3

220 31 2
                                    

"Akhir-akhir ini traffic artikel-mu menurun. Kau sudah tidak ingin bekerja di sini lagi atau bagaimana?"

Jeon Jiho memijit kepalanya yang mulai terasa berat, tiba-tiba teringat ucapan creative director yang baru ditemuinya beberapa jam yang lalu, yang memberitahukan tentang performanya minggu ini yang kurang bagus. Padahal ia sedang menyusun sebuah konsep tulisan tentang sebuah event penting di Kota Busan yang harus ia selesaikan secepat mungkin demi mengejar animo netizen yang akan penasaran dengan event tersebut.

Tidak pernah terbersit dalam pikiran Jiho jika menjadikan hobi sebagai pekerjaan juga dapat membuatnya stress. Ia pikir bekerja sesuai passion dan hobi adalah sesuatu yang menyenangkan, yang akan selalu membuatnya bahagia. Ternyata itu hanya angan-angan benaknya saja karena sekarang Jiho sering frustasi ketika menulis. Padahal menulis adalah hobi yang dulu selalu membuatnya bahagia.

Dan karena hobinya tidak lagi bisa membuatnya bahagia, Jiho sering kewalahan dengan rasa stress yang ia miliki. Bingung harus melakukan apa untuk membuat kepalanya tenang hingga ia sering merasa pusing--seperti yang dialaminya sekarang sampai ia harus bersandar pada punggung kursi, mendongakkan kepala sambil memijit kening yang nyut-nyutan.

"Yaa! Kau kenapa?" Naeun yang baru saja keluar dari ruangan Creative Director mereka, bergegas menghampiri Jiho setelah melihat temannya itu bersikap seperti mayat hidup di depan kubikel.

"Kau habis ngapain di sana?" Tanya Jiho tidak menjawab pertanyaan Naeun, ia sengaja berbisik, menarik Naeun mendekat agar tidak ada yang mencuri dengar pembicaraan mereka.

"Design header web-ku akan dipakai bulan depan. Jadi, tadi aku konsultasi dengan Kak Inha. Kenapa?"

"Kak Inha tidak menilai performamu?"

Naeun menggelengkan kepala atas pertanyaan Jiho yang tengah memandangnya serius. Ia juga mengerutkan dahi, bersidekap di sisi Jiho yang sekarang tengah menghela napas gusar. Selama beberapa saat ia pandangi Jiho dengan lamat sebelum sebuah pemikiran menyeruak di benaknya.

"Performamu kenapa? Menurun? Terlalu stabil atau bagaimana? Sepertinya Kak Inha habis mencecarmu, ya?" Naeun mencecar Jiho tanpa ampun, menebak alasan wajah masam temannya itu yang pastinya berhubungan dengan Creative Director mereka yang bernama Yoon Inha.

"Aku tidak tahu ingin menulis apalagi, Naeun. Kepalaku rasanya ingin meledak sekarang."

"Memangnya Kak Inha tidak memberikanmu tema artikel minggu ini?"

"Sudah." Jawab Jiho lirih. "Tapi aku benar-benar stuck. Kalau aku dipecat bulan ini bag--"

"Mulutmu!" Seru Naeun kesal, menampar pipi Jiho dengan pelan.

Yang ditampar hanya mengerucutkan bibir, menatap kosong ke arah keyboard komputernya. Jiho benar-benar bingung sekarang, pasrah jika dirinya dipecat karena performanya yang menurun. Ia sendiri merasa sudah berusaha sebaik mungkin, kalau memang tulisannya tidak memberikan manfaat yang baik bagi perusahaan, Jiho akan melambaikan bendera putih. Menerima dirinya dipecat oleh perusahaan.

"Pergi liburan, deh. Ambil cutimu." Kata Naeun khawatir, menepuk lengan Jiho pelan.

"Aku punya deadline."

"Selesaikan dan ambil libur." Naeun kelihatan gemas tapi Jiho hanya bisa mengembuskan napas pelan.

Boro-boro memikirkan liburan, sekarang yang Jiho inginkan hanyalah menulis. Ia ingin sekali menyelesaikan deadline-nya, mengunggah tulisannya ke web dan melihat traffic yang bagus. Kalau mengambil cuti dan memaksa libur, Jiho tidak yakin kepalanya akan baik-baik saja. Tambah buruh bahkan.

Ocean (바다) [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang