangguk. Anak itu tidak berniat menjawab karena sudah teralihkan dengan tontonannya sekarang, membuat Jiho dan Ibunya gemas. Jiho tahu, Paman atau Woozi yang dikenal Ilwoo tidak melakukan hal jahat kepada keponakannya, tapi perempuan itu tetap khawatir jika Ilwoo menyapa orang asing lagi di masa depan. Orang asing yang bisa saja memiliki niat buruk kepada Ilwoo.

"Waktu main tab-nya sudah mau habis, ya, Jeon Ilwoo."

"Sedikit lagi, Nek." Ilwoo meringis, memandang Neneknya penuh harap.

"Ilwoo jangan menyapa orang sembarangan, ya. Kalau mau buka permen bisa sama Tante atau Nenek." Jiho kembali berseru, tidak mengindahkan perseteruan Ibu dan keponakannya yang hampir terjadi karena Tab.

Ilwoo pun mendengus, "kan, Ilwoo nggak boleh makan permen, Tante!"

"Terus kenapa kemarin makan?"

"Dikasih sama Hyena!"

"Ilwoo bisa makan nanti. Tante tidak melarang Ilwoo makan permen setiap hari kan?" Jiho bertanya retoris, terdengar tegas, enggan mengalah dengan Ilwoo yang sudah melepaskan Tab dari tangannya--yang langsung diambil sang Nenek untuk disembunyikan di tempat aman.

"Iya, tapi waktu itu Ilwoo mau makan permen."

"Kenapa nggak bilang ke Tante?"

"NENEK! TABKU!"

~~~

Jiho duduk diam di depan mini market, sesekali menyesap banana uyu alias susu pisang yang sengaja ia beli untuk membuat pikirannya lebih tenang. Setelah makan malam bersama keluarganya, Jiho dengan cepat kembali ke kamar untuk menulis satu artikel tapi pikirannya masih runyam, hingga selama satu jam ia hanya bisa menatap layar komputernya dengan kosong. Ada satu paragraf yang berhasil ia ketik, tapi saat dibaca terasa sangat jelek sampai Jiho menghapusnya kembali. Ia merasa sangat kesal kepada diri sendiri, bingung mengapa bisa stuck padahal kerjaannya masih banyak.

Maka dari itu ia memilih untuk keluar rumah, bertahan di depan mini market. Menikmati dua botol susu pisang dan beberapa jajanan manis dengan harapan kepalanya bisa lebih rileks.

Sambil menikmati jajanannya, Jiho tercenung memikirkan masa depan pekerjannya. Ia juga memikirkan kemampuan apa saja yang ia miliki, yang bisa ia gunakan untuk melamar pekerjaan jika ia dipecat oleh perusahaannya bulan ini. Sebuah pemikiran yang buruk, tapi anehnya itu bisa membuat Jiho merasa lebih siap menerima kenyataan. Dibandingkan berandai tetap diberi kesempatan bekerja setelah performanya yang turun.

Ocean (바다) [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang